Hari sudah larut malam, waktu menunjukkan pukul 2 malam. Arvian masih terus mondar-mandir di depan taman tempat biasa dirinya dan Arabella biasa bertemu, pria itu terus diam di tempat itu, berharap gadis yang dicintainya itu akan datang. Berharap, gadis yang disayanginya itu tak benar-benar hilang. Namun, pada kenyataannya, ia tak menemukan sosok Arabella dimana-mana, gadis yang dicintainya itu bahkan belum membalas pesannya.
Arvian benar-benar khawatir sekarang, ia nyaris tak tau apa yang harus dirinya lakukan. Ia merasa gagal, menjaga seseorang yang sangat dicintainya. Andri yang melihat sahabatnya terus bersedih itu langsung mencoba menenangkannya, ia mengerti apa yang Arvian rasakan sekarang, ia membantu Arvian untuk mencari Arabella. Namun, Arabella benar-benar sangat sulit ditemukan, tempat yang disukai gadis itu sudah mereka datangi, tapi Arabella bahkan belum kesana sejak pagi hari.
Ara, aku mohon balas pesan aku, Ra, Batin Arvian sambil menatap ponselnya terus sedari tadi.
“Ar, kita pasti bisa nemuin Arabella. Gue pasti bakal bantuin lo temuin dia.” Arvian tersenyum mendengar apa yang Andri katakan.
“An, Terima kasih ya.” Andri mengangguk.
Ditengah kegelisahan yang Arvian rasakan, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Membuatnya langsung menoleh dan menatap seorang pria yang kini tengah menatapnya tajam.
Rio.
Arvian tak tau kenapa pria yang sangat membencinya itu tiba-tiba datang menemuinya, ia tak tau tujuan pria itu apa.
“Mau apa lagi lo?” tanya Andri sinis kepadanya.
“Berhentilah berpikiran buruk tentang gue!” balas Rio tak kalah sinis.
“Gue mau minta maaf atas apa yang gue lakuin ke lo dulu, Ar,” ucapnya pada Arvian.
“Iya. Udah saya maafkan kok,” jawab Arvian sambil tersenyum.
“Tumben minta maaf,” ucap Andri kepada Rio namun tak dibalas oleh pria itu.
“Kalau lo nyari Ara, gue tau dia dimana.”
Deg!
Arvian seketika terkejut mendengarnya, Ara? Arabella? Apakah Rio benar-benar tau keberadaan gadis yang dicintainya.
“Revan yang bawa dia, gue ngikutin dia diem-diem tadi pagi. Dan ternyata, Revan menyembunyikan Arabella di rumah lamanya. Ada banyak penjaga di sana, kalian gak akan bisa masuk—”
“Kata siapa? Kita bahkan pernah nolongin Arabella di situasi yang lebih parah dari ini,” potong Andri cepat.
Rio mendengus sebal.
“Setidaknya gue bisa bantuin kalian kesana, penjaga di sana ada banyak, kalau kita bertiga kita pasti akan lebih mudah melawan mereka.”
Arvian setuju dengan apa yang Rio katakan, tapi benarkah pria itu benar-benar ingin membantunya?
“Kali ini, tolong percaya sama gue,” ucap Rio ketika melihat Andri menatapnya penuh curiga.
“Kita berangkat sekarang!”
🖤
“Kamu hanya punya dua pilihan, Ara sayang. Jika kamu tak mau kembali bersamaku, aku bisa menempatkan pria yang dicintaimu itu dalam bahaya.”
“Jangan sakiti dia! Jangan berani-beraninya lo bikin dia dalam bahaya!” teriak Arabella. Ia tak pernah menyangka, bahwa Revan akan berbuat senekat ini padanya.
“Jadi jawabanmu adalah kembali bersamaku?” tanya Revan.
Arabella tak kunjung memberikan Revan jawaban, gadis itu terus diam, hingga mereka terkejut saat pintu didobrak oleh empat orang pria.
Ia menatap Rio, Andri, ayahnya, dan juga Arvian yang kini hadir untuk menyelamatkannya. Beruntungnya, mereka bisa mengetahui keberadaannya.
Revan benar-benar terkejut akan kehadiran mereka, hampir saja ia berhasil menjalankan rencananya. Tapi, kehadiran keempat pria itu membuat rencananya gagal total.
“Revan! Berani-beraninya kamu melakukan ini kepada putri saya!” teriak Antoni marah.
“Memangnya kenapa? Anak om ini sok jual mahal dengan saya. Bahkan, disaat saya sudah menjelaskan alasan saya pergi dulu, dia tetap memilih laki-laki itu!” teriak Revan sambil menunjuk Arvian.
“Jika saya tak bisa bersama Arabella maka Arvian pun tak akan bisa bersamanya!” lanjutnya membuat Arabella semakin ketakutan.
“Berhenti! Jika kamu melukai Arabella! Saya tak akan diam saja!” Arvian dengan berani mendekati Arabella dan Revan, dengan cepat ia memukul Revan membuat pria itu tersungkur ke lantai. Andri dan Rio membantu Arabella melepaskan tali yang mengikat tangannya, sedangkan Arvian dan Antoni fokus kepada Revan. Tetapi, tanpa Arvian sadari Revan menggenggam sebuah pisau di tangannya.
Sehingga, pria itu menusuk Arvian dengan pisau yang sedari tadi ia genggam.
“Arvian!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelah Mata
Teen Fiction[Terbit Di Lintang Semesta Publisher] 7 tahun lalu Arvian dan teman-temannya ada di saat-saat paling menakutkan bagi Arabella tiba. Tak di sangka, saat mereka sudah remaja, Arabella yang terkenal dengan keberaniannya menolong Arvian di saat laki-lak...