Only Temporary 5

8 2 4
                                    

21.25

Malam - pun tiba, Aku berdiri didepan jendela kamarku menggunakan hoodie dan dilengkapi dengan celana pendek diatas lutut, lalu melihat pemandangan langit malam yang begitu indah dengan bintang - bintang yang bertaburan tak beraturan, bulan sabit yang memancarkan cahaya, Aku suka suasana seperti ini entah mengapa jiwaku langsung tenang ketika melihat ciptaan tuhan yang begitu masyaallah

"Jadi nggak?" Tanyaku kepada orang dibalik ponsel.

"Nggak bisa, aku jaga rumah" ucapnya.

"Yaudah okey bye"

"Jangan gituuu... we can talk here, Brii"

"Nggak ah, nggak asik" aku lalu menutup telponnya.

Aku lalu kembali menatap keluar jendela sambil memikirkan kejadian tadi, kok aku galau kek gini sih?, Kak Kev hari ini parah banget udah bikin aku malu didepan orang banyak. Dia pikir nih hati untuk coba - coba kali... iisshh... dah kek lirik lagu.

    Bila kau hanya main - main saja, sudah
            Kau buang waktu percuma
    Hati ini bukan untuk....titi..tiitt..tiit..

"Yaelah baru juga nyanyi, sih pengacau telpon" ketusku.

"Nape lu!?!"

"Bri Lo kenapa?, ada masalah?, sama siapa?, Kev?" Tanya Andena bertubi - tubi.

"NGGAK USAH OMONGIN DIA!!"

"Ooh I know nih, masalahnya dimana, Keveen pasti... tiiitt...tiitt..tiitt"

aku lalu memutuskan telponnya, tapi dia kembali menghubungiku.

"GUA BILANG NGGAK USAH BAHAS DIA WOY" Teriakku.

"Ntar dulu Bri tiitt..tiitt.."

Telponku kembali berbunyi.

"DENA SEKALI LAGI LO NGOMONG KEK GITU, GUA DATANGIN BAPAK LO!!!"

"Ngapain datangin Bapaknya Dena?"

Mendengar suara itu membuatku Kaget.
"Ini suara?" aku lalu menurunkan handphone yang aku letakan dikupingku untuk melihat siapa yang menelponku, ketika melihat nama itu tiba - tiba jantungku berdetak begitu kencang.

"Assalamualaikum Brizah?"

"Waa..waa..waalakumsalam" jawabku terbatah - batah.

"Kenapa suaranya kek gitu?, oh iya kamu ngapain?" tanya Kak Kev dengan suara khasnya yang berat - berat menghanyutkan hehehe...

"Nggak, biasa" jawabku singkat lalu menutup telponnya.

Aku lalu pergi beranjak ke tempat tidur dan merebahkan tubuhku, menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar.

Berapa menit kemudian jendela kamarku tiba - tiba berbunyi seperti ada yang mengetuk, Mana suasana kek gini lagi. Kamar gelap, angin kencang,  ya Allah, makhluk apa itu.  

Karena semakin penasaran aku lalu pergi mencari tau dengan berjalan mendekati asal suara itu, ketika sampai didekat jendela itu aku kaget, "Kok ada bayangan?, nggak mungkin angin."

Aku lalu memberanikan diri membuka jendela kamarku akan tetapi aku tetap menutup mata karena takut dengan wujud yang didepanku..

SREEKKK... suara jendela terbuka, angin lalu berhembus membuat rambutku terhempas kebelakang.

"Hhmmm.. kok gelap sih, ooh iya" aku lalu mencoba membuka mata sedikit demi sedikit dan ketika terbuka sepenuhnya aku langsung membulatkan mataku kearah orang yang berada diluar jendela sambil melambaikan tangan.

Aku lalu mengerutkan dahiku "Kak Kev?, ngapain nih orang nggak tau apa aku sebel sama dia" batinku.

"Nih" ujarnya sambil memberikan kotak yang sudah kuduga kalau itu martabak.

"Untuk siapa?" tanyaku.

"Kan jelas - jelas aku ngasihnya kearah kamu yah pasti buat kamulah, kalau aku kasihnya kek sini berarti itu bukan buat kamu" jelas Kak Kev sambil mengarahkan kotak itu kesana kemari.

"Dih ngelawak garing" batinku

"Yaudah makasih" ucapku lalu kembali menutup jendela kamar.

"Eeh tunggu dulu"

Aku tidak memperdulikan ucapannya dan beranjak ketempat tidur sambil melihat - lihat kotak martabak itu.

Tiiitt..tiiiit...tiit...

"Iya halo?"

"Buka dulu jendela kamarnya atuh"

"Hhmmm... terus?"

"Yah aku mau tanya, kenapa tadi matiin telpon?"

"Nggak kenapa - kenapa, yaudah sana pulang aja aku mau tidur, makasih martabaknya" ujarku.

Tidak lama kemudian aku mendengar suara motor yang makin lama makin hilang, aku lalu langsung menghembuskan nafasku.

"Kak Kev - Kak Kev kenapa sih udah tau salah masih aja berani deketin aku, aku - kan sebel banget sama Kamu. kejadian tadi itu buat aku malu banget, mana banyak lagi fans - fans Kamu yang ngetawain. Ya Tuhan mau ditaruh mana lagi nih mukaa.." ucapku lalu mengacak - acak rambut.

Lalu melihat ke layar ponsel terbesit keinginan untuk memblokir nomornya tapi kalau dipikir lagi itu cara kekanak - kanakan.

Only TemporaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang