Chapt. 6

23 5 0
                                    

Seperti biasa pada kesehariannya, Yeeun menuju kampus dengan penampilan yang sama seperti dua hari sebelumnya. Langkahnya terhenti kala mendengar percakapan antara dua bersaudara itu melalui telepon.

"Tidak, tidak terjadi sesuatu. Dia hanya kelelahan saja"

"Jangan terlalu mencemaskannya, kakak iparmu itu memang pekerja keras. Hari ini saja dia memaksa kekantor padahal kemarin terjaga semalaman"

"Oh, aku hanya memastikan saja" kalimat Seola yang terdengar jelas oleh Yeeun. Dari cara dan suara samar-samar yang terdengar, Yeeun paham jika Seola sedang berbicara dengan sang kakak ditelepon.

"Dia baik baik saja kok. Jangan cemas, eonnie tutup dulu ya, eonnie harus antar makanan untuk kakek" seperti biasa kalimat penutup wanita itu selalu disertai kegiatan yang seakan mendesak, membuat sang adik tak memiliki alasan untuk menolak.

"Ah iya eonnie"

Dari yang terdengar, kelihatannya hubungan antara suami istri itu baik-baik saja seperti tak tejadi sesuatu. Sepertinya pria Kim itu berhasil menyembunyikan kebenaran dari sang istri.

Seola memasukkan kembali handphonenya kedalam tottebag yang dibawanya kemudian pergi meninggalkan tempat itu. Sementara Yeeun masih mematung ditempat seraya memikirkan sebuah cara lain agar rencananya berhasil.

"Cheon Yeeun, sedang apa kamu berdiri disini?"

Kalimat yang terdengar memanggil namanya itu sontak membuat sang pemilik nama tersentak, seketika membalikkan badan.

"Eoh"

"Kamu kenapa? Akhir akhir ini saya perhatikan kamu selalu memakai pakaian yang sangat tertutup, perlakuanmu juga sedikit aneh. Apa terjadi sesuatu?" cemas pria yang merupakan dosennya itu kini berada tepat dihadapan Yeeun

"A-ah tidak, tidak ada yang terjadi.
Saya baik-baik saja" jawab gadis itu gugup

"Suasana hati saya sedang buruk akhir akhir ini, maaf apabila ada perkataan saya yang kurang sopan waktu itu" timpal sang gadis karena merasa alasan sebelumnya kurang masuk akal.

"Tidak masalah, saya paham betul jika berada diposisi kamu. Kamu pasti memiliki alasan tersendiri apalagi suasana hatimu sedang buruk" ujar pria itu terasa santai menciptakan suasana nyaman bagi keduanya.

"Eum.. Ini apa?"

Pria itu sedikit memicingkan matanya melihat bekas merah yang masih nampak jelas dibawah telinga kiri Yeeun tepat diatas kerah pakaian yang menutupi hampir seluruh lehernya

Menyadari hal itu Yeeun segera mencegah dengan memegang tangan Seokjin yang hendak menyingkap kerah lehernya. Dua insan itu beradu pandang sejenak sebelum Yeeun mengalihkan pandangan kebingungan mencari alasan.

"Ah itu.. Luka kecil"

"Saya terbentur gagang lemari tadi pagi"

"Benarkah? Mengapa bisa begitu? Lucu sekali" pria itu merasa terhibur setelah mendengar lontaran kalimat sang gadis.

Alasan sederhana yang memebuat Seokjin tertawa kecil mendengarnya sementara yang bersangkutan kebingungan juga malu dengan alasan yang diucapkannya. Yeeun menutupinya dengan tawaan garing dan raut tak nyaman.

Jangan heran mengapa Seokjin memperlakukan Yeeun layaknya seorang teman, hubungan Seokjin dan Yeeun bisa dikatakan lebih akrab dari sekedar dosen dan mahasiswa biasa karena Yeeun sering berkoordinasi dengan Seokjin mengenai event yang diikutinya, hingga keduanya menjadi semakin akrab selayaknya teman namun masih tetap menjaga status masing-masing, tetap terlihat formal.

"Ayo, kau akan kekelas kan?" ajak pria itu setelah selesai dengan candaan yang memecah suasana.

"Ah i-iya"

ImitationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang