Air Mata

14 12 3
                                    

"Hujan yang paling menyakitkan adalah ketika melihat air matamu jatuh"

***

Hari ini Ayara sudah masuk ke sekolah. Rafsa yang mendengar hal itu sangat bahagia dan menghampiri Ayara di kantin tak lupa mengajak Jojo. Seperti biasa, Ayara, Nabila, dan Amel menghabiskan waktu istirahatnya dengan melahap makanan untuk mengisi perutnya yang kosong.

"Hai!" sapa Rafsa pada mereka bertiga.

"Eh, Kak Rafsa?" jawab mereka bersamaan.

"Boleh ikut duduk di sini?" tanya Rafsa melirik kursi sebelah Ayara yang kosong.

"Duduk aja, Kak, gapapa." Nabila mempersilakan Rafsa duduk.

Jojo menarik salah satu kursi dan menaruhnya di sebelah kursi Amel. "Kalau gitu aku duduk di sini aja!"

"Bilang aja mau dekat-dekat sama Amel," cibir Rafsa.

"Lah, trus tujuan duduk di sebelah Ayara biar apa? Biar bisa dekat sama dia juga?" ucap Jojo tak mau kalah.

"Ya, terserah lah! Bebas mau duduk di mana aja!"

Jojo menyumpal mulut Rafsa menggunakan tisu. "Punya mulut kok se-enaknya aja!"

"Jangan berantem, Kak!" tegur Amel.

Mendengar teguran dari Amel membuat mereka berdua akhirnya terdiam. Tinggalah suara mulut yang mengunyah makanan dan beberapa suara-suara lainnya. Mata Jojo tak lepas dari Amel, ia selalu memerhatikan Amel diam-diam tanpa diketahuinya. Hanya saja, Rafsa selalu memerogiknya. Tak sengaja Rafsa melihat Salsa berjalan menuju tempat mereka makan, dan melambaikan tangannya seakan mengode bahwa ia akan ke sana.

"Rafsaaaa," teriak Salsa.

Ganggu aja sih, dia!

Rafsa menyibukan dirinya makan dan tak menjawab panggilan dari Salsa yang suarnya merusak gendang telinga, sangat keras sekali kalau memanggil namanya--memalukan.

"Kenapa sih, dipanggil nggak pernah jawab!" Salsa kini berdiri di samping Rafsa.

"Minggir-minggir, aku mau duduk di sebelah Rafsa. Kamu pindah aja di sana!"

Tanpa banyak bicara Ayara langsung berdiri dan pindah ke kursi yang lain, diikuti dua sahabatnya. Rafsa merasa tak nyaman dengan kedatangan Salsa yang merusak suasana.

"Kamu kenapa cuek banget sama aku, sih?" Salsa mencoba meraih jari jemari Rafsa, tapi ditepisnya.

"Nggak usah pegang-pegang!" ucap Rafsa dingin.

Salsa menggebrak meja. "Kurang apa aku di matamu, Raf?! Aku cantik, punya segalanya, anak pemilik dari sekolah ini, selebgram, dan banyak yang suka sama aku. Tapi, kenapa kamu selalu menghindar dariku?!"

"Ini adalah salah satu contoh yang aku nggak suma sama kamu! Terlalu memaksa dan selalu menjadikan kelebebihanmu sebagai alasan untuk mendapatkan segalanya." Tatapan tajam Rafsa mampu membuat semua siswa yang melihatnya terdiam mematung.

"Raf, semua cowok aku tolak demi kamu. Tapi, apa ini balasan kamu untukku?"

"Salsa, cukup! Perasaan nggak bisa dipaksakan. Mau kamu menolak ribuan cowok demi aku, tapi aku tetap nggak suka sama kamu!"

Antarkan Aku Pulang (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang