Dalam rangka PDKT dengan Sakusa, akhir-akhir ini aku sering menemuinya saat jam sekolah. Aku yakin dia merasa terganggu tapi kalau tidak bertahan menghadapi sifatnya yang begitu pasti tidak akan membuahkan hasil.
Lagi pula aku punya Komori yang bisa jadi informan seputar Sakusa, sepupunya. Sudah punya pendukung seperti ini jika menyerah kan jadi sia-sia.
Kebetulan sekali hari ini aku ingin menemui Sakusa. Aku ingin memberikan buah tangan yang dibeli ibu ku saat keluar kota. Beliau membeli banyak sekali umeboshi.
Waktu itu saat Komori main ke rumah ku, aku sengaja bertanya tentang makanan apa yang Sakusa sukai.
"Aku tidak tau pasti, tapi saat ku perhatikan ia sangat menikmati umeboshi."
Begitulah yang aku ingat dari ucapan Komori. Jadi hari ini aku ingin memberinya sebagian umeboshi yang ibu beli.
Ku tenteng tas yang berisi umeboshi. Wadahnya sudah ku bersihkan menggunakan handsanitizer agar Sakusa tetap mau menerimanya.
Belum sampai kelasnya, aku sudah melihat Sakusa yang sedang berjalan di lorong berlawanan arah denganku.
"Sakusa-san!" panggilku tersenyum sambil melambai dan berlari kecil. Aku mendapat tatapan tidak suka dari orang-orang yang berada disekitar ku. Dari tatapan mereka aku sudah tau isi hati mereka, terutama para fans Sakusa.
"Siapa gadis itu? Sok cantik sekali."
"Kenapa ia bisa dekat dengan Sakusa."
"Apa-apaan dia itu?"
Begitulah kira-kira.
Belum sampai mendekati Sakusa, ia lebih dulu berseru padaku, "Jaga jarak dari ku, cewek diare!"
Segera ku pelankan langkah kakiku dan menjaga jarak darinya. Tatapan tak suka yang mereka berikan berubah menjadi tawaan karena panggilan Sakusa padaku.
"Sudah ku bilang berhenti memanggilku seperti itu! Aku punya nama, [Name], [NA.ME]!"
Setelah menggunakan handsanitizer langsung saja ku berikan tas yang berisi umeboshi itu. Sakusa sedikit bergerak mundur saat ku sodorkan tas itu.
"Apa kau mencoba seperti gadis lain yang memberiku hadiah berisi kuman-kuman itu? Apa kau diam-diam fans ku dan masuk menjadi manager karena ingin dekat denganku?! Keluarlah jika tidak serius!" muncullah sisi Sakusa yang waspada seperti ini, dia berbicara sambil menatapku lekat-lekat.
Tak kusangka hanya dengan menyodorkan tas berisi makanan kesukaannya dia akan sebegitu was-was. Tak terpikirkan juga kata-kata yang keluar dari mulut Sakusa pada ku.
"Aku tidak seperti yang kau pikirkan ya! Aku bahkan sudah memberikan handsanitizer dibungkusnya. Jika tidak percaya cium saja ini!" Sudah kesal karena disamakan dengan cewek lain, aku mengambil salah satu bungkus umeboshi dan mendekatkannya ke hidung Sakusa yang sedang memakai masker.
Ia menatapku sejenak lalu menurunkan maskernya sampai mulut pedasnya itu. Diriku tiba-tiba gugup saat Sakusa benar-benar mendekatkan wajahnya ketanganku yang memegang bungkus umeboshi.
Sejujurnya aku tidak tau apa bau handsanitizernya tercium tidak, saking kesalnya tadi aku jadi tidak berpikir logis, dan lagi kenapa Sakusa mau mau saja ku suruh menciumnya?!!
Ia menegakkan badannya dan menutup setengah wajahnya dengan masker kembali, "Aku tidak dapat mencium apa-apa selain handsanitizer yang kau gunakan ditanganmu tadi. Tapi karena kau sudah berani membuktikan seperti itu jadi kali ini ku terima."
"Memang niatnya ku berikan padamu kok." Ucapku dengan nada yang masih sedikit kesal. Setidaknya sudah sedikit mereda karena Sakusa mau menerimanya.
"Omong-omong, dari mana kau tau ini makanan kesukaanku?" Tanya Sakusa setelah suasananya tenang kembali.
"Apa kau berharap aku mencari tau tentangmu?" tanyaku. Padahal didalam hati aku menjawab,'Memang iya! T_T'
Sakusa menampilkan wajah sinisnya. Walaupun pakai masker, aku dapat tau dari matanya yang menyipit.
"Kalau begitu kebetulan sekali karena ibuku membawa banyak umeboshi setelah ia pergi keluar kota. Apa salah jika aku berbagi denganmu dan anggota lain?" lanjutku.
"Anggota lain?" tanya Sakusa pelan namun masih dapat ku dengar.
"Iya, maka dari itu aku memberi punyamu terlebih dahulu agar tidak terkontaminasi dengan punya yang lain." Jelasku.
"Oh! Punyamu juga ku lebihkan. Kata Komori kau menyukai umeboshi?"
Sakusa mengangguk pelan mendengar ocehan ku, "Jadi dia tau dari Komori." Batin Sakusa. Dari lubuk hati terdalam aku sangat senang bisa berbicara santai secara langsung dengannya seperti ini. Seperti ada kehangatan tersendiri di tubuhku.
Karena sudah tidak ada lagi yang ingin ku sampaikan, aku mengundurkan diri untuk kembali ke kelas sambil melambai.
Ku lihat Sakusa membalas ragu lambaianku, ia hanya mengangkat setengah tangannya, malah tidak sampai setengahnya.
'Kenapa aku membalas lambaiannya?!' -Sakusa
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush {Sakusa Kiyoomi}
Teen FictionMendekati seorang Sakusa Kiyoomi itu benar-benar sulit. Mental baja harus sekali dimiliki. Dia gebetan ku tapi setiap bertemu selalu saja ada masalah kecil yang diributkan. Apa aku bisa menarik perhatiannya?