16: Ending

9 4 0
                                    

“Untukmu Arabella, gadis yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Suatu saat, di mana aku sudah sukses nanti, di saat aku sudah pantas untuk bersanding denganmu, aku akan kembali dan melamar dirimu. Tolong bersabar, ya.”

—Arvian Pramana untuk Arabella.

🖤

Arabella menatap Arvian yang belum sadarkan diri, sedari tadi ia terus menangis melihat kondisi pria yang sangat dicintainya itu. Arabella terus menggenggam tangan Arvian, ia sangat takut kehilangannya. Ia masih belum bisa memaafkan Revan, ia tak menyangka jika Revan akan melakukan hal senekat ini.

“Arvian, bangun dong. Arvian jangan tinggalin Ara, ya. Ara takut kehilangan Arvian,” ucapnya lalu mencium tangan Arvian.

“Ara sayang Vian, sangat.”

Arabella terus menangis, ia bahkan tak ingin makan jika Arvian belum sadar, melihat bagaimana pria yang dicintainya itu ditusuk oleh Revan benar-benar sangat menyakitkan. Melihat bagaimana Arvian mengeluh kesakitan, membuatnya benar-benar takut kehilangan. Ia benar-benar berharap Arvian secepatnya sadar.

Arabella merasa bahwa semua ini terjadi karena dirinya.

“Arabella, sebentar lagi keluarga Arvian akan datang, sekarang mari kita pulang!” ajak Antoni.

Arabella menggeleng.

“Setelah apa yang Arvian lakukan untuk Ara, ayah masih tidak bisa merestui hubungan kami berdua?” tanya Arabella.

“Ayah akan membiayai pengobatan untuk Arvian,” jawab Antoni.

Arabella kembali menatap Arvian, ia kembali meneteskan air matanya. Arabella berpikir, bahwa setelah ayahnya melihat perjuangan Arvian, ayahnya akan merestui hubungan mereka. Tapi, pada kenyataannya tidak.

“Ara, lo pulang aja, lagipula lo juga belum istirahat,” ucap Andri yang baru saja datang.

“Tolong jaga Arvian ya An.” Sebelum pergi Arabella sempat berpesan kepada Andri agar pria itu menjaga Arvian dengan baik.

🖤

Keesokan harinya Arabella berlari menuju ruangan Arvian, gadis itu mendapatkan kabar dari Rio bahwa Arvian sudah sadar, mendengar itu tentu saja ia merasa senang, sangat. Arabella memasuki ruangan Arvian, dan benar saja Arvian sudah sadar. Ia sangat bahagia menatap Arvian yang tersenyum kearahnya, di samping pria itu ada Andri—sahabat terbaiknya, Rio—yang mendadak menjadi salah satu teman baiknya, juga ada orang tua Arvian, Fatimah, Danu, dan ayah kandungnya—Bram. Dan ada juga dua adik Arvian yaitu Nida dan Nisa.

“Ara, sini.” Arvian menyuruh Arabella mendekat.

“Kamu temennya Arvian, ya?” tanya Bram kepada Arabella.

Arabella bingung untuk menjawab, ia harus menjawab apa? Teman atau pacar?

“Temen Arvian kok, pak,” jawab Arvian ketika tau Arabella bingung untuk menjawab apa.

“Kakak ini yang buat Abang jadi terluka kan? Kakak jangan bikin Abang gini lagi!” ucap Nisa kepada Arabella membuat gadis itu terkejut ketika mendengarnya.

“Nisa jangan bilang gitu, ya,” ucap Fatimah.

“Nisa gak boleh bilang gitu, mending Nisa ikut kakak ya.” Nida menggendong Nisa, membawa anak perempuan itu berjalan-jalan sebelum Nisa mengucapkan hal-hal yang dapat melukai hati Arabella.

“Maafin Nisa, ya,” ucap Danu kepada Arabella.

“Gpp kok, om.”

🖤

Kini Arvian hanya berdua dengan Arabella, dikarenakan semuanya sedang pulang dulu kerumah masing-masing.

“Ar, kamu gak kenapa-kenapa kan?” tanya Arabella kepada Arvian.

“Cuma ketusuk, kok. Aku baik-baik aja,” jawab Arvian.

Cuma ketusuk? Arabella tak mengerti apa yang Arvian pikirkan.

“Ara, sebentar lagi—”

Arvian terdiam sebentar.

“Sebentar lagi apa, Ar?” tanya Arabella.

“Sebentar lagi aku harus pergi,” lanjut Arvian.

“Kemana, Ar?” tanya Arabella penasaran dan juga ketakutan. Arabella takut, karena hal ini Arvian jadi meninggalkannya.

“Aku denger dari Andri kalau ayah kamu belum setuju sama hubungan kita,” ucap Arvian.

Deg!

Arabella terkejut mendengar apa yang Arvian katakan, bagaimana jika setelah Arvian mengetahui hal itu, Arvian malah meninggalkannya?

“Itu wajar kok, Ara. Jadi, aku akan pergi,” lanjut Arvian.

“Kamu mau ninggalin aku?” tanya Arabella sambil menangis tersedu-sedu.

“Bukan, justru aku mau berjuang untuk kamu. Aku ingin merantau, aku ingin mengejar cita-citaku, ingin membuat bangga orang tuaku. Jika, aku sudah sukses nanti, baru aku akan melamar dirimu,” jawab Arvian.

Arabella tersenyum mendengar jawaban dari pria yang begitu dicintainya itu, ia benar-benar beruntung bisa bersama Arvian, ia sempat berpikir bahwa Arvian akan menyerah, tapi ternyata tidak.

“Ar, terima kasih ya.” Arabella memeluk Arvian, ia percaya bahwa sejauh apapun Arvian pergi, Arvian pasti akan tetap kembali kepadanya.

“Tolong bersabar, Arabella.”

Arvian membalas pelukan Arabella, ia tak pernah menyangka bahwa pada akhirnya ia jatuh cinta pada seorang Arabella. Ia benar-benar merasa beruntung bisa memiliki Arabella, gadis itu tetap bersamanya, tetap mencintainya, tetap menyayanginya, meskipun sudah tau kekurangannya.

—TAMAT—

Sebelah MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang