Regrets : 14 - Unsweetened

784 99 12
                                    

All My Regrets : 14

.

.

.

"APA?! KAU SERIUS?!"

Ini masih pukul tujuh pagi dan sudah terdengar sebuah pekikan nyaring dari Mikasa yang tiba-tiba beranjak dari tempat tidurnya.

Armin mengorek telinganya sedikit seolah mengejek suara Mikasa yang kelewat merdu itu. "Bisa tidak reaksimu biasa saja?" dengus Armin kemudian.

Mikasa berkacak pinggang lalu menghampiri sahabatnya itu, "Kenapa kau baru bilang sekarang kalau mau pulang besok?" tanyanya tajam.

Armin kembali mendengus, "Masih besok, bukan sekarang." Jawabnya.

"Iya, tapi kau tidak bilang padaku dari kemarin-kemarin, apa salah-"

CKLEK

Pintu terbuka paksa, membuat Mikasa dan Armin sontak menoleh pada sumber suara.

"Sudah kuduga itu kau." ucap Armin memasang wajah malas menatap Eren yang berdiri di depan pintu dengan memakai seragam serta sedikit nafas yang masih memburu.

Mikasa hanya meneguk ludahnya dan mencoba bersikap biasa saja. "Ah, Eren, kau datang pagi sekali," ucapnya menyapa dengan senyuman seperti biasanya.

Eren tak bergeming, dirinya mengatur nafasnya agar tetap terlihat tenang.

Lekungan di sudut bibir Eren terlihat, senyuman tipis itu kian melebar begitu melihat sosok gadis itu masih ceria seperti biasanya. Eren menggeleng pelan, seolah menepis pikiran buruk yang menghantuinya sejak pagi tadi.

Melihat Eren yang tak kunjung bergeming, Armin kembali membuka suara, "Kau... tidak pergi ke sekolah?"

Dan lamunan pemuda brunette itu buyar seketika, "Oh? A-aku berangkat, aku hanya ingin mampir saja sebentar."

"Eren, kau tahu tidak Armin akan pulang besok?" tiba-tiba Mikasa bertanya, sedangkan Armin yang mendengar itu mendelik ke arah Mikasa.

Gadis itu menjulurkan lidahnya, membuat Armin mendengus kesal, "Kenapa kau lapor padanya, heh? Ku pikir ini rahasia kita berdua saja," gerutunya.

"Memangnya kenapa kalau Eren tahu? Tidak masalah 'kan?" balas Mikasa.

Eren hanya tersenyum tipis menanggapinya, "Baguslah kalau kau pulang, ku pikir kau mulai suka dengan rumah sakit ini," ucapnya kemudian.

"Ya, ada banyak yang harus kulakukan, maaf aku orang sibuk," ejek Armin.

Eren menyeringai, "Oh, jenis sibuk apa yang membuatmu rela pergi ke tempat ini untuk waktu yang lama?"

"Hmph, setidaknya bukan seperti dirimu yang setiap saat ke tempat ini." Balas Armin dengan senyum mengejek lagi.

"Alasanku tidak sesederhana itu," bantah Eren.

"Kau pikir aku begitu?" tanya Armin.

"Tidak juga."

"Apa maksudnya kalau begitu?"

Mikasa mendengus, lagi-lagi melihat kedua pemuda ini berdebat hal-hal kecil. Merasa tidak digubris, akhirnya Mikasa kembali bersuara, "Hei kalian berdua, ngomong-ngomong dimana kakakku?"

Eren seketika menoleh pada gadis berambut hitam itu dengan tatapan bertanya, "Dia tidak kembali?"

Armin terdiam sejenak sebelum menjawab, "Kau seperti tidak tahu kakakmu saja, dia pasti sibuk pekerjaannya," menjedanya sebentar, "Yah... kurasa..." lanjutnya lirih.

All My Regrets (Eren X Mikasa) | EreMikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang