Belajar untuk Beradaptasi

2.9K 173 3
                                    

Aku harus mulai terbiasa dengan sifat dokter Alfi yang sangat berbeda dengan dokter Najwa. Dokter Alfi yang dikenal cuek dan dingin oleh koas seantero rumah sakit ini, membuat semua koas takut untuk mendapat bimbingan darinya. Sebuah pertanyaan sangat singkat darinya yang ditujukkan untuk koas-koasnya harus dijawab dengan sedetail-detailnya, itu sebabnya banyak koas yang merasa takut untuk menemuinya.

"Syifa bagaimana kondisi pasien yang ada di kamar melati nomor enam?"

"Saya sudah mengeceknya dok dan semuanya Alhamdulillah normal"

"Kalau gitu, selanjutnya kamu dan teman koas kamu yang lainnya visit ke kamar kenanga"

"Laporan visit harus sudah ada di meja saya sebelum jam sembilan malam" lanjutnya sambil melihat jam di tangannya.

"Baik dok"

Aku dan teman koasku langsung pergi ke kamar kenangan, kami berempat tidak membuang-buang waktu. Jika laporan visit belum selesai melebihi jam sembilan maka konsekuensinya akan mendapat ceramah panjang lebar dari dokter Alfi. Iya, dokter satu itu memang dokter yang sangat cuek, galak dan dingin.

Hampir satu jam sudah aku dan teman-temanku mengunjungi semua pasien yang ada di kamar kenangan akhirnya kami selesai. Indah dan teman koasku lainnya aku suruh mengecek lagi data pasien sebelum diserahkan ke dokter Alfi, aku juga meminta izin untuk ke toilet. Lima menit kembali dari toilet dengan santainya Bayu teman koasku memberikan semua data pasien yang baru saja kami visit ke aku.

"Syif, kamu yang kasih data ini ke dokter Alfi ya. Gue pulang dulu tadi juga kan gue, Indah sama Tari yang udah ngecek ulang data pasien. O ya Indah sama Tari pulang dulu soalnya si Indah lagi ada tamu terus si Tari dapet kabar kakeknya meninggal"

"Gue pulang dulu ya Syif " lanjut Bayu sambil menyerahkan map pasien.

"Iya"

"Makasih ya Syif" ucap Bayu sambil tersenyum bahagia.

Setelah mereka semua pergi aku langsung menuju ruang dokter alfi.

"Ass-"

Aku tidak melanjutkan salamku. Terdengar suara seseorang dari dalam membaca al-quran. Aku putuskan untuk menunggu di depan ruangannya.

Setelah kurang lebih lima belas menit aku menunggu di luar ruangannya, tiba-tiba dokter alfi sudah berdiri tepat di depanku. Aku yang saat itu ketiduran langsung berdiri dan megucek mata.

"Maaf dok saya ketiduran"

"Mana data visit pasiennya?"

"Ini dok"

"Temen-temen kamu kemana?"

"Mereka izin pulang dulu dok"

"O jadi gitu, enak ya mereka bisa pulang duluan" ucapnya dengan nada menyindir sambil terus mengecek data visit pasien.

"Kalau gitu kamu boleh pulang, sampaikan ke tiga temen kamu besok suruh mereka datang ke ruangan saya"

"Baik dok, saya pamit pulang dulu Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh"

Keesokan harinya Bayu, Indah, dan Tari memintaku untuk menemani mereka ke ruangan dokter Alfi.

"Syif, temenin kami ya ke ruangan dokter Alfi" pinta Bayu.

"Temenin? emang kenapa?"

"Ayo dong, gue takut kena omel dokter Alfi" jelas Bayu.

"Kena omel kenapa?"

"Gue takut dimarahin dokter Alfi gara-gara kemarin"

"Nggak bisa gitu dong Bay, aku, kamu, sama Tari harus ke dokter Alfi sendiri jangan bawa-bawa Syifa" ucap Indah.

"Apaan sih, terserah gue dong" balas Bayu kepada indah dengan nada emosi.

"Udah-udah jangan berantem, aku akan anter kalian semua"

"Gitu dong, makasih ya Syif"

...

"Assalamualaikum dok..."

"Waalaikum- " belum selesai dokter Alfi membalas salam Bayu, Indah dan Tari ikut masuk ke ruangan dokter Alfi sambil mengucapkan salam.

"Assalamualaikum dok..."

"Waalaikumsalam, jadi kalian. Kamu Syifa, kenapa kamu ikut ke ruangan saya?"

"Saya kan nggak nyuruh kamu ikut sama mereka kemarin" tegasnya.

"Maaf dok, Syifa ikut ke sini karena Bayu memaksa Syifa untuk ikut"

"Jadi kamu yang ngajak-ajak Syifa?" tanyanya dengan tatapan tajam.

" Ii-ya dok" jawab Bayu"

"Syifa sekarang kamu boleh pergi" suruhnya dengan tatapan mata yang masih terus menatap Bayu.

"Baik, permisi dok"

Aku langsung menuju IGD, hari ini dan beberapa hari ke depan akan menjadi hari-hari yang menyibukkan karena ada beberapa dokter yang mengambil cuti dihari yang bersamaan. Sampai menjelang sholat zuhur aku masih berada di IGD dan tepat pukul satu lewat lima menit aku izin untuk melaksanakan sholat. Selesai sholat aku langsung melakukan visit ke kamar cemara yang letaknya di lantai dua. Saat akan naik lift mataku tertuju pada sesosok laki-laki yang sedang berjongkok di depan seorang anak kecil yang duduk di kursi roda. Aku melihat dia sedang memberikan sebuah boneka ke anak kecil tersebut. Aku berusaha meyakinkan diri bahwa apa yang aku lihat saat ini memang benar.

"Dokter Alfi?"

"Anak kecil?" batinku.

Aku pernah denger dari beberapa koas di rumah sakit ini kalo dokter Alfi itu kurang suka sama anak kecil, tapi apa yang aku lihat sekarang jauh berbeda dengan perkataan koas-koas itu. Aku melihat tatapan mata dokter itu ke anak kecil yang berada di depannya sangatlah berbeda, tatapan bahagia saat melihat anak kecil yang berada di depannya tersenyum. Saat akan masuk ke lift tiba-tiba ada seorang suster yang memanggil.

"Mbak Syifa saya minta tolong antarkan ini ke kamar cemara nomor dua belas ya, saya sudah kebelet soalnya"

"Baik sus"

"Makasih ya mbak" ucap suster tadi sambil terburu-buru menuju toilet.

Saat aku sedang menunggu lift turun, tiba-tiba ada suara dari belakang.

"Mau visit pasien?"

Aku yang merasa kaget langsung melihat ke belakang.

" Iya dok". Laki-laki dengan postur tubuh tinggi itu menyamakan posisinya denganku.

"Kamu sendirian?, temen-temen kamu mana?"

"Kurang tau dok"

Tak berapa lama pintu lift terbuka. Aku dan dokter Alfi masuk bersama. Dalam lift kami berdua hanya bisa terdiam, dipenuhi suasana canggung. Dia berdiri di sudut kiri dengan tatapan mata yang lurus ke depan, sedangkan aku berusaha untuk mencari perhatian lain dengan melihat-lihat map yang aku bawa. Sekian detik kemudian dokter Alfi membuka pembicaraan.

" Masalah temen-temen kamu kemarin kenapa kamu nggak bilang alasannya ke saya"

" Maaf dok, saya lupa"

" Jangan sampai kejadian kemarin terulang lagi, saya paling nggak suka sama orang yang nggak bertanggung jawab"

" Iya dok"

✂............................................................

Dear Imamku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang