Mengukir Senyum [1]

2.7K 153 2
                                    

"Tunggu sebentar, kayanya barang saya ada yang ketinggalan di mobil. " ucap dokter Reni.

"Waah kamu itu ya Ren, tadi Alfi kan udah bilang kalo semua barang jangan sampe ada yang ketinggalan. " balas dokter Rian.

"Kalo kaya gini gimana dong? Mana parkirannya jauh lagi." tambahnya.

"Ya udah, kalian duluan aja nanti aku nyusul. " ucap dokter Reni.

"Serius kamu? Jalan ke tempat parkir sepi, gelap lagi, emang berani? " tanya dokter Rian.

"Insyaallah berani."

"Bener nih? Aku anter aja deh daripada nanti ada apa-apa sama kamu gimana?" tawarnya.

"Bener juga, ya udah ayo. "

"Bentar, Fi gue anter Reni ya kalian duluan aja udah malem juga."

"Ya udah saya sama Syifa duluan ya, kalian hati-hati. "

"Iyaa siap, assalamualaikum."

Mereka berdua pun meninggalkan kami. Kita memang sudah tiba di Sulawesi sejak siang,tapi karena harus langsung ke daerah yang terdampak bencana dan menemui rekan-rekan medis lainnya membuat kami sampai di hotel malam-malam seperti ini.

"Syifa ayo masuk. " ajaknya.

"Baik dok. "

Kami berdua menuju meja resepsionis untuk mengambil kunci kamar. Setelah mendapat kunci kami langsung naik lift menuju lantai lima. Sesampainya di lantai lima kami langsung mencari nomor kamar kami. Aku mendapat kamar nomor 127.

"Ya sudah, saya ke kamar saya dulu. Assalamualaikum. "

Itulah kalimat terakhir yang diucapkan dokter Alfi saat kami sampai di depan kamarku. Aku pun masuk ke kamar setelah dokter Alfi pergi. Pertama kali yang kulakukan saat sampai di kamar adalah mengeluarkan semua barang yang aku bawa. Aku harus menyiapkan keperluan apa saja yang akan dibawa besok karena kami diwajibkan untuk membawa barang seperlunya untuk menginap di tenda darurat bencana. Jika dipikir-pikir terlalu mubazir untuk menyewa hotel kalau ujung-ujungnya hanya untuk menaruh barang saja, itulah yang ada dipikiranku.
Selesai menyiapkan semuanya aku langsung mengirim pesan ke dokter Rani, memberitahunya nomor kamar kami. Sukses mengirim pesan aku langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Sekitar pukul 21.45 dokter Rani pulang.

"Syif, ini ada jajan tadi aku beli sama Rian di depan. "

"O iya dok."

"Kamu udah makan? " tanyanya.

"Belum dok, dokter udah makan? "

"Belum. "

"Kalo gitu mau saya buatkan mie rebus? "

"Emm boleh deh sekali-kali. "

"Oke siap, kalo gitu saya ke dapur dulu ya dok. "

"Oke, saya juga mau mandi dulu."

Setelah itu kami bertemu kembali di meja makan untuk makan malam. Kami pun saling bertukar cerita. Dokter Reni meceritakan kejadian tadi saat mengambil barangnya yang tertinggal.

•••

Aku dan dokter Reni bangun pukul tiga untuk melaksanakan tahajud. Dokter Reni bilang kalau tahajud juga menjadi sebuah kebiasaan dalam hidupnya. Setelahnya kami berdua melanjutkan untuk membaca al-qur'an sampai azan subuh berkumandang.

Selesai mandi kami langsung turun ke lobby. Di sana sudah ada dokter Alfi dan dokter Rian.

"Lama bener. " ucap dokter Rian.

Dear Imamku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang