14. Cara Byakta Mendengarkan

473 109 22
                                    

Byakta

Pelukan erat langsung aku terima saat Jeslyn turun dari taksi biru. "Lyn, kamu kenapa?"

Tak ada jawaban dari Jeslyn, baju di bagian dadaku juga sudah basah, wanita ini bahkan beberapa kali mengelap ingusnya. "Bisa-bisanya orang sok ta-tau sa-sama kehidupan aku!"

"Hah? Sok tau gimana?"

"Bi-bi-lang aku nggak bisa ma-masak."

"Siapa yang bilang?" tanyaku bingung, bahkan bercampur panik.

"Di-dia nilai aku buruk--"

"Mas, Mba, maaf mengganggu. Tarif taksinya belum dibayar."

"Kamu belum bayar taksi?" tanyaku terkejut. Rasa bingung karena Jeslyn tiba-tiba nangis di dalam pelukanku saja belum usai, dan kini supir taksi meminta ongkos yang belum dibayar.

"Ng-gak punya u-uang," gumam Jeslyn yang terdengar dengan jelas karena kepalanya bersandar di dadaku.

"Sebentar, Pak." Aku mengeluarkan dompet, memberikan beberapa lembar uang seratus ribu kepada supir taksi tersebut. "Maaf harus nunggu lama, Pak."

"Ini kebanyakan, Mas."

"Nggak apa-apa, ambil aja, Pak," kataku dengan canggung, sedangkan supir taksi tersebut sudah kembali ke mobilnya setelah mengucapkan terima kasih berkali-kali.

"By ...."

Aku menunduk, sedangkan Jeslyn yang sudah mendongak. Kami saling bertatapan. "Kenapa?"

"Baju kamu basah," kata Jeslyn pelan. Tatapannya tertuju pada pulau yang cukup besar di kaus putihku. "Sama ingus."

Bagian kaus yang basah itu menempel pada kulitku. "Campur iler juga ini," kataku berakting jijik.

Jeslyn kembali mendongak, kali ini ia memamerkan deretan giginya. "Dikit doang, kok," kata Jeslyn sembari menarik bagian kausku yang basah. "Nih, aku tambahin--"

"Lyn! Jorok astaga!" Dengan panik aku menjauh dari Jeslyn, wanita itu mengelap sisa-sisa ingusnya ke bajuku.

"Hehehe, sekalian." Balas Jeslyn yang sudah tertawa kecil.

"Ya, terserah. Asal kamu bahagia."

***

"Aku kesel, By. Bisa-bisanya itu orang tua sok tau!" Jeslyn menceritakan kejadian di rumah Shultan. Sesekali ia menenangkan emosinya dengan menyeruput wedang jahe.

"Terus kamu pergi gitu aja dan lupa sama tas kamu?"

Jeslyn mengangguk. "Sebenernya nggak lupa, tapi masa aku lagi kesel tiba-tiba minta ambilin tas di mobil dia."

Tawaku tentu saja pecah, membayangkan Jeslyn dan drama gagalnya karena ingin mengambil tas. "Terus kenapa nggak pesen taksi online, aku yakin kamu punya e-money."

"Ada di hp, tapi aku nggak punya kuota."

Mata sipitku tentu saja langsung membulat. "Kebiasaan!" omelku. Jeslyn memang sering lupa mengisi paket data. Dahulu aku yang memperpanjang paket internetnya setiap bulan.

"Di apartmen pake wifi, di rumah sakit juga. Buat apa coba aku beli kuota?"

"Buat kondisi kaya gini," jawabku. "Untung aja ada pulsa buat nelpon aku!"

"Iya, iya," jawab Jeslyn dan setelah itu kembali menikmati pisang goreng yang masih hangat.

Kami sedang berada di penjual wedang jahe pinggir jalan, duduk lesehan di trotoar beralaskan spanduk, lalu menikmati minuman hangat dan beberapa gorengan.

Pemilik Ruang Kosong [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang