Jangan panggil aku Alea kalau tidak bisa membuat Zilian jatuh cinta. Manusia flat semacam Mas Juan saja bisa kutaklukkan—ya, meski katanya tidak sepenuhnya cinta—apalagi Zilian yang notabene sudah menyukaiku sejak lama. Pasti jalan yang kutempuh tidak akan terlalu terjal, 'kan?
Aku masih mematut diri di depan cermin, bersiap untuk pergi ke kampus. Pagi ini aku meminta dijemput oleh Rona dan disetujui oleh perempuan itu. Banyak hal di masa lalu yang ingin kutanyakan pada sahabatku itu. Terutama tentang bagaimana Zilian menyatakan perasaannya padaku dan bagaimana sikap laki-laki itu agar aku bisa menyesuaikan diri saat berhadapan dengannya.
Ketukan di pintu membuat aktivitasku yang sedang menyapukan liptint ke bibir terhenti. Aku lantas menyimpan benda itu ke atas meja rias, lalu gegas membuka pintu.
"Ya, Bi?" tanyaku pada Bi Dila setelah pintu terbuka.
"Ada Mbak Rona di ruang tamu."
"Oh, iya. Suruh tunggu sebentar." Tanpa menunggu jawaban Bi Dila aku langsung melesat masuk ke kamar untuk mengambil tas di meja belajar yang sudah kusiapkan sebelum kemudian bergegas menghampiri Rona di ruang tamu.
"Alea, ke sini sebentar."
Langkahku berhenti berayun saat suara papa yang memanggil menyentuh indra pendengaran. Aku menoleh mendapati pria yang usianya sudah menginjak lima puluh tahun itu berada seorang diri di meja makan.
Sembari mengembuskan napas panjang, aku melangkah mendekat ke arah papa. Tangannya yang sudah mulai keriput itu mengoleskan selai ke permukaan roti dengan pelan, lalu meletakkan pisau yang beliau gunakan di piring usai merasa cukup dengan olesan selai pada rotinya.
Satu detik, dua detik, bahkan sampai sepuluh detik aku berdiri di samping papa, beliau belum juga mengeluarkan suara. Hingga akhirnya aku memilih untuk melontarkan tanya lebih dulu.
"Kenapa, Pa?"
"Nanti kita makan malam di luar. Pulang dari kampus, kamu langsung siap-siap terus pergi ke restoran dekat kantor papa. Alamatnya nanti papa SMS ke kamu."
Aku bergeming sesaat setelah papa menyampaikan apa yang ingin beliau katakan. Makan malam di dekat kantor papa? Sepertinya aku ingat kejadian ini. Waktu itu papa mengajakku makan malam bersama, kalau tidak salah ingat makan malam itu untuk merayakan kerja sama yang dijalin antara perusahaan papa dan perusahaan Mas Juan. Itu artinya ....
"Sama siapa? Cuma kita berdua?" tanyaku untuk memastikan.
"Sama Juan juga. Sebenarnya mama kamu juga mau ikutan. Tapi enggak bisa karena masih ada urusan di luar kota." Papa menjawab setelah selesai mengunyah roti yang beliau gigit.
Ternyata benar. Makan malam nanti dengan Mas Juan. Tidak bisa. Aku tidak boleh datang ke sana. Mas Juan dengan segala sikap manis dan lembutnya yang palsu itu akan membuat papa semakin menyukainya. Beliau akan mendesakku untuk menerima perjodohan dan bekerja di perusahaan Mas Juan alih-alih perusahaan papa sendiri.
Namun, bagaimana menolaknya? Bagaimana caranya agar papa berhenti membuatku terus terlibat dengan Mas Juan?
"Okay. Aku berangkat duluan bareng Rona." Setelah mendapat anggukan dari papa, gegas kakiku beranjak dari sana menuju ruang tamu.
Otakku terasa penuh memikirkan bagaimana cara agar aku bisa menghindari pertemuan ini. Mengajak Zilian pergi bersama? Aku menggeleng. Pilihan itu terlalu sulit. Aku bahkan belum menghubungi laki-laki itu meski sudah mengantongi nomornya.
Aku mengembuskan napas berat. Melihat kehadiranku membuat Rona yang sejak tadi menunggu berdiri, menghampiriku yang baru tiba di ruang tamu. Senyum yang sempat dia pasang untukku kembali disimpan, digantikan dengan kerutan samar di keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Under The Galaxy (TAMAT)
RomanceKalau begini terus, Alea bisa gila! Semenjak Alea sadar kalau dirinya terlempar ke masa lalu, mati-matian dia berusaha menghindari perjodohannya dengan Juan dan segala hal yang berhubungan dengan laki-laki itu agar tidak mati di tangan suaminya. Na...