Bab 4

16.4K 1.1K 67
                                    

Halo semuanya pembaca setia Aku... Jangan lupa Komen dan Votenya ya... thank u.

Teen kembali ke kamarnya, tapi sesekali ia juga melirik kemana arah perginya Sofia dan pria itu. Masih sedikit bingung dengan adegan barusan ia juga sudah di buat bingung dengan adegan dua pria yang di depannya. Sepasang sejoli Sesama jenis sedang berciuman mesra. Teen hanya mengangkat bahunya sebentar lalu ia kembali ke kamarnya. Seorang Suster menghampiri Teen, lalu berbicara.

"Tuan Teen, ada teman sekolah anda ingin menjenguk." seru Suster itu.

Teen menoleh lalu melihat Bobby berjalan ke arahnya sambil melambaikan tangan. Bobby berbicara. "Teen, aku merindukanmu... Masuk rumah sakit ngabarin kek, kan biar bisa jengukin."

Teen memasang senyum kecut lalu berbicara. "Kau pikir aku sedang piknik, harus ngabarin semua orang? Lagi pula aku gak mau buat semua orang khawatir."

"Ih jutek amat, untung sayang, kalau gak udah aku tabok nih." ujar Bobby.

"Mau di taman atau keruangan aku nih?" Sahut Teen yang malas kembali ke ruangannya.

Bobby melihat sekitar taman lalu saat dia melihat dua orang yang bermesraan dan berciuman, Bobby bersemu merah. "Kayaknya di taman aja, ada tontonan gratis itu. Kyaaaaaaa, kiwoyoo mesra banget, kapalku oleng..."

Tuuuk

Teen menjitak kepala Bobby. "Bisa tidak gak usah lebay?"

Bobby mengusap kepalanya sambil memanyunkan bibirnya. "Kau ini, ya gak usah pakai jitak kepala aku dong... Jarang-jarang tau lihat begituan, aaaah mana tampan lagi."

Teen menggelengkan kepalanya lalu berbicara. "Heh, tampan si tampan... Tapi emang gak ada tempat lain apa? Ini kan rumah sakit, ya ke hotel atau apa gitu."

Teen dan Bobby duduk di bangku lalu Bobby menjawab kata-kata Teen. "Bilang aja kau suka juga melihatnya... Akuin saja, lagi pula kau gak akan tau rasanya jika kau tidak mencobanya... Aaaaahhh, keren tau..."

"Emang kau pernah? Lalu First Kiss mu sama siapa?" Sahut Teen.

Bobby meringis ia malu-malu mau menjelaskannya. "Ehehehe, gini-gini aku pernah kok, dan First kissku sama orang yang paling aku benci, tapi malah jadi pacar aku sampai sekarang..."

"Siapa? Penasaran aku, kok ada ya orang mau sama bentukan kau kek gini?" Sahut Teen sambil tertawa.

Bobby terkekeh geli, lalu ia membayangkan hal yang tidak-tidak. Bisa bisanya ia membayangkan First Kiss Teen bersama Adam, ketua kelas yang hot itu. Teen tau bahwa pikiran anak ini suka Travelling kemana'mana.

"Jangan menghayal yang tidak-tidak, kau pikir aku akan melakukannya dengan Adam ha?" Ujar Teen.

"Eh, dari mana kau tau aku sedang menghayal kau Kissing dengan Adam, kyaaaaaaaa..." seru Bobby.

"Aku sudah hafal isi otakmu. Sudah sana pulang kau, aku mau istirhat." ujar Teen.

"Is kejamnya dikau... Tapi iya deh, aku mau kencan soalnya... Bye bye jangan aku tunggu di sekolah..." ujar Bobby sambil berlalu.

Teen hanya terkekeh geli melihat tingkah temannya itu. Ya walau otaknya suka mesum, tapi dia adalah sahabat yang langka dan selalu ada untuk Teen. Perihal dari mana Bobby tau kalau sedang dirumah sakit, Ayah Teen mengirim pesan ke Group Chat sekolahnya. Tapi sebagai perwakilan hanya Bobby yg di ijinkan pergi. Teen kembali keruangannya, tidak lama kemudian Dokter Miller datang membawa bucket bunga yang indah.

"Siang Teen, bagaimana keadaanmu? " Ujar

Teen menoleh lalu menjawab. "Kabar saya sudah mendingan dok, saya kapan boleh pulang ya? Saya bosan, dan merindukan sekolah."

"Hari ini kau sudah boleh pulang," ujar Miller. Miller melihat kesisi kanan dan kiri tapi tidak ada satupun orang tua Teen, lalu ia berbicara lagi. "Mana orang tuamu?"

Teen mendengus kesal lalu mengambil bunga dari dokter Miller. "Haih, mereka kan manusia super sibuk, jadi yaaaah.... Gitu deh."

Miller tidak berkata apa-apa lagi lalu ia membantu mengemasi barang-barang Teen. Lalu Teen berbicara. "Dokter ada tugas hari ini?"

"Mmm... Kebetulan ada yang mau operasi jantung, jadi saya harus datang." ujar Miller.

"Oh, selamat bertugas ya dok, saya permisi dulu. Supir saya sudah di depan," ujar Teen.

"Hati-hati di jalan, jangan lupa kabarin saya kalau kamu sudah di rumah ya." Ujar Miller.

Teen hanya mengangguk, lalu Teen meninggalkan rumah sakit. Ia berbohong kalau supir akan menjemputnya, nyatanya ia hanya menunggu taksi.

"Autbor pikir bakalan di anterin Miller."

Taksi tiba, Teen berangkat menuju rumahnya. Dalam hati Teen malas sekali untuk kembali kerumahnya yang bagaikan neraka itu.  Sesampainya di rumah ia beruntung kedua malaikat pencabut nyawa itu tidak ada dirumah. Teen masuk kedalam rumahnya, lalu pembantu menyambut kehadirannya.

"Tuan muda, anda sudah sehat?" Ujar salah satu pembantu itu.

"Ya begitulah bik, aku lapar bik." Ujar Teen.

"Tuan muda duduk dulu ya, bibik siapkan sarapan dulu." Sahut pembantu itu.

Teen masuk kedalam kamarnya, ia melihat ayahnya datang dan masuk kekamar Teen. Roy berbicara kepada Teen. "Kau sudah pulang nak?"

Teen mengangguk, lalu Roy berbicara lagi. "Maafkan ayah karena tidak bisa menjemputmu. Atau bahkan menjengukmu, dokter melarang kamu untuk melihatmu."

"Aku yang menyuruh mereka, Teen cuman mau tenang, Yah." sahut Teen.

"Ayah tau," Sahut Roy sedih.

"Teen tidak tau apa salah Teen sama kalian, ibu sama sekali tidak ibu sama sekali tidak pernah sayang kepada Teen, dari lahir cuman ayah yang yang perhatian sama Teen. Teen tau kalau ibu tidak pernah mau punya anak kan?"  Seru Teen.

"Kau salah paham nak," sahut Roy.

Tiba-tiba Tina datang dan berbicara sangat keras. "Siapa yang salah paham? Apa yang di katakan Teen itu benar, awalnya aku ingin menunda kehamilanku, karena aku masih ingin mengejar karirku, tapi kau anak sialan. Kau hadir di saat yang tidak tepat,"

Plaaaaak

Roy menampar Tina, kali ini ucapannya tidak bisa diterima. Teen frustasi, ia menyuruh Roy dan Tina keluar dari kamarnya. "Keluar kalian dari sini, keluaaar."

Tina dan Roy keluar dari kamar Teen, tidak ada rasa bersalahpun di hati Tina. Ia sibuk dengan karirnya yang sedang melejit, sebagai direktur utama di perusahaan tempat ia bekerja saat ini. Dulu sebelum menikah, ambisinya tidak terlalu besar terhadap harta kekayaan, namun hidup mereka dulu pernah terpuruk, Tina lah yang membangkitkan ekonomi keluarga saat itu. Saat itu Roy baru saja di PHK dari perusahaannya, jauh sebelum Roy mendapatkan pekerjaan Tina lah yang menjadi tulang punggung keluarga. Tiga tahun dalam keterpurukan dengan kepiawaian Tina ia berhasil mendapat posisi bagus di kantornya. Lalu Roy mendapat pekerjaan dan dipromosikan sebagai Asisten Direktur di perushaan tempat Roy bekerja saat ini. Namun semua membuat mereka berdua lupa akan tanggung jawab sebagai orang tua, mereka mengabaikan Teen, sehingga Teen tumbuh besar tanpa kasih sayang orang tuanya.

Teen mengurung dirinya di kamar, hari sudah malam bahkan ia blum ada makan apa-apa sejak kepulangannya tadi. Ia memiliki stok makanan di lemarinya. Ia mengambil beberapa biskuit di sana.






Bersambung...


Jangan lupa Vote dan Komennya ya

BL - MY BOY FRIEND IS SUGAR DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang