Arabella terus terdiam di sudut kamarnya, ia masih sangat terluka dan tak percaya akan apa yang terjadi saat Arvian mengantarkan dirinya pulang. Saat ini, hanya Arvian yang ingin ia temui.
Tok ... Tok ... Tok
Arabella mendengus sebal, kali ini mungkin Revan yang mengetuk pintu kamarnya. Namun, sepertinya tidak, asal suara itu dari jendela kamarnya. Apa karena dirinya enggan untuk membuka pintu kamarnya mereka jadi memilih untuk masuk lewat jendela?
Arabella kembali enggan untuk membuka jendela kamarnya, sebelum suara seorang pria yang seperti tak asing baginya terdengar.
“Ara, ini aku. Tolong buka jendelanya ya, aku mau bicara.”
Suara Arvian. Ia benar-benar ingat suara Arvian, apa ia tidak salah dengar?
Ia membuka gorden jendela, dan benar saja ada Arvian yang menunggu dirinya diluar. Gadis itu langsung tersenyum lalu membuka jendela kamarnya, menyuruh Arvian masuk sebelum ketahuan oleh penjaga rumahnya.
“Kamu kok di sini, Ar? Aku takut kamu ketahuan sama penjaga,” ucap Arabella.
“Aku khawatir sama kamu, Ara. Aku kesini dibantu sama Andri,” jawab Arvian.
Mendengar jawaban dari pria yang dicintainya itu membuat Arabella kembali meneteskan air matanya, gadis itu langsung memeluk Arvian membuat Arvian terkejut. Keduanya ingin terus bersama, sekarang mereka harus berjuang untuk mendapatkan restu dari orang tua Arabella.
“Jangan bilang kalau kamu belum makan dari tadi siang?” tebak Arvian saat melihat kondisi Arabella.
Arabella mengangguk.
Kemudian Arvian menyuruh Arabella untuk duduk, ia kemudian menaruh kantong kresek yang dibawanya di atas meja, lalu mengambil sebuah kotak berwarna pink yang berisi makanan buatan ibunya untuk Arabella.
“Nah, tadi ibu masak banyak, terus dia mau kamu nyobain masakannya,” ucap Arvian sambil memberikan kotak berisi makanan itu kepada Arabella.
“Makasih ya.”
Arabella memang pernah diajak Arvian kerumahnya, di sana ia berkenalan dengan adik-adik Arvian dan ibu Arvian juga, meskipun awalnya ia sempat malu-malu, tapi akhirnya ia bisa akrab juga dengan keluarga Arvian.
“Kamu harus tetap jaga kesehatan ya, Ara. Aku sayang kamu, kita pikirkan jalan keluarnya bareng-bareng, ya. Kamu jangan sedih terus, karena aku gak bisa sering-sering nemuin kamu seperti dulu,” ucap Arvian.
“Kamu juga jaga kesehatan, ya. Maafin ayah—”
“Ayah kamu gak salah, kalau aku ada di posisi ayah kamu mungkin aku juga gak bakal setuju kalau kamu sama aku, kamu tau kan kekurangan aku,” potong Arvian cepat.
Arvian kemudian menatap ponselnya yang terus berdering sejak tadi, Andri menelponnya, berarti ia harus cepat-cepat pergi dari sini sebelum ketahuan.
“Aku harus pergi sekarang, Ara. Inget pesan aku ya, jaga diri kamu baik-baik.” Mendengar itu raut wajah Arabella berubah menjadi sedih kembali.
“Hati-hati pulangnya, kalau sudah sampai rumah, tolong kabari aku lagi, ya. Kita berjuang sama-sama. Kamu juga jaga diri baik-baik, ya.”
Mendengar itu Arvian kemudian tersenyum, setelah itu pria itu pergi keluar lewat jendela kamar Arabella. Ia sudah mulai agak tenang sekarang, mulai hari ini dirinya dan Arabella harus sama-sama berjuang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelah Mata
Teen Fiction[Terbit Di Lintang Semesta Publisher] 7 tahun lalu Arvian dan teman-temannya ada di saat-saat paling menakutkan bagi Arabella tiba. Tak di sangka, saat mereka sudah remaja, Arabella yang terkenal dengan keberaniannya menolong Arvian di saat laki-lak...