Part 8

136 12 26
                                    

Jangan lupa vote and coment;)
.
.
.
.
_Happy Reading_

****

Setelah mengantarkan Dinda ke rumah, Aulia lebih memilih langsung pulang ke rumahnya.

Sesampainya di halaman rumah, Aulia memarkirkan mobilnya ke garasi. "Alhamdulillah, sampai juga," Ujar Aulia sembari melepaskan sabuk pengaman, kemudian ia turun dan mengunci mobilnya.

Aulia berjalan memasuki rumah, tak lupa ia mengucapkan salam terlebih dahulu. "As-salamu'alaikum, Umi, Abi." Ucap Aulia beriringi membuka knop pintu rumah.

Ia merasa rumahnya sepi tak ada penghuninya, dari kejauhan terdengar suara Bi Susi sedang berjalan menghampiri dirinya "Waalaikumus-sam, eh Non Aulia sudah pulang,"

Bi Susi ialah pembantu di rumah Aulia, beliau bekerja sudah lama sejak Aulia berusia 2 tahun. Bi Susi bekerja dari pagi hingga sore, ia ditugaskan untuk membantu pekerjaan rumah selagi orang tua Aulia bekerja.

"Iya, Bi. Umi, Abi, sama kalisa kemana, Bi? Kok rumah sepi," Tanya Aulia setelah bersalaman dengan Bi Susi.

"Umi sama kalisa tadi keluar, katanya mau nemenin kalisa jalan-jalan. Kalo Abi 'kan lagi kerja, Non," Jelas Bibi kepada Aulia.

Setelah mendapat penjelasan dari Bibi Aulia hanya ber-oh-ria saja. Karna merasa lelah, Aulia memilih untuk langsung pergi ke kamarnya. Tak lupa ia berpamitan dengan Bibi.

"Ya udah, Bi, Aulia ke kamar dulu," Pamit Aulia. Berjalan menaiki tangga menuju ke kamarnya.

Sesampainya di depan pintu kamar, Aulia membuka knop sambil mengucap salam dalam hati. Perlahan pintu kamar mulai terbuka, terlihat ruang kamar, kepimilikan sosok perempuan terbilang sederhana luasanya. Nuansa creamy berpadu cokelat cerah menambah nilai estetika, di samping ranjang queen size terhias jendela cukup lebar. Memberi tontonan memuaskan perihal keadaan luar sana. Perkakas tersusun dengan apik dan rapi. Pun, tiada debu di sini. Mencerminkan pemiliknya yang mencintai kerapihan dan kebersihan. Ditambah pula, di samping meja rias terdapat rak buku, kumpulan bacaan yang sudah tuntas dibaca seluruhnya.

Aulia berjalan sempoyongan menuju tempat tidurnya. Sebelum merebahkan diri, ia meletakkan Ransel yang dia bawa ketempatnya. Aulia merebahkan dirinya secara perlahan, menatap langit-langit kamar yang begitu indah.

Tiba-tiba pikirannya meleset pada kejadian yang menimpanya di sekolah. Sungguh sangat memalukan bagi Aulia, hari pertama tahun ajaran baru kelas XII diawali dengan hal yang tak pernah terpikirkan olehnya.

Tanpa sengaja Aulia tersenyum, ketika sekilas bayangan disaat wajahnya bertemu dengan seorang pemuda yang menolongnya di kantin sekolah tadi.

"Ganteng juga ya,"

"Astagfirullah, Lia. Jangan ngelamunin cowo, yang belum menjadi mahrammu. Ingat dosa Lia," Gumam Aulia.

Dengan cepat Aulia menghindari pemikiran tentang Faisal. Ada apa dengannya? Kenapa dia tiba-tiba memikirkan Faisal?. Ah, masa bodo. Aulia merasa badannya sedikit lengket karena keringat, ia memilih untuk segera mandi agar badannya terlihat segar kembali.

****

Sebuah kedai angkringan menjadi tujuan pasti. Faisal bersama dengan Geri dan Iqbal berjalan dengan langkah tenang ke kedai mini dengan banner kecil bertuliskan nama 'Warung Pikoopi'. Tidak mewah layaknya restoran, melainkan seperti warung kopi pada umumnya, dengan desain yang menarik perhatian para muda-mudi.

Terdapat kursi dan gelaran karpet, bagi yang condong lebih suka duduk selonjoran. Kedai tersebut berlokasi di pinggir jalan, dekat pada alun-alun kota. Suara bising dari lalu lintas tak mengubahnya suasana yang indah, langit beranjak jingga, dan lampu hias kuning yang sengaja dipasang menambah poin plus. Tiada lupa angin yang berembus tenang, menjadikan anakan rambut rapi pemuda Faisal bergerak kecil. Aroma racikan kopi khas pinggir jalan membuat mata tajam Faisal terpejam barang sejenak.

