Besok hari Senin, dan Rara belum tidur, padahal sekarang udah jam setengah dua malem.
Sekarang Rara, Elina sama bunda El lagi diskusi, mereka tau kalau Rara ini pinter di semua bidang olahraga. Tapi baru ini Rara ada niat buat ikut turnamen.
"Boleh kan Bun?" Tanya Rara berharap.
"Boleh kok, kapan?" Tentu bunda Aya meng-iyakan, ini bagus untuk menambah pengalaman.
"Bulan depan, dimana? Rara belum tau." Jawab Rara sembari mengunyah cemilan yang ia temukan di dapur.
"Woahh!! El ikut dong!" Kata Elina bersemangat.
"Ah ribet, kamu ngerepotin." Respon Rara asal.
"Huh! Bunda ikut? Masa kita ga lihat lomba basket pertama kakak?!" Tanya Elina sembari menggoncang tubuh bunda Aya pelan.
"Kita usahain, lihat nanti aja." Jawab bunda Aya sembari menenangkan El dengan mengelus rambutnya.
Setelah itu mereka menonton televisi bersama, sampai terdengar suara
dengkuran yang ternyata berasal dari Elina.Rara menggendong El masuk, dan menaruhnya di ranjangnya. Jarang-jarang Rara dapet kesempatan tidur di atas, tentu tidak ia lewatkan.
Di atas itu enaknya dingin, dan rasanya kaya terbang, deg deg an takut jatuh juga, yaaa gitu dehh.
-
Alarm pagi mereka bunyi, waktunya sekolah~!
*TENG TENG TENG TENG!!
"AYO SEKOLAH! UPACARA HARI SENIN!" Teriak bunda dari dapur sambil mukul-mukul wajan pake sendok besi.
Saatnya memulai hari baru. Seperti biasa Rara bangun, mandi, nyiapin bekal, kalau sempat ya sarapan.
-
Di sisi lain, di rumah Zahra dan Ica, mereka lagi sarapan berdua sambil ngobrol-ngobrol. Orang tua mereka jarang pulang bahkan kadang sebulan pulang saja belum tentu.
Puji syukur keluarga mereka aman damai sentosa, keperluan tercukupi. Tapi, tentu ga ada yang sempurna di dunia ini.
Yup, kurang perhatian. Ga heran mereka berlomba-lomba buat dapet perhatian di sekolah.
Positif atau negatif caranya, akan terjawab seiring berjalannya waktu. Mereka udah mulai nyari bakat sejak SD, berjuang sama-sama. Zahra yang cantik dan lemah gemulai pinter nari, melukis dan main piano.
Sedangkan Ica, bisa dibilang kebalikan dari kakaknya, dia punya daya tahan tubuh yang kuat, di bilang tomboi ga juga, dia pandai masak, main basket sama bulu tangkis, suaranya juga lumayan merdu.
Sejak SMP mereka selalu mengharumkan nama sekolah dan orang tua mereka.
Orang tua Zahra dan Ica bekerja di perusahaan yang sama dan memiliki posisi yang cukup tinggi. Ibunya, Yuliana adalah sekertaris direktur, sedangkan ayahnya, Adnan adalah wakil direktur perusahaan terbesar di Indonesia.
Tentu ini karna jalur orang dalam, TAPI! Mereka berhasil memenuhi kualifikasi yang diperlukan.
"Kak, aku bentar lagi ada turnamen se-kecamatan. Kakak bisa nonton?" Tanya Ica sembari menggigit roti goreng nya.
"Hem? Kapan?" Tanya Zahra balik.
"Bulan depan, dimana dan tanggal tepatnya nunggu info lebih lanjut."
"Ohh, oke nanti kakak usahain nonton!" Jawab Zahra sembari mengacungkan jempol lentiknya.
+++

KAMU SEDANG MEMBACA
Azura
Teen Fiction"what the- ANJING?! TITIT GW MENYUBLIM??!" - Azura, cowok tulen yang b aja. Tanpa sengaja kehilangan nyawanya karna 'kecerobohan' seseorang. Dan entah bagaimana caranya terbangun dalam tubuh Azura lainya - Klo tertarik ya baca.. klo ga yaudah.. suka...