Malam yang dingin ini aku duduk di ruang tamu untuk menunggu kepulangan seseorang. Beberapa hari ini aku memang sedang kurang enak badan, tapi aku belum mengatakan pada mas Alfi sampai sore tadi aku baru ingat kalau aku sudah terlambat haid beberapa minggu. suara mobil terdengar dari dalam menandakan laki-laki yang aku tunggu tiba.
"Assalamualaikum..." ucap Mas Alfi saat pertama kali masuk.
"Waalaikumsalam"
"Kamu belum tidur sayang?"
"Belum kan Mas Alfi belum pulang, mas udah makan belum? mau mandi dulu?"
"Belum, aku mandi dulu deh"
"Ya udah kalau gitu mas mandi nanti eya siapin makanan" Aku mengantarnya sampai kamar dan menyiapkan baju ganti untuknya sebelum turun untuk menyiapkan makanan. sekitar sepuluh menit kemudian mas alfi turun.
"Udah sini biar aku yang bawa" dia mengambil alih piring yang aku bawa. Kami berdua pun makan malam bersama saat itu.
"Mas besok sif apa?"
"Aku besok sif malem, emangnya kenapa? kamu mau aku anterin kemana?"
"Ih enggak, Eya nggak mau kemana-mana eya cuma kangen aja sama abi sama umi"
"Ya udah kalau gitu besok kita kesana aja sebelum kamu berangkat ke rumah sakit"
"Beneran?"
"Iya sayang"
"Ihh mas" pipiku memerah saat mas alfi memanggilku dengan sebutan seperti itu.
Aku bangun lebih dulu dari mas alfi pagi ini. setelah solat subuh tadi kami berniat untuk pergi berolahraga di taman dekat rumah. jangan kira taman tempat kami akan berolahraga bisa dituju hanya dengan jalan kaki, jawabannya tidak. meskipun aku bilang dekat dengan rumah nyatanya taman itu berjarak empat km dari rumah. sebenarnya ada taman lain, tapi jaraknya lebih jauh. untuk sampai ke taman itu bisa saja kami menggunakan sepeda karena tujuan kami berolahraga, tapi karena setelahnya kami akan ke rumah abi dan umi jadi kami memutuskan untuk menggunakan mobil. lagipula aku dan mas alfi juga tidak punya sepeda di rumah.
Setelah solat subuh tadi mas alfi langsung mengecek mobilnya. pasalnya sudah lama juga mobilnya belum dibawa ke bengkel. pagi itu aku ingat akan perkataanku semalam tentang haidku yang terlambat. aku memutuskan untuk mengeceknya pagi itu selagi mas alfi ada di bawah. rasanya aku ingin berteriak memanggil mas alfi sambil menangis memeluknya setelah membaca hasil testpack pagi itu. kuucapkan beribu syukur saat melihat hasil testpack yang menunjukkan dua garis di depan mataku itu.
Beberapa detik kemudian mas alfi kembali ke kamar. Aku belum memberitahunya langsung saat itu. Aku menyuruhnya untuk mandi lebih dulu sebelum sarapan. Seperti biasa, aku juga menyiapkan kaos yang akan dipakainya. Aku turun setelahnya.
"sayang" panggilnya saat turun dari tangga sambil berlari kecil.
"Iya kenapa?"
"Nggak apa-apa kangen aja" dia mengatakan kalimat itu ambil tersenyum. Sepertinya akhir-akhir ini ada yang berubah menjadi lebih bucin. Bayangkan saja kemarin dia tidak mau aku tinggal saat memakai sepatu. Dia duduk di kursi makan yang diatas mejanya sudah aku letakkan sebuah kotak kecil. Laki-laki itu menyadari keberadaan kotak kecil di depannya.
"Apa ini?" tanyanya.
"Mas buka sendiri aja" aku menyuruhnya untuk membukanya langsung. Sebelum membuka kotak itu dia seperti menebak apa isi dalam kotak itu. Selang beberapa detik kemudian setelah ia melihat isi kotak itu dia memperhatikanku. Raut wajahnya sudah bisa mewakilkan pertanyaannya.
"Iya mas, sebentar lagi insyaallah mas mau jadi ayah" mendengar perkataanku ia langsung berdiri lalu memelukku erat. air mata kami berdua keluar, rasanya Allah baik sekali dengan keluarga kecilku. ditengah-tengah aku dan mas alfi mendapat cobaan kemarin Dia memberikan kami hadiah kecil yang teramat berharga.
"Terima kasih ya allah, makasih sayang" dia masih memelukku erat.
"Iya, tapi lepasin Eya dulu dong kita sarapan dulu" ucapku pada mas alfi karena dia belum melepaskan pelukannya.
"Iya iya, mulai sekarang kamu harus makan yang banyak dan nggak boleh banyak aktivitas ya"
"Ih mas justru eya harus banyak beraktivitas biar tetep sehat"
"Iya beraktivitas boleh, tapi jangan terlalu berat. udah sekarang kita makan nanti habis olahraga ke supermarket sebentar ya baru ke rumah abi sama umi"
"Supermarket? mau ngapain?" tanyaku bingung karena aku merasa stok sayuran di kulkas masih lengkap.
"Beli susu sama buah, mulai sekarang kamu harus banyakin makan buah juga"
Mendengar jawaban darinya aku tersenyum lebar. Mungkin mulai besok dia akan menjadi lebih protektif atau akan lebih bucin. Kami meninggalkan rumah tepat pukul enam.
Dari taman kami langsung pergi ke supermarket. Sampai di supermarket pun Mas Alfi langsung mencari letak susu. Aku juga tidak akan mengira kalau dia akan membeli banyak sekali buah seperti jeruk, stroberi, anggur, semangka, alpukat, buah naga, dan mangga. Saat kukatakan terlalu banyak buah yang dibeli ia menjawab buahnya untuk umi juga.
Setelah menempuh jarak kurang lebih empat kilometer kami sampai di rumah abi dan ummi.
"Assalamualaikum" ucapku bersamaan dengan mas Alfi. Lihat sekarang siapa yang repot membawa barang belanjaan. Mas Alfi memegang beberapa kantong belanjaan di tangan kanan dan kirinya.
"Waalaikumsalam" umi membukakan pintu untuk kami.
"Kalian kesini kok nggak bilang-bilang, ayo masuk" umi mempersilakan kami berdua masuk.
"Eya kangen banget sama umi tadi malam terus mas Alfi ngajakin ke sini jadilah kita disini"
"Oalah gitu, kamu bawa apa aja itu Fi?" Umi menanyakan belanjaan yang mas Alfi bawa.
"Oh ini umi tadi kita habis dari supermarket beli buah buat di rumah sama buat umi juga"
"Ya Allah nggak usah repot-repot, umi sama Abi juga ada rencana buat beli buah sore nanti, tapi kalian udah beliin ini"
"Abi dimana umi?"
"Abi di masjid lagi ada kerja bakti, sebentar lagi juga pulang"
Beberapa detik kemudian Abi datang. Kami berempat duduk di ruang keluarga. Berniat untuk memberitahu Abi dan umi tentang kehamilanku, aku dan mas Alfi justru bingung untuk memberitahunya. Kami berdua saling menatap, menentukan siapa yang akan membuka pembicaraan kali ini. Melihat tingkah kami berdua, aku jadi ingat waktu dulu aku juga pernah seperti ini dengan mas Alfi saat mengantar seorang anak pulang ke rumah orang tuanya dulu dimana aku dan mas Alfi dikira orang tua anak itu.
"Abi, umi sebenarnya Eya sama Mas Alfi dateng kesini karena emang kami berdua kangen banget sama Abi sama umi dan mungkin ini rencana Allah juga buat bawaain hadiah spesial ini buat Abi sama umi hari ini"
"Hadiah?" tanya Abi ingin tahu.
"Hadiah apa lagi? Kalian ini aja udah bawa buah banyak banget loh" umi ikut berbicara seperti tidak enak kami memberinya hadiah lagi.
"Abi sama umi pingin tahu nggak hadiahnya apa?"
"Ya pingin toh" jawab Abi sampai membuat posisi duduknya dibenarkan.
"Jadi insyaallah akan ada yang panggil Abi kakek dan panggil umi nenek"
"Alhamdulillah" Abi dan umi mengucap hamdalah bersama dengan begitu keras sambil meneteskan air mata. Umi memelukku dan Abi menrangkul mas Alfi. Rasanya ada kebahagiaan juga saat melihat Abi dan umi menangis bahagia seperti ini.
"Selamat untuk kamu ya Al, sebentar lagi kamu akan jadi ayah itu artinya tanggung jawab kamu semakin besar juga. Abi titip satu orang lagi ke kamu, jaga Eya dan calon anak kamu dengan baik sebab kamu yang akan diminta pertanggungjawabannya nanti"
"Iya Insyaallah bi"
"Kamu juga ya sayang, kamu akan jadi ibu dimana anak kamu nanti akan belajar hal baru untuk pertama kalinya dari kamu. Jadi terus berusaha menjadi istri yang lebih baik karena ibu yang baik pasti jadi istri yang baik" air mata semakin membasahi pipiku saat mendengar kalimat Abi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Imamku (END)
Genel KurguAndai orang tahu dokter dengan nametag Alfi Rahman Syahreza adalah orang yang lembut dan penyayang. Mungkin teman sejawatnya, para suster, atau para koas sudah menjatuhkan hatinya untuk laki-laki yang dikenal tidak pernah senyum, cuek, dan judes. Be...