All My Regrets : 16
.
.
.
Eren kembali menghela nafas berat, hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu. Pertandingan basket persahabatan Shiganshina melawan Marley sebentar lagi akan dimulai. Untuk sampai ke tahap ini, sudah banyak yang Eren lakukan, walaupun berat, ia harus pulang dengan membawa kemenangan.
Sedikit menyesal Eren pernah berjanji untuk memenangkan pertandingan ini pada Mike waktu itu. Bagaimana kalau dia tidak menang? Semuanya akan sia-sia.
Awalnya Eren hanyalah menuruti permintaan gurunya, tapi alasan Eren sampai sekarang tidak menyerah adalah gadis itu.
Dan yang ia harus lakukan adalah untuk tidak membuat Mikasa kecewa.
Eren dan teman-temannya sudah sampai di lokasi. Gedung olahraga Marley ini luas dan banyak sekali fasilitas. Mereka disambut panitia, lalu beristirahat di kamar yang sudah disediakan.
1 jam sebelum pertandingan, tidak seperti yang lainnya, Eren hanya bersantai, menatap langit-langit ruangan.
Jean yang sedang pemanasan itu berhenti sejenak lalu memandang Eren bertanya, "Hey, kau sehat?"
Eren hanya melirik ke Jean, lalu kembali mengalihkan pandangannya. "Aku hanya butuh istirahat." Jawabnya.
"Kau benar tidak apa?" Jean kembali memastikan. Pasalnya, menurut Jean kali ini Eren tidak hanya terlihat diam, dari raut wajahnya seperti khawatir akan sesuatu. "Aku tahu kau cemas, tapi kemarin kau sudah mengajari kita semua, aku yakin kita bisa hari ini," ucap Jean sambil menepuk pundak Eren.
Setengahnya benar, Eren khawatir ia tidak maksimal saat bertanding nanti. Tapi yang paling ia khawatirkan saat ini adalah kondisi Mikasa sekarang.
Eren masih menyimpan janjinya untuk tidak bertemu Mikasa sampai dia sembuh nanti. Entah kapankah hari itu tiba, Eren juga tidak tahu.
"Yo! Kalian tegang sekali?" Ucap perempuan berkacamata yang sekarang berkacak pinggang.
'Sial, kenapa malah dia yang mendampingi.' Batin Eren mengeluh.
Masalahnya, mendadak Pak Mike membatalkan untuk mendampingi murid-muridnya dan diganti oleh Hanji. Entah apa yang dipikirkan kepala sekolah menggantinya dengan guru seni.
Konyol sekali. Sekolah mana yang berani mengirimkan perwakilan guru yang bukan di bidangnya?
"Hei, hei, hei, jangan tegang! Aku biasa melakukan ini kalau tegang, coba kalian lakukan!" Hanji menggerakkan ujung jari kaki yang tertutup sepatu. "Konon katanya ini bisa mengurangi gugup!"
Jean tersenyum, "Ah iya," dan memberi isyarat yang lain untuk mengikutinya.
Sejujurnya tidak ada yang mau mengikuti Hanji, tapi Reiner menurut saja daripada merasa tidak enak, lalu diikuti Porco yang duduk di bangku.
Sisanya? Melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Termasuk Eren yang kini matanya terpejam.
.
.
.
5 menit sebelum pertandingan dimulai.
Semuanya sudah bersiap, Eren berada di paling depan. Terdengar sorakan ramai penonton yang menyemangati tim masing-masing, walaupun mayoritas supporter Marley, tapi suasana ini membangun semangat Eren.
Ketika nama tim Shiganshina dipanggil, semuanya masuk ke lapangan sebelum memberi hormat ke tim lawan.
Saat Eren berjalan ke tepi lapangan, iris hijaunya menangkap sosok yang tak asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
All My Regrets (Eren X Mikasa) | EreMika
Romance[MULTICHAP/ONGOING] Shingeki no Kyojin | EreMika Fanfiction Eren tidak biasanya peduli dengan orang lain. Pemuda brunette yang bernama lengkap Eren Yeager ini tidak tertarik untuk berhubungan dengan orang-orang karena menurutnya itu hal yang merepot...