Badboy Raffa: part tigabelas

228 17 3
                                    

Happy reading, keep enjoy-!
-
Jangan lupa VOMENT nya.
-

Raffa bernyanyi sambil memejamkan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raffa bernyanyi sambil memejamkan matanya. Menikmati hembusan angin malam yang menusuk kulitnya. Tapi tak membuatnya beranjak dari tempatnya.

Petikan gitar yang ia mainkan mengalun sesuai irama. Ditambah suaranya yang merdu membuatnya sangat menikmati kegiatannya yang sering ia lakukan ketika gabut.

Ketika matanya terbuka, Raffa terkejut dengan sosok yang berdiri sendirian di jalanan sepi yang tidak jauh dari rumah nya. Walau tampak terlihat kecil saat melihat sosok itu dari balkon kamarnya.

Sosok itu terlihat familiar. Matanya jelas-jelas masih normal dan ternyata dugaannya benar. Sosok yang berdiri sendirian itu adalah Sheeva, siswi baru di sekolahnya.

Untuk apa cewek itu berdiri sendirian dipinggir jalan? Apa yang cewek itu lakukan ditengah malam seperti ini?

Dengan pikiran bercabang, mata Raffa masih menyorot kearah sosok itu. Dan tunggu! Kenapa cewek itu ada di perumahan ini? Apa cewek itu tinggal satu perumahan dengannya?

Pusing memikirkan itu, Raffa memutuskan masuk kedalam kamarnya tanpa menyadari kalau Sheeva menatap kearah nya.

Raffa meletakan gitarnya ditempat semula. Sebelum merebahkan tubuhnya, Raffa membuang bekas merokoknya ke tong sampah yang berada di kamar mandinya.

Setelah itu, Raffa langsung menghempaskan tubuhnya ke ranjang empuk miliknya.

Pertama bertemu dengan Sheeva, Raffa merasakan hal berbeda. Ada rasa dongkol, penasaran, dan juga getaran aneh di dadanya.

Ia memang sudah beberapa kali berpacaran, tapi sama sekali belum pernah merasakan jatuh cinta yang sebenarnya. Hanya sekedar pacaran, ya, hanya status. Soal perasaan, Raffa sama sekali tidak memiliki perasaan apapun pada cewek-cewek itu.

Jahat memang.

Perlahan-lahan, mata Raffa mulai tertutup. Pergi berselancar ke dunia mimpinya yang terasa lebih indah dari kehidupannya nyata nya.

°°°
Dor!

Dor!

Dor!

Itu bukan suara tembakan, melainkan suara gedoran pintu yang dilakukan Reffa, adik bungsu Raffa.

"ABANG BANGUN! NANTI MOMMY MARAH!"

Teriakan Reffa berhasil mengejutkan Raffa. Dengan sinar matahari yang perlahan-lahan menerobos masuk melalui celah-celah jendela dikamarnya, Raffa memicingkan mata nya silau.

"ABANG!"

"KALAU MOMMY NGAMUK, AKU GAK MAU IKUTAN KENA DAMPAKNYA YA!"

"ABANG BANGUN!"

Raffa berdecak kesal, "BERISIK BANGET SIH!"

"BANGUN BANG!"

"INI UDAH BANGUN REFFA!"

"OH OKE!"

Begini lah kegaduhan yang hampir terjadi setiap pagi. Raffa yang selalu bangun terlambat, dan Reffa yang selalu berteriak kencang saat membangunkan abang nya itu.

Perpaduan yang bikin sakit kepala.

Beranjak dari kasurnya, Raffa melangkah menuju kamar mandi untuk melakukan ritual wajib nya yang ia lakukan 3 kali dalam sehari.

Lah, kayak minum obat ya?

- BADBOY RAFFA -

Brum!

Brum!

Brum!

Suara motor yang di gas saling bersahutan saat melaju memasuki area sekolah. Berhasil menarik perhatian banyak orang yang memang sebagian besar kaum hawa.

"Astaga dragon! Demi apa sih, mereka itu titisan malaikat atau dewa? Kenapa sempurna banget!"
"Gue bisa gak ya dapetin salah satunya?"
"Delano ganteng, bismillah Dean!"
"Semoga gue jadi salah satu cewek paling beruntung yang bisa dapetin salah satu dari mereka, amin!"
"Aaaaa ... mereka itu yang jadi penyemangat gue buat sekolah!"
"Please, mereka semua belum ada pawang nya kan? Gue mau deketin, dan semoga beruntung!"
"Raffa please peka dong, gue udah lama suka sama lo!"
"Kak Surya! Kita udah satu sekolah, satu planet, dan satu agama, tapi kenapa kita belum satu hati?!"
"Gak apa-apa playboy, asalkan gue bisa jadi pacarnya Billy!"

Billy melepas helmnya dengan senyum mengembang membuat cewek-cewek pecinta cogan garis keras itu memekik keras dan semakin heboh.

"Pesona gue emang gak maen-maen." Kata Billy, penuh percaya diri.

Surya memutar bola matanya malas, "Modal muka doang mah, gak bakal bikin cewek kenyang."

"Lah? Kalau mau kenyang ya makan dong, hubungannya sama muka gue apa?" Sewot Billy.

Surya mengedikan bahunya acuh, tidak ingin memperpanjang topik ini.

Raffa melirik tajam sekitarnya dengan perasaan dongkol. Menjadi pusat perhatian sangat Raffa benci, selain berisik dan sangat menganggu, Raffa juga merasa bosan karena terlalu sering di puji.

Hadeuh, iya deh yang sering dipuji.

Melepas helm fullface nya, wajah tampan Raffa terpampang jelas membuat cewek-cewek itu kembali memekik keras.

Dasar ciwi-ciwi kurang perhatian!

"Hari ini, kelas kita ada pelajaran olahraga kan?" Tanya Delano sambil turun dari motor Arshaka.

Delano dan Arshaka memang tetanggaan, jadi Delano lebih memilih menumpang ketimbang membawa motor sendiri.

Alasannya? Sudah tentu malas.

"Iya, bareng anak kelas XI IPA 2."

Mendengar itu, senyum Surya terbit dibibirnya. Dan itu membuat teman-temannya keheranan.

"Kenapa lo senyum-senyum gak jelas? Kerasukan? Atau kesadaran lo cuman tinggal setengah?" Billy menggeplak bahu Surya dengan maksud menyadarkan Surya yang seperti orang gila. Senyum-senyum gak jelas.

"Nothing. Gue masih sadar "

"Sadar tapi senyum-senyum gak jelas." Cibir Billy.

FYI, mereka bersepuluh memang satu kelas. Lebih tepatnya, mereka berada di kelas yang sama. Yaitu, kelas XII IPA 5.

Kaget gak, orang kayak mereka bisa masuk ke kelas IPA?  Ya, walaupun kelasnya paling ujung sih.

🔥🔥🔥
Kalau ada typo atau kesalahan lainnya, harap maklum ya.

Ayo ramein lapaknya-!

Badboy Raffa (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang