Arda masih ingat ketika Bram mengatakan tentang peraturan-peraturan tentang pekerjaan menjadi seorang pengawal. Arda pun bisa memahami bahwa itu memang peraturan yang sudah sangat lazim dia temui dalam pengawalan. Namun, yang tidak Arda akan pernah paham, bahwa peraturan-peraturan tadi berkembang menjadi sebuah jebakan profesi baginya.
Akal sehat Arda sedang dilawan oleh sebuah loyalitas ketika Tuan Markus baru saja mengelap sebuah pisau. Kain yang awalnya putih, kini menjadi merah akibat dijadikan alat pembersih pada senjata yang tidak terlalu besar itu. Benda kecil yang ketajamannya baru saja membuat nyawa seseorang pergi dari dunia, kini menjadi lebih bersih seperti belum pernah dipakai sama sekali.
Arda menjaga keseimbangan tubuhnya yang mendadak kacau. Perutnya mual tidak karuan. Sekuat tenaga dia mengatur napasnya di balik pemandangan yang mengerikan itu. Tangannya yang gemetar disembunyikan di pantatnya. Namun, sayang, keringat dingin yang mengalir tanpa bisa dikendalikan akibat kepanikan tadi, kini terdeteksi oleh Tuan Markus.
“Sebuah pelajaran juga untukmu, Arda. Aku tidak bisa menerima seorang pengkhianat. Apalagi pengkhianat itu sebelumnya sudah pernah kutolong.” Tuan Markus menunjuk sebuah jasad yang tergeletak dengan kondisi darah segar mengalir antara rogga dada dan perut. Sedetik setelah tubuh yang tertusuk tadi ambruk, hidup Arda menjadi lebih mengerikan ketimbang ketika dia tahu bahwa Alisa selingkuh.
Diantara tiga pengawal yang ada di ruangan itu, hanya Arda yang kakinya masih melekat kuat pada lantai. Bram dan Ken bergerak seperti sudah tahu harus bagaimana menyikapi kelakuan bosnya. Bram mengambil pisau beserta kain putih yang kini penuh noda darah. Sedangkan Ken mulai mengambil sarung tangan, lalu memeriksa tubuh yang besar yang sudah tidak bergerak di lantai.
Tuan Markus dengan jalannya yang tetap elegan meski baru saja menghentikan hidup seseorang, pergi meninggalkan ruangan di sebuah rumah kecil yang jauh dari kota. Tuan Markus memberikan pesan pendek pada Ken dan Arda, sambil berjalan diiringi oleh Bram.
“Bereskan!”
Lalu tinggalah di ruangan itu sebuah jasad, Ken, dan seorang anak muda yang hampir terkencing-kencing. Arda yang sebenarnya sudah hampir menyapa kematian saat menyayat pergelangan, ternyata cukup cemas melihat pemandangan itu pertama kalinya.
“Hei, boy! Mau diam saja jadi penonton atau ingin menjadi orang baik dengan membantuku?” Ken melambai-lambai untuk memeriksa apakah Arda sedang melamun.
“Ehm … aku harus apa?”
“Ambil karpet itu. Kita bungkus dia dengan itu.”
Arda sedikit kikuk, bagaimana bisa orang dibungkus dengan karpet. Harus diapakan karpetnya? Dia berdiri sambil memegangi benda yang masih tergulung itu. Ken akhirnya mencium gelagat Arda yang masih terlalu culun untuk berurusan dengan sesosok jasad. Dengan sigap, Ken akhirnya melempar bagian gulungan sehingga karpetnya melebar di lantai.
Ken menunjuk sepasang kaki yang terkulai itu. Matanya mengisyaratkan agar Arda membantu mengangkat. Ken mengangkat bagian bahu, dengan menyelipkan kedua tangannya di bagian ketiak laki-laki paruh baya itu. Karena sedikit kaku, tangan Arda gemetaran dan sering menjatuhkan kaki orang mati tadi.
“Hei serius dikit, Ar! Semakin cepat selesai, semakin kita cepat pulang. Kita harus kubur orang ini sebelum pagi.”
Kubur? tanya Arda dalam hati dengan rasa takut. Dia seperti sedang dipermainkan oleh situasi. Layaknya dia sedang dipaksa untuk menjawab dengan sebuah tindakan. Sedangkan dia sendiri tidak paham tentang permainan apa yang dia sedang jalani sekarang. Sampai akhirnya jasad itu masuk bagasi mobil, dan Arda melajukan mobil sesuai arahan Ken menuju sebuah tempat sunyi dengan pohon yang lebat, lalu Ken menggali lubang, kemudian jasad itu dimasukkan. Sampai detik ini Arda masih ingin mengira dia sedang dalam masa percobaan bahwa ini adalah sebuah ujian pada mentalnya untuk menjadi pengawal Tuan Markus. Arda masih sangat ingin jasad itu bangun dan mengagetkan Arda. Sayangnya, Ken sudah menepuk tanah yang menutup lubang ala kadarnya itu, rata dengan tanah sekeliling. Arda akhirnya terbangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay
RomanceSetelah bangkrut, diselingkuhi pacarnya, dan menjadi pengangguran, Arda menemukan keberuntungan hidup ketika menikah dan bekerja sebagai pengawal pribadi seorang konglomerat. Menikahi Eveline tidak hanya seperti mendapat sebuah berlian, ini juga se...