Coffe Store

189 33 37
                                    

Coffe Store
-------------------

Tak ada salahnya mencoba kesempatan kedua, itu yang terlintas di pikiran Y/n ketika ia mencoba kembali ke daerah sebuah komplek perumahan yang kurang berkehidupan dengan jarak antar rumah yang terbilang jauh.

Setiap rumah besar berdiri dengan pondasinya yang kokoh selang beberapa meter antar satu sama lain.

Y/n tak tau apa yang membuatnya merasa dapat mencoba kesempatan kedua tersebut untuk menapakkan kakinya kembali ke rumah yang pernah ia datangi waktu itu, yakin tak yakin dengan dirinya namun ia tetap mencoba.

Kendaraan umum yang dinaikinya terus melaju menyusuri aspal jalanan yang mulai gelap oleh malam, lampu jalanan baru menyala, kicau senja burung coklat di pohon terdengar mengalun.

Mentari mulai menghilang di ufuk barat, sinar oranye hangat milik senja semakin sirna setiap masa nya.

Meski begitu, kotak yang berada dalam pangkuan Y/n tetap akan pergi menyusul pada sang calon pemilik barunya. Butuh waktu 2 hari setelah kejadian itu untuk Y/n memperbaiki rambut dan dirinya serta memberikan keyakinan pada dirinya untuk sekedar datang dengan tujuan berterima kasih atas bantuan yang telah diterimanya selama ini, selain karena kesibukannya juga kegiatan ekstra yang masih rutin dilakukan sesuai jadwal, jarak yang jauh juga menjadi penghambat bagi dirinya untuk pergi menemui kembali orang yang pernah mengusirnya.

Y/n khawatir jika ia tidak akan diterima dengan baik oleh sang pemilik rumah nantinya namun ia sudah membuat keputusan, setidaknya jika ia tidak diterima maka kotak yang dibawanya akan diterima meski dengan setengah hati.

Jika kotak itu juga ditolak kehadirannya? Maka biarkan masa yang menentukan.

"Maaf nona, sedikit lagi kita sampai. Jika bisa, saya minta 'uang pas'". Sopir taksi itu mulai memelankan laju kendaraannya.

Y/n mengiyakan dan membereskan barangnya, bersiap kalau-kalau kendaraan itu berhenti dan telah sampai pada tujuannya.

Tak lama setelahnya mobil taksi itu berhenti, segera Y/n membayar dengan sejumlah uang yang dimilikinya lalu turun dari mobil.

Mobil kembali melaju pergi meninggalkan daerah komplek sedangkan Y/n kini berhadapan dengan gerbang besar yang pernah ditemuinya, kotak dalam genggamannya masih ia genggam erat dengan harapan baik untuk diterima.

Bel kecil terlihat di salah satu sisi dari gerbang itu, ia merasa sepertinya ia tidak melihat bel itu ketika pertama mendatanginya namun Y/n yakin bahwa lokasinya sudah benar.

Y/n menekan bel tersebut dan menunggu.

2 menit menunggu gerbang itu terbuka sedikit dan menampakkan seorang lelaki yang dulu pernah mengantarnya pulang. Masih dengan setelan jas dan sarung tangan hitam di kanan dan putih di kirinya.

"Ow selamat malam, seingatku.. kau adalah Y/n". Ranboo mencoba mengingat nama Y/n kembali.

Y/n mengangguk dengan senyum di wajahnya.

"Selamat malam juga dan senang melihatmu lagi Ranboo, aku masih berterima kasih karena telah mengantarku pulang waktu lalu". Jawabnya.

"Terima kasih kembali dan senang dapat membantu, tapi apa yang membawamu kembali kemari Y/n? Aku kurang yakin tapi.. kau ingat apa yang terjadi sebelum ini bukan? Techno kurang senang dengan kedatangan orang lain". Ranboo menoleh kearah belakang untuk memastikan lalu kembali memandang Y/n.

"Tak apa, aku hanya ingin memberinya ini". Y/n menyerahkan kotak itu pada Ranboo.

Ranboo mengernyitkan dahinya tanda heran dengan kotak itu.

"Aku.. akan langsung pergi, dan katakan saja padanya itu sebagai bentuk terima kasih ku padanya, setelah ku ingat Techno banyak menolongku".

"Menolong?". Ranboo mempertanyakan nya kembali.

Violin - Technoblade x Reader [ Discontinued ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang