"Kamu sudah memikirkan ini matang-matang, Thomas?" Tanya pria paruh baya yang masih terlihat muda diusianya yang sudah menginjak kepala empat.
Pasalnya anak keduanya ini suka sekali mengambil keputusan tanpa melihat resikonya nanti. Lihat saja sekarang, bahkan pertandingan belum selesai dan dia sudah membawa Adrian ke Mansion.
Bukan apa-apa, hanya saja pasti Adrian sendiri akan sulit untuk menerima kehadiran mereka sebagai keluarga barunya jika ia dibawa secara paksa seperti ini. Belum lagi teman-teman dari anak itu yang akan kelimpungan mencari sahabatnya yang mendadak hilang.
Dan ujung-ujungnya pasti Jonathan sendiri yang harus turun tangan menjelaskan kepada keluarga Dirgantara dan yang lainnya perihal Adrian yang kini resmi menjadi putra bungsu seorang Jonathan Gilbert.
Hanya menjelaskan? Tentu saja.
Entah itu keluarga Dirgantara, Sanjaya, Bagaskara, ataupun keluarga Pratama tidak akan ada yang berani untuk mengusik ataupun menentang keputusan yang ia buat. Bahkan jika keempat keluarga besar itu bersatu belum tentu bisa menandingi kekuasaan seorang Jonathan Gilbert.
"Ya, tidak ada yang bisa menyakiti dan merebut Adrian dariku. Dia akan menjadi adikku sampai kapanpun" ucap Thomas santai seakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.
Matanya sejak tadi tidak berhenti menatap Adrian yang tengah tertidur pulas di kamar yang sudah ia persiapkan. Dan tentu saja hal itu membuat Jonathan tersenyum.
Thomas anaknya yang tidak pernah menunjukkan ketertarikannya terhadap hal-hal yang berbau keluarga kini telah membuka hati akan kehadiran sosok bernama Adrian sebagai bagian dari keluarganya.
Sebelumnya Thomas telah memanggil Dion, dokter pribadi keluarga Gilbert untuk mengobati kaki adiknya.
Dion terpaksa memasang gips pada kaki Adrian karena terdapat keretakan di tulang kering pemuda itu.
Di lain tempat, tepatnya di gedung olahraga tempat dilangsungkannya pertandingan Basket tingkat Nasional yang baru saja berakhir.
Benar saja perkiraan Jonathan, usai pertandingan yang berhasil dimenangkan oleh Red Wolf, Dimas dan Bima yang hendak menjemput Adrian di ruang kesehatan untuk merayakan kemenangan mereka dibuat kebingungan saat mendapati ranjang Adrian yang kosong.
Segera saja operasi besar-besaran dilakukan guna mencari keberadaan Adrian yang hilang.
"Duh, lo dimana si, Yan? Bikin orang-orang khawatir tau nggak si?" ucap Dimas frustasi. Sudah sejak tadi ia berusaha menghubungi ponsel Adrian namun hanya balasan dari operator yang ia dapatkan.
Rainer juga tidak kalah frustasinya, ia bahkan menyuruh hacker terbaik milik keluarganya untuk membantu melacak keberadaan Adrian. Namun hasilnya masil nihil sampai sekarang.
"Udah mending kalian istirahat sekarang. Bukankah kalian baru selesai bertanding? Jadi sebaiknya kalian kembali ke hotel dan serahkan urusan Adrian pada Abang" perintah Rangga Dirgantara kepada keempat pemuda tersebut.
Rangga yang baru mendapat kabar menghilangnya Adrian segera menyusul ke Jakarta guna membantu pencarian.
Baik Rainer, Dimas, Galang, maupun Bima sebenarnya tidak ingin kembali ke hotel sekarang namun melihat tatapan tajam yang diberikan oleh Bang Rangga mau tidak mau mereka pun menurut. Mereka berharap semoga Adrian lekas ditemukan dan dimanapun ia sekarang semoga tidak ada hal buruk yang menimpanya.
Sementara itu di Mansion Gilbert, Adrian baru saja sadar dari pengaruh obat bius.
"Engh, duh pusing banget kepala gua" ujar Adrian seraya memegang kepalanya. Dirinya nampak asing dengan kamar yang ia tempati sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrian [Terbang Kembali]
Teen FictionTidak ada yang tahu kapan masa lalu itu akan kembali. Entah kau siap untuk menghadapinya hari ini atau belum. Tapi satu yang pasti. Kau tidak akan bisa lari dari takdir. Sejauh apapun kau pergi, ia tidak akan pernah berhenti mengusik kehidupan mu se...