Gesss gesss sebentar, sebelum baca, harap perhatikan tanggal, bulan, dan tahunnya biar kalian enggak bingung. Happy reading!
🔥🔥🔥
Jakarta, 15 Agustus 2021.
Malam ini Mas Juan tidak pulang lagi. Terhitung sudah lima hari sejak dia pamit untuk urusan dinas di luar kota. Katanya Mas Juan hanya akan pergi selama tiga hari. Namun, di hari kelima tetap tidak ada kabar sama sekali.
Mataku melirik jam digital yang terketak di nakas. Pukul dua belas lebih lima menit. Artinya sudah lewat tengah malam dan aku masih belum bisa memejamkan mata. Padahal lampu kamar sudah kupadamkan sejak tadi, hanya ada cahaya remang-remang yang menyelinap masuk lewat celah gorden jendela yang tidak tertutup rapat.
Pikiranku penuh dengan ingatan masa lalu bersama Mas Juan. Awal menikah sikapnya sangat baik, lembut, dan begitu perhatian. Aku merasa sangat dimanjakan. Namun, seiring berjalannya waktu sikap hangat yang pernah Mas Juan berikan mulai berkurang hingga habis tidak tersisa. Dan dengan naifnya aku masih berharap kalau sikap Mas Juan bisa kembali seperti dulu.
Saat aku mulai mencoba memejamkan mata, suara gedoran di pintu kembali membuatku terjaga. Aku lantas turun dari ranjang, setengah berlari untuk segera membuka pintu kamar yang kukunci. Dalam hati berharap kalau orang yang berada di balik pintu itu adalah Mas Juan.
Bau alkohol langsung menusuk indra penciumanku saat daun pintu berhasil terbuka. Aku terbelalak kala mendapati bukan Mas Juan yang datang melainkan adik sepupunya.
"Astaga, Zilian? Kamu ngapain ke sini?" tanyaku sambil menahan tubuh laki-laki itu yang hendak menerobos masuk ke kamarku. Entah bagaimana cara Zilian masuk ke rumah ini.
"Biarin aku masuk, Alea! Ada yang mau kukasih tau sama kamu." Telunjuk Zilian mengacung ke arahku. Meski sudah sekuat tenaga menahan, Zilian tetap dengan mudahnya membuatku terdorong hingga nyaris jatuh jika saja tangan laki-laki itu tidak sigap menangkap pinggangku.
"Hati-hati, Alea. Lantainya keras," ujarnya yang masih setia memeluk pinggangku.
Aku berusaha melepaskan diri. Namun, kekuatan orang mabuk ini terlalu kuat hingga aku hanya bisa memukul dadanya sembari berkata, "Lepasin, Zilian! Kamu jangan gila."
Akan bahaya jika ada orang lain yang melihat tindakan Zilian. Siapa pun bisa salah paham apa lagi cahaya di luar remang-remang.
"Enggak! Aku enggak bakal lepasin kamu lagi." Telunjuknya dia arahkan ke kiri dan ke kanan, lalu membawa tubuhku semakin masuk ke dalam kamar.
Jantungku berdebar tidak karuan saat melihat Zilian menutup pintu dengan kakinya. Tanpa memedulikan pukulan yang kulayangkan, Zilian berhasil mendudukkanku di bibir ranjang sementara dia berdiri sambil berkacak pinggang.
"Kamu tau, Alea? Suami kamu itu enggak pernah cinta sama kamu! Dari awal kalian nikah, dia udah punya wanita simpanan. Kamu ... cuma dijadikan Juan alat. Alat buat mendapatkan warisan! Asal kamu tau, Alea. Juan itu brengsek! Lebih brengsek dari apa yang kamu bayangkan." Zilian berbicara menggebu-gebu, seolah ada emosi yang tersimpan sejak lama. Namun, baru bisa dikeluarkannya.
"Kamu ngomong apa, sih? Enggak usah ngelantur, Zilian. Mending kamu keluar, pulang terus tidur. Kamu lagi mabuk." Aku berdiri. Meskipun dari awal sudah tahu alasan Mas Juan menikahi, tapi aku yakin dia tidak seperti yang dikatakan oleh Zilian barusan. Mas Juan ... tidak mungkin punya wanita simpanan.
"Aku enggak mabuk, Alea!" Zilian menujuk dadanya lalu kembali berkata, "aku ... ngomong fakta! Sudah lama aku pengen bilang ini sama kamu, tapi aku terlalu takut." Mata merah Zilian mulai berkaca. Tangannya terangkat menangkup dua sisi wajahku sembari melempar tatap ... kasihan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Under The Galaxy (TAMAT)
RomanceKalau begini terus, Alea bisa gila! Semenjak Alea sadar kalau dirinya terlempar ke masa lalu, mati-matian dia berusaha menghindari perjodohannya dengan Juan dan segala hal yang berhubungan dengan laki-laki itu agar tidak mati di tangan suaminya. Na...