Aku bangun dari tidur ku untuk bersiap berangkat ke sekolah. Aku pergi ke kamar mandi seperti biasa namun saat melewati cermin kamar mandi, aku melihat ada yang aneh dengan wajah ku.
Saat ku lihat lebih dekat ke cermin...
"AAAAAA!!!!" Teriak ku yang ku tahan di dalam hati karena jika tidak ku tahan aku pasti akan langsung kena omel penghuni rumah.
Alasan ku terkejut seperti tadi adalah karena...
ADA JERAWAT BESAR YANG NUMBUH DI PUCUK HIDUNG KU PAS!
Ughh, rasa tidak ingin berangkat kesekolah saja hari ini... kenapa pula ada jerawat yang numbuh disitu. Mungkin aku bisa pura-pura sakit? tunggu! tanggal berapa ini?
Aku berjalan kearah kalender kamar ku. Setelah melihat tanggalnya, aku sedikit bisa memakluminya. Ternyata ini jerawat menstruasi yang datang setiap bulan.
Aku menghela napas berat, pasrah dengan kehadiran jerawat ini. Lagi pula aku bisa ke sekolah menggunakan masker untuk menutupinya.
Akhirnya aku tetap memutuskan untuk berangkat ke sekolah dan bertekad tidak akan membuka maskernya kecuali saat dikamar mandi.
.
Sampai latihan voli selesai aku berhasil tidak membuka maskerku dihadapan orang-orang. kali ini tinggal membantu Sakusa latihan setelah itu pulang ke rumah, tempat paling aman.
Gym mulai sepi, tinggal aku dan Sakusa.
"Oi!" suara Sakusa menggema di gym yang sepi ini, aku jadi terkejut. Terlebih Sakusa yang mulai mendekat kearah ku.
"Sebenarnya apa yang kau sembunyikan dibalik masker itu? seharian ini kau terlihat selalu menggunakannya." Ucap Sakusa, "Padahal kau tidak terlihat sakit sama sekali."
tiba-tiba tubuhku berkeringat dingin. Kenapa Sakusa sangat ingin tau sekali, biasanya juga ia tidak peduli.
aku berjalan mundur saat ia mulai mendekat, "I-ini bukan urusanmu!" kalimat itu keluar begitu saja tanpa ku sadari, aku terlalu malu menjawab yang sebenarnya.
Sepertinya Sakusa cukup terkejut dengan kalimat yang ku keluarkan tadi.
"Oh, kau sudah berani pada senpai mu ternyata." balas Sakusa. Ia semakin mendekat kearah ku dan tangannya langsung membuka masker yang ku gunakan. Sayang sekali gerakannya terlalu cepat sehingga aku tidak sempat menghindar.
Masker ku terbuka dan menampilkan wajah berjerawat ku terutama jerawat dibagian hidung yang dari tadi sangat ku sembunyikan kini malah terpampang jelas di depan gebetan kurang ajar ini. Aku tidak bisa menahan rasa malu ku yang menyebabkan memerahnya wajahku.
"Pftt-"
Aku melihat kearah Sakusa, apa aku salah dengar? ku rasa tadi aku mendengar suara tawa yang tertahan. Jika benar ia tertawa aku akan marah.
"Kau tertawa?" tanya ku.
"Tidak. Aku menahannya."
Perempatan imajiner muncul di dahi ku. Aku hanya bisa menggeram kesal sambil mengepalkan ke dua tangan ku.
"Kau tau? wajah mu terlihat seperti stroberi saat memerah dan itu... lucu." ucap Sakusa dengan memelankan kata terakhirnya.
Aku terkejut dan yakin aku tidak salah dengar, tadi Sakusa bilang "lucu?" seketika tubuhku jadi merinding.
"Ku rasa kita tidak perlu latihan hari ini. Kau ingin makan sesuatu?" Ucap Sakusa. Aku tambah terkejut saat ia mengatakan itu. Ada apa dengan Sakusa hari ini? tidak, memang terkadang ia random dan sulit dibaca.
"Iya!" balasku semangat dan bersiap membawa tas.
"Terima kasih sudah sedikit menghiburku." ucap Sakusa saat kita berjalan beriringan. Ia mempuk-puk kepala ku, membuatku kembali merasakan perasaan yang aneh. Apa jerawat hidung ini bisa disebut jerawat keberuntungan?
"Btw, aku belum keramas." ucap ku
"..." *pakai handsanitizer*
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush {Sakusa Kiyoomi}
Teen FictionMendekati seorang Sakusa Kiyoomi itu benar-benar sulit. Mental baja harus sekali dimiliki. Dia gebetan ku tapi setiap bertemu selalu saja ada masalah kecil yang diributkan. Apa aku bisa menarik perhatiannya?