Rumor

217 45 4
                                    


Rumor
--------

Malam mulai menjelang dan dingin semakin menusuk kedalam setiap kulit, diiringi bunyi mesin sebuah mobil tetap melaju di jalanan sepi menuju sebuah gerbang besar.

Gerbang terbuka otomatis membiarkan sang mobil hitam memasuki kawasan miliknya, terus melaju hingga memasuki garasi besar di samping sebuah rumah bernuansa classic modern.

Mesin dimatikan dan pintu terbuka, seorang lelaki dengan kemeja putih agak lusuh keluar dari mobil sambil mencengkram jaket hitam di kanannya.

Ia langsung memutar kenop pintu dan masuk kedalam berniat langsung menuju ruangannya.

"Selamat datang kembali tuan". Ucap seorang pria di dekat tangga menuju lantai dua sambil membungkukkan badannya.

Seorang pria tinggi dengan jas hitam dan sarung tangan putih di tangan kanannya dan sarung tangan hitam di tangan kirinya, terlihat seperti pelayan.

Lelaki itu hanya berjalan melewatinya dengan tatapan dingin tanpa ekspresi.

"Butuh sesuatu? Tuan?". Tanyanya sambil menoleh kebelakang kearah atasannya.

"Tidak, cukup kerjakan yang siang tadi ku suruh padamu!". Perintah lelaki itu sambil terus melangkah pelan.

"Soal itu tuan, saya.. saya baru mengerjakannya setengah". Lapornya memberi keterangan.

Lelaki itu berhenti namun tetap tak mengalihkan atensinya dari arah yang ditujunya.

"Kenapa belum tuntas?! Aku sudah bilang untuk segera menyelesaikannya!". Tegas lelaki itu dengan nada agak tinggi.

"Maaf tuan, akan segera saya selesaikan setelah ini". Ucapnya menuruti sembari tertunduk.

"Selesaikan secepatnya! Jangan sampai ada kesalahan seperti waktu lalu". Sang lelaki menatapnya intens dari sudut matanya.

"Maaf tuan, tidak akan terjadi lagi".

"Dan tetap, jangan sentuh 'kesayangan' ku!". Peringatnya tegas sekali lagi.

"Atau kau ingat resikonya".

"Baik tuan, saya akan berhati-hati lagi-".

"Dan satu lagi, jangan panggil aku tuan, aku sudah berkali-kali mengingatkanmu!". Ucapnya sambil menatap kembali.

"Baik, Techno". Jawab pelayan itu sambil menunduk kembali lalu segera berlalu.

* * *

Detik kian berjalan, berubah menjadi menit kemudian jam, terus bergerak tanpa henti menghadirkan kisah baru disetiap pergantiannya.

Mentari bersinar kembali, memancarkan cahayanya kepada dunia menggantikan posisi sang bulan yang semula berkuasa, menunjukkan eksistensinya kembali, menunjukkan siapa bos sebenarnya atas sebagian besar dunia yang dimilikinya.

Hari sekolah belumlah usai, seperti biasa y/n berjalan menuju kelasnya dengan gembira mendambakan hari baru lainnya.

Sekian menit berselang bel berbunyi menciptakan keheningan di beberapa bagian sekolah.

Mr. Darryl memasuki kelas y/n Dan seperti biasa mengajar di kelas itu, Fisika.

Fisika berarti kiamat? Dan ujiannya berarti neraka? Ya, bagi sebagian besar manusia, termasuk saya.

Mau tak mau y/n mengikuti pelajaran hingga akhir, di akhir jam nya Mr. Darryl memberitahukan sebuah pengumuman.

"Perhatiannya sebentar!". Perintahnya mengalihkan pandangan para siswa menuju padanya.

"Seperti yang sudah dijadwalkan oleh sekolah di setiap semesternya, selang seminggu setelah ujian tengah semester akan diadakan pentas seni dan tetap sama, kalian bisa menampilkan apapun disana". Jelas Mr. Darryl.

Sebagian ber-oh ria dan sebagiannya lagi hanya mengangguk dan diam saja.

"Tapi perbedaannya, kali ini kita akan memakai perwakilan dua atau lebih orang dari setiap kelas untuk dilombakannya, dan sisanya akan tampil bebas sebagai pelengkap acara nanti". Jelasnya lagi.

Sebagian siswa mulai berdiskusi satu sama lain, terkecuali tetap dan tentu saja satu orang siswa di pojokan yang merasa tak peduli.

"Kalian yang putuskan siapa dua orang itu atau lebihnya, dan tentunya kalian tetap harus fokus juga pada ujian kalian, bisa dimengerti?". Tanyanya.

"Mengerti!". Jawab seluruh siswa serempak.

"Ada pertanyaan?". Tanya Mr. Darryl lagi memberi kebebasan bertanya pada siswanya.

Semua terdiam termasuk y/n.

"Baiklah kalau begitu, lebih jelasnya bisa dilihat di mading atau tunggu info selengkapnya, saya permisi". Ucapnya lagi sembari menutup pelajaran dan keluar dari kelas.

Kelas mulai penuh dengan obrolan dari para siswa membicarakan hal yang sama, pentas itu.

"Big Q, menurutmu siapa yang cocok untuk dilombakannya?". Tanya y/n pada Quackity.

"Entahlah, aku hanya menyaksikan, tapi biasanya itu adalah Wilbur dan Techno atau salah satu dari mereka, tapi di akhir-akhir ini kau juga dibicarakan oleh siswa sekolah dalam pentas itu". Ucap Quackity.

"Mem- membicarakan ku? Soal apa?". Tanya y/n ingin tau.

"Soal kemampuanmu kau akan cocok jika ikut pentas itu, tapi juga ada satu hal lagi yang membuatmu di perbincangkan". Ucap Quackity sambil menyiapkan buku untuk pelajaran selanjutnya.

"Oh ya? Apa itu?".

"Rumor kalau kau dekat dengan..". Quackity menoleh kearah belakang memandang kearah seseorang.

"Techno". Lanjutnya.

"Hah?!". Y/n Tak percaya mendengarnya, maksudnya bagaimana bisa?

"Ya, karena ada yang melihat kau pernah diantar pulang oleh Techno, sebelumnya tak ada satupun siswa yang ditolong Techno atau bahkan berbicara sepatah dua patah dengannya sepertimu". Jelas Quackity.

Segalanya mulai terasa aneh bagi y/n ia tertawa basi seakan itu hanya lelucon lainnya yang biasa dilontarkan Quackity.

"Hanya Wilbur anak kelas sebelah dan Tommy yang selama ini bisa mengobrol singkat dengannya, itupun sangat jarang".

"Ayolah Big Q, itu hanya rumor kan? Aku bahkan tak bisa mengajaknya berbicara". Y/n memandang kearah Techno dibelakang.

Ia hanya diam sambil menatap tanpa ekspresi seperti biasa ke jendela.

"Rumor lainnya beredar kah tentangnya? Tunggu, kenapa aku memikirkannya?!". Batin y/n lalu beralih menatap guru yang selanjutnya datang.

"Ada apa sebenarnya dengannya?".

TBC
----------

Violin - Technoblade x Reader [ Discontinued ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang