Only Temporary 4

14 3 6
                                    

"Oh iya Bri jangan dianggap serius yahh,  canda doang ini" ujarnya Kak Kev sambil menepuk pundak Bri.

"Iyah" jawab Bri singkat, begitu Kev Pergi dia masih mematung di tempat sambil senyum terpaksa.

Malu? jangan ditanya, memalukan sekali, mana banyak banget lagi siswa - siswa di sekolah yang liatin, kalau bisa Aku ingin menghilang saja dari tempat ini.

  Aku lalu kembali melanjutkan jalanku ketika sampai diluar sekolah, Papa membunyikan klakson mobil untuk memanggilku.

"Bri cepat!" Ujar Papa dari dalam mobil.

"Iyah bentar" ucapku sambil menyebrangi jalan.

"Lama banget sih" ketus Papa sambil melihatku membuka pintu mobil.

Ketila hendak masuk ke mobil mataku langsung tertuju pada anak kecil yang sedang merengek kepada ibunya, entah apa yang dia inginkan tapi Aku lalu berinisiatif untuk mendekatinya.

"Astagfirullah... kemana lagi sih nak?" Tanya Papa lalu melihatku berjalan kearah anak kecil itu.

"Hai dek, kamu kenapa?" Tanyaku membungkuk kearahnya.

"Pengen baloonn" ucapnya sambil menunjuk kearah mas - mas yang menjual balon.

"Bentat yak" aku lalu pergi kearah tukang balon itu dan kembali membawa balon untuknya.

"Ini balonnya" aku lalu memberika balon itu kepadanya.

"Nggak usah nak repot - repot" talok ibu itu.

"Nggak pa - pa kok bu, kasian adeknya, ooh iya boleh nggak dia makan coklat?" Tanyaku sambil mengeluarkan coklat yang diberikan Kak Kev tadi.

Ibu itu menjawab dengan anggukan.
"Ini buat kamu, jangan nangis lagi nggak baik tau anak kecil suka nangis" jelasku dan dijawab anggukan olehnya

"Makasih kakak cantik" ucapnya sambil senyum.

"Sama - sama gemes, peluk dulu dong" ujarku sambil mengelurkan tangan untuk dipeluknya.

"Gemes banget sih, aku pulang yaah daaa.." dia lalu melepaskan pelukan itu lalu aku mencium pipinya dan pamit untuk pulang.

Ketika sampai dimobil dengan raut wajah yang penuh tanda tanya papa melihat kearahku. "Siapa tadi?" Tanyanya sambil menyetir.

"Nggak tau" jawabku singkat.

"Coklatnya darimana?"

"Dikasih teman"

"Temanya cowok apa cewek?"

Aku terlebih dulu melirik ke arah Papa dan menjawab jujur pertanyaan itu "Cowok"

"Berapa kali Papa bilang, jangan terima barang apapun itu dari cowok kecuali barang itu dikase sama Papa, Bang Fathur, atau Dareen, ngerti kamu!?!" Jelasnya

"Awas saja kalau kamu pacaran diam - diam!!" Sambungnya lagi.

Sudah ku duga pasti kalimat ini akan muncul...

"Okey Papaaa..gini tadi emang coklat itu dikasih sama cowok, tapi karna aku tau Papa orangnya kek gimana jadi aku kasih deh coklat itu sama anak kecil tadi" jelasku malas.

"Ooh atau jangan - jangan yang kasih coklat itu cowok yang daritadi berdiri digerbang sekolah sambil ngeliatin kamu?" Tanyanya.

"Yang mana?" Tanya balik.

"Itu yang pake Helm hitam, kaca mata hitam, masker hitam, Jaket hitam, gelap amat hidupnya tuh bocah" jelas Papa yang membuat aku menduga - duga kalau itu Kak Kev.

"Seperti ciri - ciri Kak Kev, berarti dia liat dong aku kasih coklat itu sama anak kecil tadi?" Batinku.

"Papa ngomong, dijawab dong!!"

"Iyahh Kak Ke.., nggak tau sih Pak soalnya kan banyak murid tadi jadi aku nggak tau yang Papa maksud." hampir saja aku keceplosan.

"Ke..ke.. siapa?, cowok itu?"

"Astaga Papa ini sensi banget yaah, udah aahh nggak mau jawab." Kesalku lalu menengok kearah Kiri sambil menyandarkan kepala kek kursi mobil.

Tak berapa lama aku langsung sadar ini kok bukan jalan pulang. "Mau kemana ini?" tanyaku sambil melihat sekeliling jalan.

"Ke Restoran Mama" jawab Papa singkat.

"Mau turun nggak?" Tanya Papa sambil melepas sabuk pengaman lalu ku jawab dengan anggukan.

Ketika turun dari mobil aku dan Papa berjalan masuk ke Restoran, Aku lalu berhenti dan duduk dikursi yang berada di depan Restoran. ku letakan tasku diatas meja sementara Papa Masuk kedalam Karena ada yang ingin dia katakan pada Mamaku.

"Kak Kev parah banget nggak sih?" Batinku sambil melamun menghayalkan perkataan Kak Kev tadi.

"Di pikir nih hati makanan kali dicoba - coba" sambungku

"Mana tadi gua terima lagi, yaelah Brizah bego banget sih" ujarku sambil memukul - mukuli kepala.

"Nape lu?"

"Heeyy astaganaga, what are you doing here?" Kagetku sambil melihat sesosok manusia yg menatapku dengan bingung.

"This is public place, jadi terserah gua donk" jawabnya lalu duduk di kursi depanku.

"Siapa yang stupid sih?" Sambungnya lagi.

"Aku"

"Nggak, gua tau lo tuh nggak stupid cuman agak lemot dikit"

Aku langsung menghembuskan nafas ketika mendengar ucapannya itu. "Terus kamu mau apa Andena?"

"I want an answer Brizah, lo kenapa sih?, ada masalah?, ada masalah ngomong ke gue, gua tuh teman lo" ucapnya dengan nada serius.

"Yok pulang Bri" ajak Papa yang baru saja keluar dari Restoran.

"Eeh Om Police.." ujar Dena lalu mencium punggung tangan Papaku.

"Hhmm..kamu sama siapa?" Tanya Papaku.

"My Mom's" jawabnya sambil menunjuk seorang wanita paru baya yang ada di dalam restoran.

"Oh okey, Om sama Bri duluan yaakk" pamit Papaku.

"Eeh wait - wait, you belum jawab pertanyaan I" Andena lalu memberhentikan langkahku dan Papaku.

"Pertanyaan apa?" tanya Papa sambil melihat kearahku.

"So, dia itu ada raha..." ucapanya terhenti karena aku langsung menutup mulutnya.

"Kamu mau tau jawabannya?, nginep dirumahku malam ini oke?, kalo nggak mau yaudah. Ayo Pak" ujarku dengan cepat lalu menggandeng tangan Papa untuk pergi menjauhi orang nggak jelas itu.

Only TemporaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang