Tiba hari ini acara seminar diadakan. Aku yang sudah membuat janji dengan Dokter Najwa berusaha datang lebih pagi ke rumah sakit. Rencananya aku dan Dokter Najwa akan berangkat bersama menuju tempat acara seminar diadakan. Aku tiba di rumah sakit tepat pukul tujuh lebih lima belas menit, aku langsung menuju ruangan Dokter Najwa. Saat kulihat ruangannya tidak ada. Kutanya pada salah satu teman koasku keberadaan Dokter Najwa dan dia menjawab bahwa Dokter Najwa sedang di aula rumah sakit. Aku langsung menuju ke aula.
"Assalamualaikum dok...."
"Waalaikumsalam, Alhamdulillah kamu udah dateng"
'Iya dok"
"Tunggu sebentar lagi ya YA"
"Iya dok, dok saya permisi ke toilet dulu ya"
"Iya"
Aku langsung menuju kamar mandi, pasalnya sejak di perjalanan menuju rumah sakit aku sudah menahan untuk buang air kecil.
Selesai dari kamar mandi aku kembali menuju aula, tapi sosok Dokter Najwa sudah tidak ada di sana. Beberapa detik kemudian handphoneku bordering."Assalamualaikum Eya, kamu langsung ke depan ya soalnya saya udah diparkiran"
Membaca pesan tadi aku langsung melangkahkan kaki dengan cepat menuju depan rumah sakit.
Dokter Najwa yang sudah ada di dalam mobil memberiku kode untuk segera masuk ke mobil. Dalam mobil dia memulai pembicaraan."Eya maaf ya udah suruh kamu dateng sepagi ini"
"Ini udah siang kok dok, saya juga tidak merasa direpotkan sama dokter. Saya malah seneng banget bisa diajak ikut acara kaya gini"
"Alhamdulillah kalo gitu. Kita berangkat jam segini karena jam segini jalan masih cukup lancar"
"Iya dok"
"Kamu di sana nanti jangan sungkan-sungkan buat tanya-tanya sama dokter lain"
"Iya insyaallah dok, memangnya dokter rutin ya ikut acara ini?"
"Nggak juga sih karena bulan kemarin saya nggak ikut, acara kaya gini kan diadain setiap tiga bulan sekali karena bulan ini jadwal saya nggak terlalu padat ya saya usahain ikut"
"Acaranya itu gimana ya dok?"
"Untuk acaranya itu nggak formal banget, nanti di sana ada acara perkembangan dunia kedokteran sekarang, cerita cara jadi dokter yang baik, yang paling enak itu ada acara buat sharing-sharing sama dokter lain"
Terlalu asyik mengobrol dengan Dokter Najwa membuatku semakin semangat untuk mengikuti acara nanti.
Kami berdua sudah sampai, Dokter Najwa langsung memarkirkan mobilnya. Jujur saat turun dari mobil aku merasa sangat deg-degan. Bagaimana tidak? Semua orang di sini sudah punya banyak pengalaman di dunia kedokteran, sedangkanku?"Ayo masuk Ya" ajak dokter najwa
"Iya dok"
Aku dan Dokter Najwa melangkahkan kaki menuju gedung. Saat sampai di dalam, kulihat belum banyak orang yang datang. Kulihat jam menunjukan pukul setengah delapan. Dokter Najwa mengajakku untuk duduk menunggu acara dimulai. Menit ke menit kursi-kursi kosong mulai terisi. Lima belas menit sebelum acara di mulai ada sosok pria yang mendekati Dokter Najwa.
"Najwa...??"
"Alfi?, kamu ada di sini juga?"
"Iya, kamu sama siapa?"
"Aku sama koasku. Kenalin namanya Eya"
"Saya Alfian" ucapnya sambil tersenyum.
Aku merasa bingung saat dia mengangguk dan tersenyum saat memperkenalkan diri. Dia pura-pura nggak inget atau lupa sih? batinku."Kamu juga, ke sini sama siapa?" Tanya Dokter Najwa.
"Sama koasku"
"Mana?"
"Itu" menunjuk seorang perempuan.
Untuk kedua kalinya aku merasa kaget. Echa di sini? aku merasa tidak ikhlas jika Echa pergi dengan dokter galak itu. Echa menghampiri kami semua, saat itu dokter Alfi mengenalkan Echa pada dokter Najwa dan aku. Dokter ini pura-pura lupa atau gimana ya, jelas-jelas aku, echa sama dia udah pernah ketemu batinku. Selesai mengenalkan Echa pada dokter Najwa dan aku datang dokter Refan."Refan? Antum ada di sini juga?" Tanya dokter Alfi.
"Iya, ana udah janjian sama najwa"
"Oh gitu, antum sama siapa?"
"Ana sendirian. Antum sendiri sama siapa?"
"Ana sama koas ana yang kemarin ana ajak"
"O gitu"
Melihat mereka bertiga semakin asyik mengobrol aku mengajak Echa untuk keluar, lagipula acara akan dimulai lima belas menit lagi.
"Dok saya sama Rania izin ke luar sebentar ya" ucapku pada dokter Najwa karena dua dokter laki-laki tadi sedang asyik berbicara.
Aku mengajak Echa ke sebuah taman yang ada di depan gedung."Echa kok kamu sama dokter itu lagi?" tanyaku.
"Iya aku diajak sama dokter Alfi soalnya ini bulan terakhir dia jadi dokter pembimbingku, aku mau nolak nggak enak"
"Bulan terakhir? emangnya kenapa?"
"Bulan depan dia dipindahtugaskan"
"O, ok kalo gitu"
"Eya nanti pulang bareng ya?"
"Iya"
"Ya udah ayo kita masuk" ajak echa.
Sampai di dalam aku dan Echa merasa kebingungan untuk ke dokter Najwa karena semua kursi sudah terisi penuh. Akhirnya kami berdua memutuskan untuk duduk dikursi belakang yang masih kosong. Duduk dimanapun tidak menjadi masalah yang penting kita bisa dapat ilmunya.
Selesai acara aku meminta izin pada dokter Najwa untuk pulang bersama Echa begitu juga Echa.
"Dok saya pamit pulang dulu ya"
"Sama saya aja sekalian temen kamu diajak"
"Makasih dok, tapi setelah ini kami mau mampir dulu ke toko buku"
"Ya sudah, naik apa?"
"Naik taksi"
Echa yang sudah lebih dulu pamit ke dokter Alfi berdiri bersamaku menunggu taksi online yang kami pesan. Lima menit sebelum taksi yang kami pesan datang, dokter Refan dan dokter Alfi datang.
"Belum pulang Ran?" tanya dokter Alfi pada Echa.
"Belum dok, masih nunggu taksinya dateng"
"Fi kamu itu kok nggak ada peka-pekanya sedikit ya" ucap dokter Najwa yang langsung disambung dokter Refan.
"Baru tau aja, ana mah udah tau kalo Alfi itu kurang peka"
"Kalian berdua kenapa, emang salah pertanyaan saya?" balas dokter Alfi yang sedikit kesal.
"Nggak ada yang salah sama pertanyaan antum kok"
"Yang salah itu kamu cuma nanya nggak mengajukan diri buat nganterin" lanjut dokter Najwa sepertinya dokter Najwa menyuarakan suara hati perempuan
"Kalo ana nganterin mereka berdua pulang ana dosa dong, kan mereka berdua bukan muhrim ana"
"Ya insyaAllah nggak dosa kalo niat kita cuma buat nganter mereka" jawab dokter Najwa yang sepertinya tidak mau kalah.
Aku dan Echa yang melihat mereka bertiga hanya bisa tersenyum karena jujur melihat tingkah laku mereka seperti anak kecil yang sedang ngotot-ngototan. Tak lama kemudian taksi yang kami pesan datang aku dan Echa merasa terselamatkan, setidaknya mereka akan menyudahi perdebatan mereka.
"Udah-udah nggak ada faedahnya kalian berdua berdebat, liat taksinya udah dateng" ucap dokter Refan berusaha menghentikan perdebatan mereka.
"Kalian berdua hati-hati di jalan ya" ucap dokter Najwa.
"Iya dok, kami berdua pamit pulang dulu assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh"
___cut___
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Imamku (END)
General FictionAndai orang tahu dokter dengan nametag Alfi Rahman Syahreza adalah orang yang lembut dan penyayang. Mungkin teman sejawatnya, para suster, atau para koas sudah menjatuhkan hatinya untuk laki-laki yang dikenal tidak pernah senyum, cuek, dan judes. Be...