Akhir-akhir ini aku mulai sering insecure. Aku terus kepikiran tentang fans Sakusa yang lebih 'Wow' dari pada aku. Putih, mulus, cantik. Rasanya saat berjalan disamping Sakusa itu seperti langit dan inti bumi.
Tapi keesokan harinya saat aku bertemu Sakusa dan berbicara dengannya, tiba-tiba rasa itu hilang begitu saja.
Karena hal itu aku jadi termotivasi untuk memperbaiki penampilanku! Aku juga tidak ingin Sakusa jijik dengan wajahku yang berjerawat ini.
"Baiklah latihan hari ini selesai!"
"Azasu!!"
Semua anggota mulai membersihkan gym yang habis mereka gunakan. Aku mendekati Sakusa yang sedang mengelap wajahnya dengan handuknya.
"Sakusa-san! Apa nanti latihan lagi?" Tanyaku.
Sakusa langsung menjawab, "Iya."
"Baiklah." Aku memberinya jempol lalu berjalan membelakanginya dan mulai membantu membersihkan gym dengan yang lain.
.
Sudah pukulan yang ke sepuluh, tiba-tiba Sakusa menyuruhku berhenti.
"Kita sudahi sampai sini."
Aku yang masih memegang bola voli di tanganku menatapnya bingung.
"Ada sesuatu yang harus aku beli." Jawab Sakusa seolah membaca pikiranku.
"Wah! Kebetulan sekali, aku juga ada barang yang ingin ku beli!" Jawabku senang karena aku bisa membeli barangku hari ini.
Sakusa tidak menjawabnya. Setelah membereskan gym dan menguncinya, kami berdua berjalan bersama seperti biasa.
"Omong-omong, apa yang ingin Sakusa-san beli?" Tanya ku disela perjalanan kami.
"Sesuatu." Jawabnya singkat.
"Kalau begitu bagaimana jika kita pergi bersama?" Tawarku menatapnya sambil tersenyum.
"Jika kau menemaniku pulangmu bisa kemaleman."
"Bukannya itu sudah biasa semenjak aku membantumu latihan?" ucapku sambil melihat kearah lain. Lagi-lagi Sakusa tidak membalas perkataanku.
Tiba-tiba saja langkah Sakusa berbelok. Aku yang disampingnya reflek menghentikan langkahku dan menatap kemana Sakusa pergi.
"Apotek?" gumamku. Aku mengikutinya memasuki apotek. Tidak perlu mencarinya atau takut kehilangannya, dari tempatku berdiri aku bisa lihat tubuhnya yang menjulang tinggi diantara rak-rak.
Selagi Sakusa mencari barang kebutuhannya, aku ikut melihat-lihat barang-barang yang dijual di apotek ini.
Tak berselang lama, aku mendengar suara kasir yang sedang melayani seseorang. Ternyata itu Sakusa. Ia berbelanja lebih cepat dari dugaanku. Segera kususul Sakusa yang masih dikasir menunggu kembalian.
"Apa yang kau beli?" tanyaku sambil berusaha mengintip kantong kresek yang dibawa Sakusa. Langsung saja Sakusa menariknya menjauh dari ku. Aku mendecih kesal.
"Kau, bisakah mengambilkan kembalian itu?" tanya Sakusa tiba-tiba. Aku meliriknya kesal sambil mendumel pelan.
"Aku tanya tidak dijawab, padahal hanya ingin tau, sekarang malah main suruh aja." Bisikku kecil. Walau begitu aku tetap mengambilkan kembaliannya yang hanya beberapa yen saja.
"Aku bisa mendengarmu ya." Balas Sakusa. Kusodorkan uang recehan itu padanya, "Tidak, untuk mu saja." Jawabannya membuatku terkejut.
"Sungguh?!" Tanyaku memastikan. Sakusa mengangguk. Mana mungkin ku tolak, namanya rejeki anak yang sabar menghadapi sikap Sakusa ini. Tapi rejekinya malah dari Sakusa, jadi gimana ini? Rejeki atau bukan?
"Terima kasih." Ucapku tersenyum dan memasukan uang itu ke kantong ku. Lumayan bisa dibuat beli permen.
"Kenapa kau belum pulang?" Tanya Sakusa. Aku menatapnya bingung.
"Aku kan sudah bilang kita pergi bersama saja." Balasku.
"Apa aku bilang 'iya'?"
Nyaliku mendadak menciut, "Emm... tidak."
Sakusa berbalik dan mulai berjalan berlawanan arah dengan ku. Sebelum ia tambah jauh, reflek aku memegang pergelangan tangannya yang terlapisi jaket voli Itachiyama.
Aku langsung mendapat tatapan mautnya. Segera ku lepaskan peganganku, "Maaf, aku tidak sengaja, sungguh!"
Dapat ku dengar Sakusa menghela napasnya pelan, "Apa mau mu?"
Rasa bersalahku seketika hilang saat Sakusa berbicara berganti dengan raut senang.
"Temani aku beli skincare!"
.
"Selamat datang di toko kami."
Aku dan Sakusa memasuki toko kecantikan. Rasa kagumku meruah, banyak sekali produk kecantikan yang tidak ku ketahui.
Aku berjalan dari rak ke rak, Sakusa setia mengikutiku dari belakang. Terkadang ia juga mencondongkan tubuhnya untuk bisa membaca label produknya dengan jelas.
Sedang dilanda kebingungan, tiba-tiba Sakusa berucap, "Apa yang kau cari?"
Aku menoleh kearahnya sambil tertawa canggung, "Ehe, aku juga tidak tau. Banyak sekali jenisnya, aku jadi bingung."
Aku yakin Sakusa sedang mengumpat didalam hatinya.
"Kau cari yang gunanya untuk apa?"
"Eh? Emm, sebenarnya sedikit malu mengatakannya ini pada seorang pria."
'Terlebih lagi gebetan! Haduh, kenapa pula aku mengajaknya?!" Ingin lebih lama dengannya mungkin?"Untuk wajah berjerawat." Sambungku. Sakusa tidak menampilkan ekspresi apapun. Ia melangkah melewatiku dan berjalan kearah rak lain. Aku mengikutinya dari belakang.
"Ini, cari krim yang mengandung salicylic acid dan benzoyl peroxide. Itu cocok untuk kulit berjerawat. Kau juga bisa mencari yang bertulis Acne-acne, tapi belum tentu semuanya cocok dengan kulitmu." Jelas Sakusa. Aku menganga kagum, ternyata ia lebih mahir tentang skincare dari pada diriku.
Mungkin itu bawaan Germanophobia nya, jadi dia anti sekali dengan bakteri penyebab jerawat. Setelah dijelaskan seperti itu aku mulai memilih.
"Omong-omong, kenapa Sakusa-san sangat paham tentang hal seperti ini? Apa kau pernah berjerawat?" tanyaku disela sibuk memilih produk yang sekiranya cocok.
"Berjerawat itu manusiawi kan?" Balas Sakusa yang sayangnya tidak ku hiraukan karena aku sedang asik menemukan skincare yang akan ku beli.
Setelah memilih dan membayarnya, kita keluar dari toko. Rasa puas memenuhi hatiku. Ternyata tidak ada salahnya juga mengajak Sakusa.
"Terima kasih banyak sudah menemaniku dan membantuku beli skincare." Ucapku sambil membungkuk sopan.
"Kalau begitu ayo pulang." Balas Sakusa yang lebih terdengar seperti perintah. Aku mengangguk dan menyusul langkahnya yang lebar.
"Tunggu, pelan-pelan dong jalannya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush {Sakusa Kiyoomi}
Teen FictionMendekati seorang Sakusa Kiyoomi itu benar-benar sulit. Mental baja harus sekali dimiliki. Dia gebetan ku tapi setiap bertemu selalu saja ada masalah kecil yang diributkan. Apa aku bisa menarik perhatiannya?