Hari ini klub voli sekolahku diundang latihan tanding dengan sekolah lain. Kami pun memenangkan pertandingan itu dengan skor 2-1.
Saat ini kita semua sedang dalam perjalanan ke stasiun untuk pulang. Namun tiba-tiba saja Sakusa berucap bahwa ada barangnya yang tertinggal.
"Aku meninggalkan sepatu ganti ku, kalian duluan saja." Ucap Sakusa yang hendak berbalik arah tapi segera ku cegah.
"Tidak, biar aku saja yang mengambilnya, kau pasti lelah habis bertanding tadi. Dimana sepatumu?" tanyaku. Syukurlah Sakusa langsung menyetujuinya tanpa ada perdebatan dulu.
"Kurasa di bawah bangku gym tempat tadi latihan." Jelas Sakusa padat. Aku mengangguk mengerti.
"Baiklah, kalian bisa duluan ke stasiun, aku bisa kesana sendiri." Ujarku dan langsung lari berbalik arah menuju gym.
"Wah, ternyata manager kita berani sekali ya." Ucap Lizuna sang kapten. Yang lain mengangguk setuju kecuali Sakusa.
"Walaupun begitu, apa yakin meninggalkannya sendirian?" ucap salah satu anggota.
"Aku akan menunggunya disini." Semuanya menengok ke arah sumber suara. Sebagian ada yang terkejut karena tidak diduga kalimat tadi keluar dari mulut Sakusa Kiyoomi, "Lagi pula ini karena ku."
"Baiklah, kami akan menunggu kalian di stasiun." Balas Lizuna. Sakusa mengangguk. Setelah rombongannya tadi berjalan duluan, Sakusa mendudukan dirinya dikursi yang tersedia tak jauh dari sana.
Cukup lama Sakusa menunggu, bahkan sampai ada niatan untuk menyusul ke gym. Saat sedang bergelud dengan pikirannya tentang menyusul atau tidak, Sakusa melihatku yang sedang berlari sambil membawa tasnya yang berisi sepatu.
"Oi!" panggil Sakusa. Aku yang mendengar suara tak asing bagi ku segera memelankan langkahku.
Saat menoleh ke samping, betapa terkejutnya aku melihat Sakusa yang masih disini.
"Eh? Kenapa masih disini?" Tanyaku.
"Tentu saja menunggumu, aku masih punya rasa kasihan tidak meninggalkan perempuan sendiri." Balas Sakusa.
"Ohh, jadi kau menunggu karena kasihan ya..." Ucapku. Sakusa mengabaikannya.
Ia berjalan mendekatiku. Kitapun mulai berjalan beriringan menuju stasiun dengan diriku yang membawa sepatu Sakusa di tangan kiri ku.
"Terima kasih sudah mau menunggu tadi." Ucapku di tengah kecanggungan ini. Sakusa hanya berdeham menjawabnya. Aku tidak keberatan.
Mendekati stasiun, suasana mendadak menjadi ramai, banyak orang yang berlalu lalang dijalan. Sesekali aku juga terdorong oleh orang yang berlawanan arus.
Aku yakin pasti Sakusa sedang mengumpat dalam hatinya.
"kenapa hari ini ramai sekali dan kenapa pula kita harus naik kereta?" Keluh Sakusa. Tuh kan, pasti dia sudah mengumpat dalam hatinya.
"Ku dengar ada festival disekitar sini." Balasku. Tiba-tiba aku merasa jari telunjuk ku dipegang sesuatu.
Saat ku lihat ternyata itu jari telunjuk dan jempol Sakusa yang memegang telunjuk ku. Apa ia bermaksud menggandengku?
"Jalanlah dibelakang ku." Ucap Sakusa. Aku sedikit terkejut dengan sikap Sakusa yang seperti ini. Terkadang dia ini menjadi orang yang susah di tebak.
Tanpa berpikir panjang aku segera bersembunyi dibalik badannya yang lebih besar dan tinggi dariku, walaupun jarak diantara kita lumayan jauh juga untuk orang yang sedang berpegangan tangan.
Diam-diam aku memerhatikan jari kita yang saling bersentuhan. Dua jari Sakusa yang menggandeng jari telunjukku. Wajahku ikut menghangat melihatnya.
Tanpa ku sadari kita sudah sampai pada stasiun. Bahkan aku tak sadar kita sudah melewati keramaian tadi.
Sakusa segera melepas tautannya setelah sampai, jujur sedikit ada rasa kecewa di dada ku. Setelah mengabsen dan mengecek segala kelengkapan agar tidak tertinggal, kita semua pun mulai berangkat untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush {Sakusa Kiyoomi}
Fiksi RemajaMendekati seorang Sakusa Kiyoomi itu benar-benar sulit. Mental baja harus sekali dimiliki. Dia gebetan ku tapi setiap bertemu selalu saja ada masalah kecil yang diributkan. Apa aku bisa menarik perhatiannya?