Part 7

93 29 64
                                    

_Happy Reading_

Berjalan hati-hati agar nampan berisi lima mangkok bakso tidak kehilangan keseimbangan dan berakhir fatal. Penuh kesabaran, akhirnya Aulia berhasil sampai di meja. Membagi mangkok pada teman-temannya, barulah ia duduk.

"Eh, Lia. Kenapa lama banget pesennya? Kantin, kan, nggak rame banget?" Nina memicing mata curiga sembari menyeruput kuah bakso bersaus pedas.

"Eh, anu, itu, tadi banyak anak yang nyerobot antrean, jadi aku pesennya telat," bohong Aulia.

Jika ia mengatakan yang sebenarnya, maka akan keluar gombalan mengenainya dengan pemuda dingin itu. Akan lebih baik, jika rahasia ini aman dalam hati.

****

Menendang batu kecil berulang kali, Aulia masih saja melamunkan kejadian di kantin. Ketika tangannya bertaut dengan tangan pemuda itu. Sampai tak sadar bahwa keempat kawan memperhatikannya penuh curiga.

"Argghhh, kenapa harus bertemu dia lagi sih," Kesal Aulia sembari meremas ujung hijabnya.

Hari ini Aulia benar benar dibuat kesal, atas kecerobohan yang dirinya lakukan baik tadi pagi maupun diwaktu istirahat.

Aulia berjalan sendirian dari kelas menuju ke parkiran sekolah. Sesampainya Di parkiran Aulia baru menyadari bahwa dia lupa untuk ke kelas Dinda.

"Astagfirullah, Lia. Kok kamu ninggalin Dinda di kelas sih. Aduh, pasti Dinda lagi nyariin kamu," ucap Aulia sembari mengelus dadanya.

Aulia yang menyadari hal itu memilih untuk kembali ke kelas Dinda. Namun, belum ada setengah perjalanan menuju kelas, dia sudah bertemu dengan sahabatnya itu.

Terlihat raut wajah Dinda yang sangat kesal terhadap sahabatnya satu ini. Yang sudah meninggalkan dia di kelas. Untung saja tidak di tinggal pulang.

Aulia menyadari akan kesalahannya, telah meninggalkan sahabatnya itu, ia segera meminta maaf kepada Dinda tanpa disuruh.

"Din, maaf ya. Udah ninggalin kamu di kelas." Aulia menatap sahabatnya lekat.

Dinda yang tidak tegaan dengan sikap sahabatnya memilih untuk memaafkan kesalahan Aulia kali ini.

"Iya, aku maafin. Lain kali jangan gitu lagi." Ucap Dinda tersenyum kepada sahabatnya, "kamu ada masalah?" Lanjut Dinda bertanya kepada Aulia.

"Ah, aku gak papa kok. Cuman lagi banyak pikiran saja," Ucap Aulia berbohong kepada sahabatnya.

Dinda tahu sahabatnya ini tidak mungkin bisa berbohong kepadanya. Dinda juga tau kalo Aulia tidak mungkin menjawab pertanyaan seperti itu di tempat umum.

"Ya sudah kalo begitu, ayok kita pulang." Ajak Dinda menggandeng tangan Aulia.

****

Di lain sisi ada tiga pemuda yang tengah asik bercanda, berjalan menuju ke tempat parkiran sekolah. Mereka bergurau kecuali Faisal yang hanya diam menjadi pendengar.

Walau gurauan mereka terkesan lucu, tetapi pemuda berparas dingin tidak menarik sedikitnya seulas senyum. Seolah sudah terbiasa, teman-temannya hanya menerima pasrah.

Selain tawa temannya, ada tawa lain terselubung. Berbalik guna melihat sosok tersebut, tetapi raganya telah tertabrak oleh seseorang itu tiba-tiba.

Brukk

Ternyata Faisal tak sengaja menabrak seorang gadis. Untungnya raga gadis tersebut tak sepenuhnya jatuh, dibantu tarikan dari temannya, sehingga dua raga yang bertabrak tidak tersungkur bersamaan.

Hanya tubuh Faisal yang tersungkur ke tanah. Berdiri sendiri, kemudian membersihkan debu pasir yang menempel di punggung.

"Ck, lo lagi, lo lagi. Sial banget hari gua, ketemu lo terus!" Ketus pemuda itu tak lain ialah Faisal.

Dinda yang melihat temannya disalahkan oleh Faisal merasa tidak terima. Lantas menunjukkan sisi murka dengan tangan menunjuk-nunjuk ketiga lelaki yang bertindak tidak sopan.

"Eh, lo yang nabrak teman gua, kenapa lo yang marah sih!" Bentak Dinda.

Geri dan Iqbal juga tak mau kalah, mereka ikut membela sahabatnya, padahal mereka tidak tau menahu bagaimana kronologinya.

"Ck, lo apa, apaan sih nyalahin faisal. Udah jelas teman lo itu yang nyenggol Faisal." Seru Geri menunjuk kearah Aulia.

Iqbal bukannya ikut membela sahabatnya, ia malah memperhatikan Aulia dengan seksama. Namun, Aulia yang sadar akan perlakuan iqbal dia menundukan kepalanya.

Menelengkan kepala sembari mengetuk-ngetuk dahi. Ketika ingatannya kembali, Iqbal berseru, "tunggu, tunggu! Sal, bukannya dia cewek yang lo tolongin pas di kantin tadi, ya?"

Faisal yang menyadari akan hal itu, beralih memperhatikan Aulia yang sedari tadi menunduk tak mau menatap kedepan.

"Ya, dia ceweknya," jawab Faisal agak cuek. Pandangan pemuda itu berpaling pada objek lain, yang jelas bukan Aulia.

_TBC_

Haii gaes kembali lagi dengan mimin😗
Gimana part ini?
Seru kah?
Atau membosankan 😫?

Maaf ya mimin baru update jadwal padat, ditambah lagi mimin sering sakit. InsyaAllah mimin usahakan seminggu sekali update ya😉

Jangan lupa vote and coment ya😚


_Salam manis dari Author✨_

Cinta Dalam Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang