Hari ini dokter Alfi mengajakku pergi. Dia tidak memberitahuku kemana kami akan pergi. Sekitar tiga puluh menit lalu dia mengirimiku pesan belum ada balasan lagi darinya. Untuk yang tanya kemana dokter Alfi hari ini, dia pergi ke rumah sakit pagi tadi. Sekitar jam enam dia sudah tidak ada di kamar. Aku hanya menemukan pesan darinya yang ia tulis dikertas yang ditempelkan di cermin.
"Saya pamit pergi ke rumah sakit sebentar, ada pasien mendadak"
Tulisan itu aku temukan tertempel di cermin meja rias. Tepat setelah membacanya umi menelfonku. Umi menanyakan banyak hal saat itu. Dua puluh menit aku berbicara dengan umi aku mendapat sebuah pesan. Aku bilang ke umi kalau dokter Alfi mengirimiku pesan, mendengar itu umi langsung meminta memutuskan sambungan teleponnya.
"Assalamualaikum, hari ini kira-kira saya sampai jam dua belas siang di rumah sakit. Nanti setelah dari rumah sakit saya akan jemput kamu. Saya mau ajak kamu pergi sebentar."
Ada yang aneh rasanya saat membaca pesan darinya. Dokter Alfi masih menggunakan kata 'saya' saat berbicara denganku. Saat berbicara dengannya pun aku masih memanggil 'dokter' kepadanya. Setelah menikah kami memang belum banyak bicara satu sama lain. Bayangkan saja di hari pertama cuti dia harus pergi ke rumah sakit.
---
Hampir lima belas menit di kamar, aku belum juga memutuskan akan mengenakan pakaian apa. Jika ada umi di sini mungkin umi akan memarahiku karena hampir semua pakaian berceceran di atas kasur. Setelah menikah dokter Alfi membawaku ke apartemen miliknya jadi aku tidak tinggal bersama Abi dan umi. Aku bingung harus menggunakan pakaian yang potongan (baju,celana) atau gamis. Kuputuskan untuk menggunakan gamis pink pemberian umi. Tidak ada lima menit setelah selesai menata diri suara bel terdengar. Dokter Alfi sudah sampai.
"Assalamualaikum, gimana? Udah selesai?"
"Udah dok"
"Sebentar, saya mau ganti baju dulu. Kamu tunggu di bawah juga nggak apa-apa"
"Iya"
Aku masih gugup saat bersamanya. Kata 'iya' yang baru saja kuucapkan pun keluar begitu saja.
Lima menit kemudian...
"Kamu masih di sini? Saya kira kamu tunggu di bawah"
"Iya, ngga dok"
"Ya udah kalo gitu kita berangkat, udah nggak ada yang ketinggalan?" Tanyanya memastikan.
"Nggak ada ko"
"Dokter, sebenernya kita mau kemana?" Tanyaku
"Nanti juga kamu tau"
Kami berdua pun pergi menaiki mobil. Mobil yang sama saat dokter Alfi pertama kali bertemu dengan Abi dan umi. Selama diperjalanan kami saling diam, aku tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana. Rasanya hanya ada gugup saat itu. Tiba-tiba dokter Alfi menyalakan musik. Membuat suasana sedikit mencair. Saat di lampu merah aku teringat akan pesan umi.
"Nanti sebelum pulang kita mampir ke rumah umi dulu ya mas" ucapku padanya tanpa melihat ke arahnya.
"Ke rumah umi?"
Aku baru sadar ternyata aku menggunakan kata 'mas' saat bertanya tadi. Sadar akan hal itu aku berusaha bersikap tidak terjadi apa-apa. Padahal pada kenyataannya setelah sadar akan ucapanku perasaan ini semakin gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Imamku (END)
General FictionAndai orang tahu dokter dengan nametag Alfi Rahman Syahreza adalah orang yang lembut dan penyayang. Mungkin teman sejawatnya, para suster, atau para koas sudah menjatuhkan hatinya untuk laki-laki yang dikenal tidak pernah senyum, cuek, dan judes. Be...