Part 30

57 17 1
                                    

"Apa kau sudah menemukanya?"aura dingin mendominasi sekitarnya.

"belum tuan, kami.."

Srett..

Bugh

"TIDAK BECUS. APA YANG KAU KERJA SELAMA INI BAJINGAN. SUDAH 5 BULAN AKU MENUNGGU TAPI KAU.." Pria berjas hitam itu langsung menghajar pria yang sedikit muda darinya.

"Aku tidak perduli. Bagaimana pun caranya, kalian harus bisa menemukannya, PAHAM. "

"Atau keluarga dan nyawa kalian jadi korban selanjutnya"

Pemuda itu menengang. Ia berjalan dan memeluk kaki pria berjas itu.

"Tidak tuan, saya mohon jangan bunuh mereka. Saya berjanji saya akan menemukannya. Tapi tolong jangan bunuh mereka Tuan"ucap pemuda itu sambil memohon di bawah kaki Pria itu.

"Pergi. Saya muak denganmu"pintah Pria itu.

Setelah kepergian pemuda itu, ia menghancurkan apa saja yang ada di sekitarnya dan berakhir bagaikan kapal pecah.

Tangan berlumuran darah berceceran ke lantai ruangan. Ia tidak perduli pada dirinya sendiri.

"Kemana kau princes. Sudah bertahun-tahun aku mencari mu. Kau lihat Baby, Ayah dan Ibu tidak seperti dulu lagi. Mereka hancur karena kehilanganmu begitupun aku dan abangmu yang lain"

"Seandainya sejak dulu kami tahu bahwa itu bukan kau, sudah aku hancur dia saat itu juga. "

"Kembalilah princes. Kami merindukanmu"setitik air mata jatuh mengalir di pipinya dan semakin lama semakin bertambah.

Di sisi lain, di taman yang luas di tumbuhi berbagai macam bunga dengan alunan angin sepoi, terlihat seorang pria duduk di salah satu bangku taman dengan pandangan kosong ke depan.

Duduk sepanjang waktu israhat tanpa  melakulan apapun. Hanya memandang lurus, membayangkan wajah seseorang di masa lalu yang tertawa riang dan tersenyum cerah kepadanya.

Pria dingin berjas putih bertag nama Abastian. Yah, dia adalah anak ke 2 dari Aulia dan Algi  yang sekarang sudah menjadi seorang dokter ternama di Jakarta. Abas memutuskan menjadi seorang dokter karena keinginannya untuk menjadi dokter dan penyelamat pertama untuk adiknya.

Tapi, saat tahu bahwa dia adalah orang yang salah. Dirinya menjadi cuek dengan sekitar, dingin, kejam, berhati batu dan bermulut pedas.

Dokter muda tampan yang menjadi incara para kaum hawa itu nyatannya tidak sebaik yang mereka lihat. Saat tahu kebenaran dari Alwan kakak pertamanya, sejak saat itu ia menjadi manusia berdarah dingin.

Siapa sangkah, dokter tampan, berhati dingin itu menjadi seorang psycopath handal yang akan mengincar korbannya dengan mudah dan menjebaknya dalam ketampannnya.

Ia menjadi penyelamat dan juga pencabut nyawa di waktu berbeda. Bukan seperti para saudaranya yang berusaha mencari keberadaan anak bungsu sekaligus adik mereka dengan mengunakkan detektif atau membayar orang. Ia hanya akan berdiam diri saja, seharian jika tidak ada pasien.

"Permisi, maaf menganggu waktu dokter. Saat ini ada jadwal oprasi untuk.."

Ucapan suster itu terputus, Abas langsung berdiri berjalan meninggalkan suster itu begitu saja tanpa sepatah katapun.

Seluruh rumah sakit tahu, bahwa Abas tidaklah orang yang suka basa basi.

"Sampai bertemu princes. Kami merindukanmu"ucap batinnya.

Abas berjalan dengan tatapan dingin dan raut wajah datar. Sapaan dari perawat dan dokter lainya hanya ia anggap sebagai angin lalu saja.

Berbeda lagi kedua pria itu. Kini seorang pria sebut saja namannya Afandi bertag Jendral Di sisi samping Kiri dadanya. Berbaju loreng, bertopi samping, bersenjatakan pistol besar dengan sepatu fantovel yang menambah aura pemimpin dan ketampanannya.

Dia adik Dari Abastian yang ke 3 yang memilih menjadi seorang Tentara mengabdikan dirinya kepada Negara.

Saat ini ia akan bertugas untuk membantu dalam misi pencarian teroris. 35 awak tentara di satukan dalam 1 mobil  dengan persenjataan yang lengkap serta alat keamanan di tubuh mereka.

Afan yang kini sudah berusia 21 tahun. Yang di mana ia meninggalkan keluarga sultannya dan lebih memilih menjalankan tugasnya.

Ia sudah berjanji, bahwa dirinya akan pulang jika princes yang asli sudah di temukan.

Di dalam hati kecilnya ia sangat menyayangi Ata kecil. Ia meruntuki dirinya sebab tidak bisa menjaga dan melindungi adiknya sendiri.

Ia bertekat untuk menjadi orang kuat dan menjadi pawang bagi Adiknya. Maka dari itu dia memilih menjadi seorang Tentara.

Sebuah figuran gambar di tangannya menampilkan seorang anak kecil yang di hapit oleh kelima anak laki-laki.

Afan tersenyum manis. Masih teringat jelas kenangan kecil di benaknya bersama sang Adik.

"Pak kita sudah sampai"ucap salah satu dari anak buahnya.

Ia mengangguk lalu turun dari mobil. Kedua senjata kecil sudah bertenteng gagah di kedua tanganya begitupun yang lain.

Waktu pencarian di mulai. Mereka berpencar ke segala arah yang sudah di strategikan. Afan yang saat ini memegang kendali bersiap membidik pistol besarnya ke salah satu teroris yang terlihat seperti tengah berjaga.

Dor...

Tebakkan mengenai sasaran. Musuh tumbang dengan sekali tembakan saja.

Afan membuat kode dan mengomando anggotanya untuk mengepung sekumpulan tetoris yang tengah bersantai.

Hanya butuh beberapa menit saja, kawanan teroris itu di lumpuhkan. Walau pun tadi sedikit kesusahan menangkap mereka yang rupanya ikut  mengangkat senjata melawan para tentara. Tapi, berhasil di gagalkan oleh Afan.

Rombonga kembali dengan senyum mereka. Hasil penangkapan dan pemburuan mereka akhirnya tidak sia-sia.

Sudah lama mereka mengincar teroris yang sering meresahkan masyarakat. Dan baru ini berhasil mereka tanggani.

Sering kali lolos dari incaran para Tentara. Sampai sebuah keajaiban membuat hasil kerja keras mereka terbayarkan.

Beberapa minggu lalu, seorang teroris tertangkap oleh penjelajah hutan yang tengah mandi di sebuah hulu sungai. Sedikit perlawanan yang di berikan oleh pria itu dan akhirnya menyerah juga.

Informasi keberadaan rekannya berasal dari teroris tersebut. Ia di paksa dan di siksa agar membuka mulutnya. Tapi, segala cara sudah di lakukan.

Afan yang nyatanya orang yang tidak sabaran, langsung bermain gila dengan tahan itu.

Mencabut kuku-kuku pria itu, memotong jari-jari tangan dan kakinya, membuat pola gambar di belakang dan perutnya, serta menambah lebar dan panjang mulut milik tahan itu.

Semua berdegik ngeri. Afan haus akan darah-darah orang yang kotor.

Selesai mengantar tahan untuk di proses lebih lanjut, ia pulang ke rumah miliknya.

Hidup seorang diri dan jauh dari keluarga bukan keinginannya tapi, ia sudah berjanji kepada mereka.

Pantang seorang Tentara mengingkar janji yang ia buat sendiri.

"Pulangnya Honey. Kami merindukanmu, begitu juga Abang"pandangannya kosong ke depan.

"Apakah di sana lebih nyaman untukmu sampai kamu tidak ingin bertemu dengan kami? "Monolognya.

Matanya tersiratkan kesedihan dan luka yang mendalam.

"Abang selalu mendoakan mu Honey. Bagaimana pun nanti, Abang akan bersamamu. Janji abang untukmu"

Setitik air mata kerinduan jatuh. Sudah bertahun lamanya, hanya kenangan masa kecil yang selalu terbayang di ingatannya.

Sebagai pelipur lara di kala hatinya merasa rindu.











Jangan lupa vote and comment
Wajib!
See you
Happy reading:)

Ig : Nurulqal63
Yok berteman

APPLE-LOVING GIRL AND POSSESSIVE FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang