"Tersenyumlah, meski hatimu tak sedang baik-baik saja."
***
Bangunan rumah didominasi cat berwarna putih kombinasi hijau ketupat yang terletak di tepi jalan raya terlihat bersih dan tertata rapi dengan hiasan bunga-bunga yang mengelilingi halaman rumahnya. Nampak sepi memang, tapi mereka berempat tetap memberanikan diri untuk mengetuk pintu kayu tersebut.
"Assalamualaikum," ucap mereka berempat kompak.
"Sepi, ya? Coba pencet belnya!" titah Amel.
Nabila menekan bel di sebelahnya. "Ayara ke mana, ya?"
"Assalamualaikum, Ayara...." Rafsa mengucapkan salamnya sekali lagi.
"Enggak ada orang kayaknya," ucap Jojo memperhatikan sekeliling rumah yang sepi.
"Kita tunggu aja dulu!" sahut Jojo.
Saat mereka tengah asyik menunggu, terdengar derap langkah berasal dari dalam rumah. Ketika pintu rumah tersebut dibuka, nampak perempuan berjilbab warna kunyit berdiri di depan pintu.
"Loh, sejak kapan kalian di sini?" tanya Ananta.
"Baru aja kok, Kak. Tumben rumahnya sepi, Kak?" tanya Nabila bangkit dari tempat duduknya, disusul Amel, Rafsa, dan Jojo.
"Maaf, ya, tadi aku lagi di belakang. Rumahnya emang sepi," jawab Ananta.
"Kita ke sini mau membesuk Ayara, Kak. Ayaranya ada?" tanya Amel.
Ananta tersenyum. "Ada di kamar. Ya udah, mari masuk!"
Mereka berempat dipersilakan masuk dan langsung menuju kamar Ayara. Rafsa memperhatikan setiap inci sudut ruangan kamar Ayara yang begitu rapi dengan balutan cat putih saja, ditambah meja belajar, dan lemari di samping kasurnya. Wajah pucat pasi, lemas, dan mataya masih senantiasa tertutup membuat mereka berempat kasihan terhadap kondis Ayara saat ini.
"Assalamualaikum, Ayara." Nabil dan Amel duduk di sebelah kiri Ayara.
Mata Ayara sedikit terbuka. "W––wa'alaikumsalam."
"Kamu masih belum sembuh, Ra?" tanya Amel meletakkan makanan dan buah-buahan di meja belajar.
Ayara menggelang. "Belum, tapi alhamdulillah, udah membaik dari yang kemarin-kemarin."
"Kak Rafsa sama Kak Jojo ikut besuk kamu nih, Ra!" ucap Nabila menaik turunkan alisnya.
"Makasih, Kak," cicit Ayara pelan.
"Kasihan Rafsa, Ra. Gelisah banget nyariin kamu yang udah tiga hari nggak masuk sekolah." Jojo menggoda Rafsa yang mentapanya tajam.
Amel berdehem. "Ekhm, ada yang malu-malu kucing!"
"Keluar aja deh, di sini panas. Ayo keluar cari angin!" Jojo mengompor-ngompori.
Ayara hanya tersenyum menanggapi ucapan Jojo, tapi, dalam hati Ayara ingin sekali lompat-lompat. Detak jantungnya mulai tidak normal, apalagi melihat Rafsa yang juga menatapanya. Senyumannya bikin meleleh!
"Matanya awas copot, loh!" goda Amel.
"Udah-udah, kasihan Ayara sama Kak Rafsa terpojokkan!" lerai Nabila.
Hening. Tak ada yang bersuara setelah Nabila melerainya. Ayara memlingkan wajahnya keluar jendela, dan sesekali Rafsa meliriknya. Di sisi lain Jojo menatap Amel yang sedang mengupas buah untuk Ayara. Tapi, entah mengapa melihat Amel rasanya hati Jojo sangat damai. Nabila yang melihat dua pasangan itu hanya bisa tersenyum dan meratapi nasibnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antarkan Aku Pulang (Hiatus)
Roman pour AdolescentsKalah hati tak lagi mampu berbicara, biarlah mata ini menutup untuk selamanya. Mungkin ini hanyalah sepenggal kisah seorang gadis SMK yang tak pernah dianggap ada oleh sang bunda. Capek, lelah, marah, iri, dan putus asa. Hingga pada akhirnya, napas...