Aku tahu ini ide gila, tapi kalau belum dicoba mana tahu hasilnya kan?
Aku menatap handphone ku horror. Rasa gelisah muncul dibenak ku sejak aku mengirim pesan pada Sakusa.
Yap, aku mengajak Sakusa nonton film di bioskop. Aku gelisah karena takut di tolak, mau taruh dimana wajah ku nantinya. Tapi jika pikir-pikir hidup ku ini memang sudah sering menerima penolakan, jadi aku sudah terbiasa dengan itu.
Tak lama kemudian terdengar suara notifikasi dari handphone ku. Aku pun mengambil handphone ku.
Karena layar handphone ku yang setiap ada pesan masuk pasti menyala, otomatis aku membaca sekilas subject yang muncul paling atas.
"Ya ..."
Jantung ku semakin berdegup dengan kencang. Ku buka pesannya.
"Ya, kebetulan aku juga ingin menonton film itu."
AGHHHHH!!!!!
Aku langsung roll depan di kasur setelah membaca pesan dari Sakusa. Tak menyangka ia akan menerima ajakan ku.
Aku pun mulai siap-siap tidur, tak sabar menanti hari esok.
Kita janjian di stasiun jam 9 pagi dan film nya mulai jam 10.45 sedangkan perjalanan ke bioskop membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam.
Kurang lebih masih satu jam sebelum filmnya dimulai. Aku sudah berencana untuk menggunakan satu jam itu untuk pergi ke toko buku. Sakusa juga menyetujui ajakanku.
Aku sudah siap-siap dengan pakaian ku. Sangat simpel. Tak lupa juga pakai masker. Aku percaya pasti Sakusa memakai masker jadi aku juga ingin memakainya agar terlihat lebih serasi.
Sampai stasiun tak ku sangka kita datang bersamaan dari arah berlawanan. Saat ku tanya kenapa Sakusa dari arah sana, ia bilang ia mampir dulu ke supermarket.
Akhirnya kita pergi ke toko buku dulu. Sejujurnya aku tidak ingin membeli buku. Aku hanya ingin mengunjungi dan melihat-lihat isi tokonya. Terkadang melihat barisan-barisan buku yang tertata rapi memiliki rasa puas tersendiri.
aku tidak ingin terpisah jauh-jauh dengan Sakusa. Jadi aku selalu menyuruhnya untuk berada di dekatku. Aku yang memimpin jalannya tapi jika Sakusa berhenti aku juga ikut berhenti.
Kadang kita juga saling tukar pendapat tentang buku-buku yang menarik perhatian kita. Ternyata Sakusa juga tahu banyak soal buku.
Rasanya aku ingin mengabadikan moment ini. Aku mengeluarkan handphone ku dan meminta Sakusa untuk foto bersama.
Aku mengambil salah satu buku untuk memperlengkap gaya ku. Aku mulai berpose sambil memegang buku yang masih tersegel dan memposisikannya di depan mulut ku dengan latar buku-buku yang berjejer rapi di rak-rak.
Sakusa sedikit menunduk agar dapat ikut masuk ke frame. Wajah ku sangat dekat dengan Sakusa. Untung saja aku memakai masker, jadi Sakusa tidak akan tahu jika wajahku sudah sangat merah. Tangan ku juga sempat bergetar saat ingin menekan tombol fotonya.
Setelah mengambil beberapa pose bersama, aku meminta Sakusa untuk foto sendirian dan aku yang memfotonya. Namun sayangnya Sakusa menolak. Aku hanya bias memanyunkan bibirku dibalik masker.
Saat Sakusa sibuk melihat-lihat buku, dengan sigap aku kembali membuka kamera dan memfoto Sakusa diam-diam.
"Candid yang sempurna." Batin ku girang. Akhirnya aku punya foto Sakusa!
"Kau memfotoku ya?" Tanya Sakusa sambil menatapku yang sedang memerhatikan handphone dengan aura yang berbunga-bunga.
"Iya, kenapa?" balasku dengan wajah tanpa dosa.
"Hapus!"
"Tidak mau!"
"Hapuss!"
"Tidak mauuu! Ini foto yang langka bagi ku!" ucapku.
"Kenapa langka? Padahal aku selalu ada di sebelahmu." Ucap Sakusa yang masih menatap mata ku lekat.
"...Eh?" aku sedikit bingung dengan ucapan Sakusa.
Aku rasa Sakusa sadar dengan apa yang dia ucapkan. Ia pun mengalihkan pandangannya dan mulai berjalan ke arah rak-rak menjauhi ku.
"Hah, lupakan saja." Ucap Sakusa sambil berbalik arah.
"H-hee! Tunggu dulu!"
Setelah beberapa menit di toko buku, kita akhirnya pergi ke bioskop.
Aku memfoto tiket yang kami pesan dan mengirimnya ke teman-teman ku.
"Untuk apa difoto?" Tanya Sakusa.
"Untuk diperlihatkan kepada teman-teman kalau aku punya pacar." Balas ku sambil mengirim pesan.
"Aku bukan pacar mu." Ucap Sakusa dengan nada penekanan.
"Belum aja." Balasku lagi namun dengan suara yang pelan.
Sebelum masuk ke teater, ada pemeriksaan isi tas. Dan ini akan jadi moment yang tak akan pernah ku lupakan. Sakusa mencoba menyelundupkan makanannya namun gagal. Alhasil makanannya di sita oleh petugas.
Aku tak tahu jika Sakusa orang yang seperti itu, haha.
Akhirnya film selesai dan kita memutuskan untuk makan siang. Jujur rasanya sedikit tidak nyaman harus membuka masker di tempat umum karena wajah ku tidak enak dipandang. Berbeda dengan Sakusa.
Ia justru di sayangkan, padahal memiliki wajah yang rupawan tapi malah ditutupi oleh masker terus.
Karena masih siang, rasanya sayang sekali jika langsung pulang. Aku pun mengajak Sakusa untuk pergi ke aquarium. Aku rasa Sakusa pasrah saja aku ajak kesana kemari.
"Kenapa Sakusa-san tidak menolak saat aku ajak kemana-mana?" Tanya ku di perjalanan menuju aquarium.
"Aku sedikit bosan di rumah." Balas Sakusa. Aku hanya mengangguk-ngagguk saja dan tidak minat melanjutkan topik.
Sampai di aquarium. Aku tak henti-hentinya menganga takjub melihat ikan-ikan yang berenang-renang. Terlebih di lorong ini membuat kita seolah-olah berada di dalam air.
Tak lupa aku mengajak Sakusa untuk foto bersama lagi. Kali ini aku menggunakan flash karena ruangannya yang lumayan gelap.
"Rasanya seperti date ya?" ucap ku sambil menatap hasil foto-foto kami disepanjang jalan keluar. Sakusa tidak menjawabnya.
Akhirnya kita pun pulang bersama karena rumah kita searah dan pisah di perempatan dekat rumah kita masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush {Sakusa Kiyoomi}
Teen FictionMendekati seorang Sakusa Kiyoomi itu benar-benar sulit. Mental baja harus sekali dimiliki. Dia gebetan ku tapi setiap bertemu selalu saja ada masalah kecil yang diributkan. Apa aku bisa menarik perhatiannya?