Namun, bayangan Aulia terlintas sejenak dalam pikirannya. Faisal yang merasa aneh dengan dirinya yang tiba-tiba memikirkan gadis itu, dengan cepat menepis pikiran itu jauh-jauh.

Membenarkan posisi duduknya, dari yang awalnya menyender kini duduk tagak. Bersaman dengan datangnya pelayanan yang membawa nampan berisi tiga cangkir kopi hangat pesanan mereka.

"Ini pesanannya, Mas. Silahkan dinikmati," ujar pelayan paruh baya dengan ramah.

"Iya, Bu. Terimakasih," Balas Faisal tersenyum ramah.

Menyeduh kopi dengan nikmat, ditemani cemilan ringan juga buku yang mereka bawa. Eits, kalian salah bukan mereka yang membawa buku melaikan hanya Faisal lah yang membawa buku. Membaca adalah hobi Faisal, bisa dikatakan dia itu kutu buku.

Ia masih fokus membaca buku Novel yang berjudul Hijrah. Buku yang selalu Faisal bawa kemanapun ia pergi. Berbeda dengan dua sahabat Faisal, mereka lebih suka bergurau. Sesekali Faisal hanya tersenyum tipis, sangat tipis ketika mendengarkan gurauan kedua sahabatnya.

Saking fokusnya membaca buku, tanpa disadari kedua sahabatnya malah membicarakan gadis yang tak sengaja Faisal tabrak di sekolah. Gadis itu ialah Aulia.

"Eh, kalian kenal ga sih sama cewek yang tadi marah-marah ga jelas ke kita?" Tanya Geri sembari membuka snack yang dia pegang.

"Ouh, Dinda yang lo maksud," jawab Iqbal kemudian melanjutkan aktivitas makan.

"Kriuk...kriuk, Ga tau sih namanya siapa, yang jelas kenapa dia marah ke kita. Padahal temannya yang salah," Protes Geri yang sedang mengunyah kripik dengan nikmat.

"Setau gua, Dinda orangnya emang gitu. Galak banget sama cowok, ga pernah tuh berbicara lembut selalu aja ngegas." Sahut Iqbal.

"Btw, Dinda itu kelas berapa, sih?" Tanya Geri sedikit penasaran.

Iqbal yang sedang menyeduh kopinya lalu menjawab pertanyaan Geri dengan santai,"Kalo ga salah anak XII MIPA 2."

"Oh, anak MIPA 2. Terus kalo temanya itu?" Tanya Geri.

"Dia itu Annisa Aulia Jannah, murid terpintar disekolah. Dia juga berprestasi, baik, kalem, ramah, sholehah idaman para kaum adam pokonya," Tutur iqbal sembari memasukan snack kedalam mulutnya. "Kecuali Faisal." Lanjutnya sambil melirik kearah Faisal yang sedang fokus ke buku.

"Kok gua ga pernah liat si siapa tadi," Sahut Geri sembari mengingat nama gadis yang diceritakan Iqbal baru saja.

"Annisa," Potong Faisal dengan singkat.

"Nah, iya si Annisa. Ehh, kok kamu kenal dia Sal?" Tanya Geri penuh curiga.

"jelaslah Faisal kenal dengan si Aulia. Setara nih ya, Faisal itu kan ketua Rohis juga ketua OSIS di sekolah kita," ungkap Iqbal.

"Terus hubungannya apa dengan Faisal?" Sahut Geri dengan polos.

Iqbal yang sedang asik ngemil, kemudian menghentikanya. Lalu berkata, "Aulia itu sekertaris Rohis, terus di OSIS dia juga menjabat dibidang keagaman. Bahkan dia ketua bidangnya."

Geri mengangguk faham, lalu beralih menatap sahabatnya yang sedari tadi fokus membaca buku. "Eh, Sal. Ga bosen apa dari tadi baca terus, gua aja yang liatin bosen," cetus Geri cerewet.

Faisal hanya membalas lirikan tajam ke arah Geri, lalu beralih kembali ke buku yang ia pegang.

Geri yang mendapat lirikan seperti itu langsung begidik ngeri, ia memilih diam tak mau lagi bertanya dengan sahabat satunya itu.

_TBC_

Assalamu'alaikum, apa kabar, semuanya?
Alhamdulillah, akhirnya mimin bisa update juga.
Semoga part kali ini bisa menghibur kalian semua:)

_Salam manis dari author✨_

Cinta Dalam Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang