Bab 7

11.1K 790 48
                                    

Teen bersiap-siap untuk pergi ke klinik pribadi dokter Miller, di saat ada waktu luang memang biasanya Teen selalu ke sana, membawa makanan hasil masakannya untuk dokter Miller. Miller pun selalu menunggu kehadiran Teen dengan sangat senang. Teen berangkat mengendarai mobil pribadi miliknya, ia membawa makanan dari titipan ibu Maria, kali ini ia tidak masak. Teen melaju dengan aman, di perjalanan ia berhenti sebentar di toko buah, Teen membeli beberapa buah segar untuk Dokter Miller.

Teen sampai di klinik atau tempat praktek dokter Miller. Klinik tidak sedang ramai, jadi Teen bisa menyuruh Miller istirahat makan dulu. Teen masuk kedalam ruangan dan menyapa dokter Miller. "Selamat malam dokter ku yang tampan."

Miller menoleh sambil tersenyum dan menyambut hangat kesayangannya itu. "Teen, ayo masuk."

"Dokter tidak sibukkan?" Ujar Teen.

"Tidak, untukmu aku akan meluangkan waktu. Lihat, apa yang kamu bawa sekarang?" Ujar Miller.

"Oh iya ini, dokter ingat Ibu Maria dan pak Mario tidak? Yang kakinya bermasalah?" ujar Teen.

Miller berpikir sejenak lalu ia berbicara setelah ingat. "Oh aku tahu, bagaimana keadaan ibu Maria?"

"Ibu Maria sudah mendingan, dan ini titipan darinya. Beliau yang memasak sendiri untukmu, katanya kalau dokter belum menikah akan di jodohkan dengan anak gadisnya." Seru Teen, kata-katanya yang akan menjodohkan itu hanta gurauan saja, ia menunggu reaksi Miller.

"Huh? Hahhahaa, sampaikan salamku padanya. Tapi...." sahut Miller.

"Pppppffff.... Ahahahha, aku hanya bercanda. Bu Maria dan Pak Mario tidak memiliki anak. Dulu ada, tapi sudah meninggal saat usia anaknya umur sepuluh tahun. Katanya kalau sudah besar usia putrinya seusia dokter," sahut Teen.

"Sini kau, dasar bocah nakal." Seru Miller sambil mengejar Teen dan menggelitikinya.

Tanpa sengaja Teen jatuh terjerembab dan dokter Miller dengan Reflek menangkap Teen, tapi keduanya malah terjatuh dan Miller jatuh tepat di atas Teen. Wajah mereka sangat dekat, bahkan hidung Miller menyentuh hidung Teen. Tatapan mereka bertemu, tapi Teen buru-buru mengalihkan dan berbicara. "Dokter, tubuh anda berat sekali."

Miller terkesiap, tapi Miller tidak langsung bangkit dan malah menggelitiki Teen. Teen tidak dapat menahan gelinya, lalu mereka menyudahinya karena ada pasien yang datang. Dan orang itu pingsan saat melihat adegan mesra itu. Padahal tidak mesra, hanya sedikit dekat dan sepertinya ya begitulah...

Orang yang melihat langsung lingsan melihat ke dekatan merek. Pasien seorang wanita yang masih muda, namun dia adalah seseorang yang suka ngeshipin pria sama pria alias Fujoshi. Gadis itu sadar dan melihat Teen yang sangat imut dan manis, lalu ia melihat dokter Miller yang sangat Cool dan Tampan. Hati gadis itu berteriak dan akhirnya tidak dapat mengendalikan diri.

"Kyaaaaaaaaaa, Omg... Dokter dan kakak ini cocok sekali... aaaaaaah andaikan kalian berdua, aku dapat kapal baru yang sedang berlayar," seru gadis tak tau malu itu.

Teen sedikit heran, lalu Miller menyentuh kening gadis itu. Gadis itu terdiam dan terpaku. Lalu Miller berbicara. "Apa kau baik-baik saja? Kau tidak demam,"

"Saya baik-baik saja kok dok, hanya saja sedang bahagia melihat kalian berdua. Aku akan menyampaikan cerita ini ke fanspage milik klub ku, kyaaaaaa..." ujar gadis itu.

Teen kemudian sadar dan berbicara. "Kau Fujo? Tolong jangan lakukan itu, hal itu akan merusak Reputasi dokter Miller, dan kau salah paham tentang hubungan kami."

Gadis itu tampak diam lalu berbicara. "Yah, sayang sekali... Tapi benar juga, lebih baik aku jadi pengagum rahasia kalian saja. Ya walaupun tidak memiliki hubungan khusus. Oh iya, namaku Sheila, nama kakak yang imut ini siapa?"

"Aku Teen, dan ini abangku, Miller." ujar Teen.

"Wah abang adik, baiklah kalau begitu aku permisi dulu. Oh iya, Kak Teen sekolah di Owl International School kan?" Seru gadis itu.

"Benar," sahut Teen.

"Waaah, ternyata kita satu sekolah. Baiklah sampai ketemu di sekolah kakak... Bye dokter..." seru gadis periang itu.

Teen dan Miller menghela napas, lalu Teen berbicara. "Aku berharap tidak bertemu anak itu, ah iya. Ayo kita makan dulu,"

Miller mengangguk, lalu mereka berdua makan bersama. Setelah selesai makan dan Teen sibuk membantu Miller, karena malam sudah hampir larut Teen pun berpamitan pulang kerumahnya. Lalu Miller berbicara sebelum Teen pergi. "Teen, aku lupa menyampaikan sesuatu padamu."

"Apa itu?" Sahut Teen.

"Ini ada surat untukmu, kau boleh membacanya nanti kalau sudah sampai dirumah." Ujar Miller.

Teen mengangguk, lalu ia pergi dari sana. Teen memutuskan untuk berhenti di taman dan duduk di taman itu, disana masih ramai orang-orang yang sedang berkencan atau hanya sekedar menikmati pemandangan taman. Teen membuka surat itu, lalu membacanya dengan perlahan. Itu adalah surat dari ayahnya. Isi surat itu memberitahukan kalau ayah dan ibunya Teen telah rujuk dan tidak jadi bercerai. Sedikit senang, tapi Teen tidak ingin kembali kerumah itu lagi. Lalu disana juga di tuliskan kalau ibunya Teen sedang sakit keras.

Teen buru-buru masuk kedalam mobilnya dan pergi kerumah. Sesampainya dirumah Teen langsung naik kekamar ibunya dan benar, Ibu Teen terbaring lemah. "Ibu..."

Roy dan Tina menoleh, mereka senang melihat Teen kembali. "Teen, kau pulang nak... Maafkan ibu, maafkan ibu yang sudah membuatmu menderita nak... Ibu janji, ibu tidak akan menyianyiakan kamu lagi, ibu merindukanmu nak."

"Ayah juga minta maaf nak, ayah tidak bisa menjadi ayah yang baik untukmu." Sahut Roy.

Teen memeluk mereka, lalu berbicara. "Teen sudah maafin kalian,"

Mereka berpelukan, lalu Teen tidak kembali kerumah miliknya sendiri, karena ia ingin memastikan kalau ibunya sembuh dan sehat seperti sediakala. Ke esokan paginya, Tina jauh lebih sehat, ia sakit karena merindukan anak yang selama ini ia sia siakan. Teen bangun dan sarapan bersama mereka, kebahagiaan keluarga itu baru saja di mulai.

"Nak, selama ini kamu tinggal dimana? Apakah ayah dan ibu boleh tau?" ujar Roy.

"Teen tinggal tidak jauh dari sekolah, di Bravelly." sahut Teen.

Tina tersenyum lalu berbicara. "Makan yang banyak ya nak, kamu terlihat kurus."

Teen mengangguk, setelah selesai sarapan Teen pamit kesekolah. "Ayah, Ibu. Teen sekolah dulu, tapi Teen tidak bisa tinggal disini bersama kalian, tapi Teen janji ajan sering kesini."

"Tapi kenapa nak?" Tanya Tina.

"Teen hanya ingin hidup mandiri, Teen pergi dulu." seru Teen.

Tina ingin berbicara lagi, tapi Roy melarangnya. "Aku tidak menyangka anak kita sudah besar dan dewasa, biarkan dia hidup seperti yang dia inginkan, kita sebagai orang tua hanya perlu mendukungnya."

"Kamu benar, tapi apakah kebutuhan dia tercukupi? Aku khawatir kalau dia akan kekurangan banyak hal," ujar Tina.

"Seperti yang kamu lihat istriku, sepertinya anak kita justru jauh lebih bahagia di luar sana." Ujar Roy.

"Kamu benar, ya sudah ayo masuk." seru Tina.

Teen melanjutkan perjalanannya menuju ke sekolah, sesampainya di sekolah Bobby, Arya, Adam, dan Teddy langsung menghampiri Teen.

"Yoo Teen, apa kabarmu My Sugar Baby?" seru Arya.

"Seperti yang kau lihat, aku sehat." ujar Teen.

"Ngomong-ngomong, kalian udah selesai belum, tugas dari ibu Tri?" seru Adam.

Mereka semua melihat Teen, biasanya kalau ada tugas sekolah apapun itu Teen selalu selesai duluan. Teen berbicara. "Kenapa kalian melihatku begitu? Aku belum selesai mengerjakannya."

Bobby melongo dan berbicara. "Tumben, seorang Teen belum selesai? Ngapain aja kau?"

"Aku merawat ibuku sedang sakit," sahut Teen.

Mereka semua mengangguk lalu pergi kekelas untuk mengerjakan tugas bersama sama.





Bersambung....

Hai hai jangan lupa Komen dan Vote ya sayang sayangnya aku...

BL - MY BOY FRIEND IS SUGAR DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang