Sarapan

358 35 4
                                        

Baru saja Thomas keluar dari kamar Adrian setelah memastikan anak itu benar-benar tertidur, Dean tangan kanannya menghampiri.

"Lapor Tuan, orang yang melukai tuan muda sudah dibereskan" ucap Dean.

"Hmm, bagus. Kau tetap disini dan jaga adikku. Jika terjadi apa-apa padanya segera laporkan" perintah Thomas.

"Baik tuan"

________________________________

Keesokan harinya.

Sinar matahari yang mengintip masuk melalui celah tirai jendela sukses mengusik tidur Adrian.

"Ugh.. gara-gara nangis semalem kepala gue jadi pening" rutuk Adrian sembari tangannya memijat keningnya pelan.

Dia harus segera pergi dari tempat ini. Teman-temannya pasti khawatir saat tau dirinya menghilang.

'Tapi gimana caranya? Kaki gue aja masih di gips gini' batinnya.

Sungguh sial nasibnya harus berurusan dengan keluarga Gilbert. Bahkan dipaksa menjadi bagian dari mereka.

Adrian mencoba bangkit dari tempat tidur dengan satu kakinya yang bebas dari gips.

Pandangannya menyapu seluruh sisi kamar yang ia tempati. Sangat besar dan mewah dengan nuansa baby blue di dalamnya. Khas anak-anak sekali.

Melihat keberadaan jendela, Adrian berusaha untuk mencapainya.

"Shit, di lantai dua lagi. Kalo gua lompat yang ada kaki gua bakal di gips dua-duanya" Adrian mendesah kecewa.

"Apa yang sedang kau lakukan, Baby?"

Suara rendah dari arah belakang membuat Adrian menegang.

"Anak Ayah tidak mencoba kabur kan?" Tanya Jonathan.

Adrian cepat-cepat menggeleng.

"E..nggak kok hehehe" gugupnya.

Jonathan hanya menaikkan alisnya.

Ia tau Adrian tengah berbohong. Namun belum saatnya untuk mendisiplinkan bungsunya itu.

Adrian masih harus beradaptasi dengan mereka.

"Ayo cuci mukamu dulu, kita sarapan bersama" ajak Jonathan seraya menggendong koala Adrian ke kamar mandi.

"Ish nggak usah gendong segala deh. Gue masih bisa jalan" rengeknya berusaha turun dari gendongan Jonathan.

Apa kata teman-temannya nanti saat tau dirinya masih digendong seperti anak kecil.

"Perhatikan bahasa yang kamu gunakan, Adrian" tegas Jonathan. Adrian segera menutup mulutnya rapat-rapat.

Sungguh aura Ayah angkatnya ini sangat menyeramkan.

"Ma..af" cicitnya.

"Hm, Ayah harap kamu tidak akan pernah mengulanginya lagi, Baby. Karena kami tidak akan segan-segan untuk menghukum anak yang nakal dan membangkang"

Adrian hanya bisa mengangguk sambil mengumpat dalam hati.

Mereka kini telah sampai di ruang makan. Terlihat Thomas yang sudah menunggu.

"Bagaimana tidurmu, Baby?" Tanya Thomas.

"Not bad. Tapi bisa nggak kalian jangan manggil gu.. eh maksudnya Rian dengan sebutan Baby? Rian udah besar" protesnya.

"Itu panggilan kesayangan dari kami dan akan terus seperti itu. Kamu adalah bayi besar keluarga ini" ucap Thomas.

Adrian hanya menghembuskan nafas pasrah. Sepertinya hanya buang-buang tenaga berbicara dengan mereka.

Adrian [Terbang Kembali]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang