Prolog. 'red mark'

261 22 1
                                    

Rasa pegal pada badan dan mual pada perutnya berhasil membangunkan gadis yang tengah terbaring diatas ranjang super empuk itu dari alam bawah sadarnya

Gadis itu melenguh, merasakan bagian tubuhnya yang terasa pegal. Matanya mengerjap memandangi langit-langit kamar hotel yang didesain bak kamar seorang raja

Gadis itu mulai bangkit dari posisinya. Dia duduk diatas ranjang king size yang membuatnya terlihat begitu kecil diatasnya

Gadis itu mulai berpikir, mengingat-ingat kejadian semalam. Hatinya gelisah juga kesal, diakibatkan dia kesulitan mengingatnya

"Ini.. Bagaimana bisa aku berada disini? Siapa yang membawaku kesini?" Tanya gadis itu sendiri.

Mengingat dirinya harus kuliah hari ini, Gadis itu beranjak dari ranjangnya, dia mendekati cermin yang terletak tak jauh dari tempat tidurnya

Dia hendak merapikan dirinya yang dirasanya sangat berantakan setelah bangun tidur. Dia memandang dirinya dari pantulan cermin kemudian menepuk-nepuk wajah khas bangun tidurnya.

Gadis itu menyisir surai yang terurai berantakan itu dari kanan, lalu sebaliknya. Ketika menyibakkan surai bagian kirinya, mata gadis itu menangkap sebuah tanda merah pada bagian leher samping kirinya dari pantulan cermin

Gadis itu mendekatkan tubuhnya, tepatnya bagian leher yang terdapat tanda itu pada cermin guna memperjelas pantulan tanda merah yang ditemukannya

Dia menyentuhnya, mengusapnya perlahan lalu semakin cepat. Namun tanda itu tak juga hilang. Itu artinya tanda merah ini bukanlah noda lipstik atau cipratan bir yang diminumnya kemarin, itu lebih mirip ulah manusia.

Perasaan tak enak muncul dibenak gadis itu, dia mengecek satu per satu bagian tubuh yang terbalut pakaian itu dari pantulan cermin.

Tak terdapat luka atau bekas apapun, pakaiannya pun masih utuh tak ada yang robek sedikit pun. Namun tetap saja, gadis itu tak bisa menghilangkan pikiran negatifnya.

Gadis itu dengan cepat melanjutkan menyisir surainya kemudian mengarahkan semua bagian surai itu kedepan untuk menutupi tanda merah yang nampak jelas dipandang mata

Gadis itu pergi dari kamar hotel mewah yang baru saja ditidurinya. Keluar dari lift, dia tak lupa mengunjungi bagian resepsionis untuk pembayaran kamar tersebut

"Kamar nomor 1152 disewa atas nama tuan Kim Taehyung, pembayaran sudah lunas" tutur petugas resepsionis pada gadis yang berdiri didepan mejanya.

"Ah baiklah terimakasih"

Gadis itu membungkuk untuk memberi hormat lalu berjalan menuju pintu keluar

"Kim Taehyung? Seperti pernah mendengar nama itu. Mungkin kah dia adalah rekan kerja Appa?" pikirnya.

Gadis itu pulang kerumahnya untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian sebelum akhirnya berangkat kuliah

Dia pulang dengan perasaan muak, sakit hati dan juga marah mengingat kejadian semalam yang membuat dirinya pergi ke bar untuk melampiaskan emosinya.

"Nona dari mana saja? Mengapa kemarin tidak pulang? Tuan sangat cemas" tanya wanita paruh baya yang merupakan pembantu dirumah itu kala melihat sang nona tengah memasuki rumah

"Cemas untuk apa? Apa dia takut aku akan seperti Eomma?"

Bibi Shin, wanita paruh baya seketika terdiam mendengarnya. Dia mencoba mengalihkan topik pembicaraan agar amarah sang nona mereda.

"Nona.. Nona berangkat kuliah hari ini? Saya siapkan sarapannya dulu"

Gadis itu diam tak merespon, dirinya pergi kekamarnya untuk bersiap sembari menenangkan pikiran negatif yang terus menerus muncul dibenaknya

Gadis itu selesai bersiap, dia menyantap sarapan yang disediakan bibi Shin di meja makan sendirian lalu pergi berangkat kuliah.

Didalam kelas, gadis itu hanya melamun, membayangkan kejadian dirumahnya semalam juga tentang tanda merah yang tercetak dilehernya

"Cheon Yeeun?"

"Cheon Yeeun kamu dengar saya?"

"E-eoh m-maaf pak, saya.. Saya sedikit kurang enak badan" jawab gadis yang kerap disapa Yeeun itu yang seketika sadar setelah beberapa kali namanya dipanggil oleh sang dosen.

"Jika merasa kurang enak badan lebih baik kamu izin dari pada terus melamun dalam kelas saya" tutur pria itu sebagai bentuk rasa peduli pada mahasiswanya.

"I-iya.. P-pak Seokjin saya sekali lagi minta maaf" jawab gadis itu seraya menunduk

"Tidak masalah asal tak mengulanginya"

"Sekarang kamu mau lanjut atau pulang?" tanya pria itu lagi

"Saya izin pulang saja pak" jawab gadis itu tanpa basa-basi

"Baiklah silakan"

Setelah dipersilakan, gadis itu segera bangkit, mengemasi buku dan alat tulisnya kedalam tas ransel disampingnya.

"Terimakasih"

Gadis itu membungkuk lalu pergi meninggalkan kelasnya. Seokjin sebagai dosennya itu menyadari sesuatu yang berbeda dari gadis ini. Tak biasanya dia seperti ini, dia mahasiswa yang aktif dan selalu berkonsentrasi dalam pelajaran.

***

Bukan pulang kerumah yang dimaksud gadis itu, melainkan dia izin pulang mengunjungi kantor milik seseorang yang namanya disebutkan oleh petugas resepsionis pagi tadi.

ImitationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang