"Perasaan kita sama, tapi keyakinan kita yang berbeda."
***
Pagi ini, Rafsa sudah berada di rumah Ayara. Ia tengah berbincang-bincang hangat dengan Ananta di teras rumahnhya.
"Rafsa kelas berapa?" tanya Ananta membawa nampan berisi teh hangat.
"Kelas 12, Kak."
"Wah, bentar lagi mau lulus, ya? Rencana mau kerja atau kuliah?"
"In sya Allah mau daftar Akmil, Kak. Minta doanya."
"Kakak doain kamu semoga masuk dan jadi perwira yang hebat!"
Beberapa menit kemudian, Ayara keluar dengan mengucek kedua matanya dan masih memakai piyama Doraemon. Kata Ananta tadi ia masih tidur, jadi Rafsa menunggu Ayara sampai bangun sendiri aja.
"Hai, baru bangun?" sapa Rafsa.
Ayara yang masih setengah sadar hanya mengangguk dan tak mengetahui jika yang baru saja menyapanya adalah Rafsa.
"Mandi dulu sana! Ini Rafsa mau ajak kamu keluar." Ananta menyuruh Ayara segera mandi.
Mendengar kata 'Rafsa' seketika Ayara melotot, menatap laki-laki yang kini tengah tersenyum kecil kepadanya. Demi apa? Rafsa pagi-pagi sudah di sini? Sedangkan ia baru bangun. Mampus, malunya sampai ke ubun-ubun! Ayara memutar badannya, berlari ke dalam rumah. Tak menunggu waktu yang lama Ayara sudah rapi dengan stelan rok plisket berwarna abu-abu, memakai atasan sweater berwarna putih, dan hijab bella square menempel manis di kepalanya.
"Aku izin bawa Ayara keluar ya, Kak." Rafsa meminta izin pada Ananta.
Ananta mengangguk. "Iya, hati-hati!"
"Assalamualaikum," ucap mereka berdua.
Sebelum Ayara memasang helm di kepalanya, tangan Rafsa sudah mencuri start nya duluan. Ya, Rafsa memasang helm di kepala Ayara. Wajah Ayara terlihat merah seperti kepiting rebus, jantungnya berdetak ekstra cepat dari biasanya. Apa jangan-jangan Ayara suka sama Rafsa? Ia menepis angan-angan itu begitu saja, rasanya tidak mungkin itu terjadi.
"Bisa pasang sendiri!" Ayara berdecak kesal.
"Tahu, tapi nggak apa-apa," jawab Rafsa enteng.
***
Pesanan makanan dan minuman akhirnya datang. Saat ini Ayara dan Rafsa berada di sebuah restoran makan. Banyak sekali yang menyorot mereka karena sangat romantis dan serasi, ditambah wajah tampan Rafsa bak pangeran.
Ayara memerhatikan sekelilingnya. "Emang kalau makan di tempat ini harus dilihatin kayak gini?"
"Mereka itu iri karena kita terlalu romantis. Terus, muka aku tampan, dan kamu cantik," ucap Rafsa PD.
Ayara melempar tisu ke muka Rafsa. "Dih, PD banget! Ngapain juga tadi Kak Ananta izinin aku keluar sama kamu?!"
"Jelas diizinin, 'kan aku calon imam kamu. Tinggal nunggu waktunya aja aku membawa orang tua kamu buat melamar kamu."
"Hah, omong kosong. Laki-laki sekarang itu cuma manis di depan, pahit di belakang. Lihat cewek cantik dikit aja udah dikejar!" dumel Ayara.
Rafsa tersenyum miring. "Serius, aku bakal lamar kamu, tapi habis aku lulus dari akmil. Siap-siap suatu saat kamu jadi persitku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Antarkan Aku Pulang (Hiatus)
Teen FictionKalah hati tak lagi mampu berbicara, biarlah mata ini menutup untuk selamanya. Mungkin ini hanyalah sepenggal kisah seorang gadis SMK yang tak pernah dianggap ada oleh sang bunda. Capek, lelah, marah, iri, dan putus asa. Hingga pada akhirnya, napas...