9

237 23 2
                                    

9/10

________________________________________________________________________________

Jaebum tersenyum melirik Mark yang berulangkali menghela nafasnya—saat mereka melakukan pertemuan dengan para koleganya. Kaki Alpha yang duduk disebelahnya tampak tidak bisa diam dan terus menghentak-hentak kecil dengan cepat. Jaebum hampir tersedak tanpa sebab saat Mark berwajah terkejut ketika namanya dipanggil salah satu koleganya. Tampak satu ruangan itu juga tertegun melihat wajah 'bodoh' Alpha Tuan.

"Mr.Tuan sedikit kurang enak badan," Jaebum segera menyelamatkan teman Alphanya yang mendadak kehilangan karismanya.

Dia melirik Mark yang tidak segera bicara, hanya tampak memandang dengan mengerjap.

"Saya rasa pertemuan ini bisa diselesaikan segera. Rekan saya harus banyak istirahat," Jaebum mengusap bahu Mark lembut dan menurun kebelakang punggungnya kemudian menghentakannya secara tidak kasat mata.

Mark sempat menyalang tapi Jaebum meliriknya—lebih menyalang.

Pertemuan itu benar-benar berlangsung cukup singkat—45 menit. Mark sempat bisa mengikuti alur pembicaraan mereka tapi 'menghilang' ditengah diskusi lagi. Jaebum benar-benar menyerah dengan pikiran Mark yang tidak pada tempatnya.

"Mark—" Jaebum berhenti bicara saat telapak tangan Mark terangkat didepan wajahnya.

Alpha Tuan itu mengangkat teleponnya dan berbicara dengan cepat. Jaebum menunggunya dan tampak sedikit khawatir. Kebodohan Mark beberapa minggu lalu tentang mimpinya masih membuatnya gemas—ingin membantingnya. Dia cukup heran, Mark masih memiliki kemampuan untuk menjalankan pekerjaannya. Tapi, wajah Mark cukup serius kali ini—dia tidak pernah seserius ini dalam pekerjaan yang berat sekalipun.

"Baiklah, kau bisa mencarikan tempat lain, Han?" Mark masih berbicara diteleponnya, Jaebum bisa melihat wajah Mark yang ketara kecewa.

"Thanks. Oh, kau sudah mengganti vas bunga diruang piano? Mawar. Merah, mungkin?"

Jaebum cukup takjub—sekarang—Mark berbicara tentang bunga. Mengganti bunga. Luar biasa, pikir Jaebum. Dia masih memandang Mark bingung saat Alpha itu sudah menurunkan ponselnya. Mark meneleng memandang Jaebum yang masih terheran.

"Sesuatu merasukimu saat kau berburu? Kupikir perburuan kalian bulan ini masih minggu depan," Jaebum mengernyit dan membuat Mark terkekeh.

"Kau mengerikan, Mark.." Jaebum meringis ngeri melihat sahabatnya.

"No," Mark tersenyum lalu mengusap bahu Jaebum pelan.

"Rekanmu sedang berbahagia. Kau tidak tahu?" kata Mark dengan nada melenjeh yang membuat Jaebum kembali bergidik.

"Ah~.. kau kembali pada Jackson setelah paham kau salah mengenali mimpimu," cibir Jaebum.

Mark memejamkan matanya dan tersenyum sambil mengangguk-angguk. Dia tidak tersinggung saat Jaebum mengatainya 'bodoh'.

"Aku sudah mendapatkan mimpiku," kata Mark kembali memandang Jaebum.

Wajah Jaebum seketika melembut dan ketara dia tersentuh, "Sungguh?"

Mark mengganguk.

"Akhirnya, kau mendapatkannya." Jaebum meninju bahu Mark dan memeluk temannya dengan haru.

"Jackson?" tanya Jaebum masih mendekap Mark yang tertawa kecil.

"Ya," jawab Mark tersenyum lebar dan Jaebum semakin erat memeluk Mark.

DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang