"Aku dilahirkan untuk terluka bukan untuk bahagia"
~ Khantara Aruna KanayaDi saat Erlan dan Alvian sedang berdebat, terdengar dari jauh teriakan Khantara.
"KAK ERLAN."
Sontak Erlan dan Alvian berlari ke arah Khantara.
"Lo kenapa, dek?"
"Kamu kenapa, Tar?"
Tara melihat ke arah bawah yang spontan Erlan dan Alvian juga melakukan hal yang sama. Jus yang di belikan Erlan tadi terjatuh. Entah kenapa jus itu bisa terjatuh padahal Khantara sudah memegangnya dengan erat.
"Jatuh kak."
Erlan menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir dengan Khantara. "Astaga, dek."
"Bentar. Gue beliin lagi," ucap Alvian pergi meninggalkan mereka berdua. Khantara yang hanya bisa memasang wajah baby facenya.
"Kok bisa jatuh? Lo apain ntuh jus?" tanya Erlan yang tak habis dengan kelakuan adiknya itu.
"Yah namanya juga jatuh, kak. Udah takdirnya."
"Bisa ae lo." Erlan mencubit pipi Tara. Tara hanya mendengus kesal.
Dari kejauhan terlihat Alvian yang membawa 3 kantong plastik jus mangga. "Ini jus mangganya buat kamu."
"Makasih banyak." Bibir Tara mengukir senyuman yang sangat indah disaat gadis itu menerima jus mangga dari Alvian. Alvian yang melihat betapa indahnya senyuman Tara sempat membuat jantungnya berdetak kencang.
"Senyuman itu sama persis dengan yang kemarin bahkan lebih indah." Bathin Alvian.
Senyuman Khantara membuat pertahanan Alvian sedikit runtuh dan untungnya dia kembali sadar dari alam khayalannya.
"Nih, buat lo juga!" Alvian juga tak lupa membelikan Erlan jus mangga sebagai tanda permintaan maaf telah meminum jus mangga Erlan tadi.
"Kan gue bercanda tadi," ucap Erlan tak enak hati.
"Udah, ambil aja. Cuman jus mangga doang lo enggan ambilnya."
Setelah berbincang-bincang selama 30 menit, jam sudah menunjukkan pukul 22.00 yang artinya mereka harus pulang.
"Udah jam 10 malam nih. Gue sama Khantara harus pulang." Erlan mengecek jam yang bertengger manis di pergelangan tangannya.
"Oh iyah, hati-hati di jalan yah! Gue juga mau pulang."
Erlan bangkit dari tempat duduknya disusul oleh Khantara.
"Iyah, lo juga." Erlan pergi meninggalkan Alvian. Sementara itu, Tara masih berdiri di samping Alvian. Bibirnya mengukir senyuman indah. Membuat pertahanan Alvian runtuh untuk kedua kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOSEFA [On Going]
Teen Fiction"𝓑𝓪𝓱𝓴𝓪𝓷 𝓪𝓴𝓾 𝓶𝓮𝓶𝓫𝓮𝓷𝓬𝓲 𝓭𝓲𝓻𝓲𝓴𝓾 𝓼𝓮𝓷𝓭𝓲𝓻𝓲." -𝚉𝚎𝚛𝚕𝚢, 𝙻𝙾𝚂𝙴𝙵𝙰 Bagaimana jika semua orang tidak menginginkan kamu hidup? Bagaimana jika semua orang membencimu? Bagaimana jika satu satunya alasanmu untuk hidup sudah per...