Tidak berselang lama, Raja dan para pangeran lain tiba di istana.
Melihat kerajaannya diserang oleh sang musuh bebuyutan, amarah Raja Adias tak bisa dibendung.
Apalagi mendapati bahwa sang permaisuri telah tiada benar-benar mengobarkan api dendam kepada Orlando Luxier dalang dibalik semua kekacauan ini.
Perang antara dua kerajaan besar tidak bisa terelakkan. Pada akhirnya pasukan kerajaan Luxier dapat dipukul mundur dari wilayah Adias.
Namun kesedihan karena Adias telah kehilangan ratunya benar-benar membuat istana kehilangan warnanya. Terlebih bagi sang pangeran kecil kita, Adrian Alexander Adias sebagai anggota keluarga terdekat sang ratu yang merupakan ibunya.
Setiap hari Adrian habiskan dengan mengurung diri di kamar atau menghabiskan malamnya bergelut dengan buku-buku di ruang baca istana.
Raja dan Pangeran yang lainnya?
Mereka juga merasa terpukul atas meninggalnya ratu.
Namun untuk sekedar menghibur si kecil Adrian, mereka seperti tidak menganggap keberadaannya. Bahkan menyalahkan Adrian atas kematian sang Ratu.
Sejak lahir Adrian belum pernah mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari Papa dan Kakak-kakaknya. Mereka seakan tidak menganggap Adrian sebagai bagian dari keluarga ini bahkan terkesan mengucilkannya.
Hanya sang Mama yang senantiasa memberikan kasih sayang dan perhatian kepada Adrian.
Bukan ingin serakah atau apa. Adrian hanya ingin Papanya menoleh kepadanya. Bahkan seulas senyum dari Papanya belum pernah ia dapatkan. Hanya ada tatapan datar dan sarat akan rasa benci dari Papa dan kakak-kakaknya yang senantiasa ia peroleh saat hendak berusaha mendekati mereka.
Dulu ia beruntung dengan adanya sang Mama, Papanya tidak akan sampai membentak ataupun bermain tangan kepadanya.
Namun setelah Mamanya tiada, dimanapun ia bertemu dengan Papa atau salah satu kakaknya selalu ada luka baru yang tertoreh, baik hati maupun fisiknya. Sebutan 'pembunuh dan anak pembawa sial' menjadi asupan sehari-harinya setelah kepergian Mama.
"John, apakah kau tau kenapa Papa sangat membenciku?" Tanya Adrian kecil kepada pengawal setianya. Saat ini John tengah mengobati luka di punggungnya. Tadi saat ia hendak mengunjungi kamar mendiang Mamanya ia tak sengaja memecahkan guci kesayangan sang Papa dan berakhir dengan cambukan melayang di tubuhnya.
John hanya bisa diam. Tak mungkin ia menceritakan yang sebenarnya kepada tuannya ini. Selain karena ia terikat janji dengan mendiang Ratu, ia juga tak tega jika sampai tuannya kembali bersedih dan menyalahkan dirinya atau fatalnya sampai melukai dirinya sendiri.
"Apa karena aku lemah, John? Sehingga Papa malu memiliki anak sepertiku.." lirihnya. Memang hanya Adrian seorang yang belum bisa menggunakan sayapnya dan tidak memiliki spirit elemen (semacam kekuatan yang memanifestasikan elemen alam seperti air, api, angin, dll).
"Tidak, Pangeran. Pangeran Adrian itu spesial. Percaya pada saya, Yang Mulia Raja dan para Pangeran yang lainnya sangat menyayangi Anda" ujar John lembut.
Selalu seperti itu.
Adrian sudah muak dengan kata-kata penyemangat kosong dari pengawalnya ini.
Keesokan harinya saat dirinya hendak pergi ke ruang baca tanpa sengaja ia mendengar gunjingan para pelayan yang tengah membicarakan dirinya.
"Kalian tau tidak kenapa Pangeran Keempat dikucilkan oleh anggota kerajaan yang lain?" Tanya pelayan satu.
"Hus, kecilkan suaramu jika membicarakan hal itu" ujar pelayan kedua.
![](https://img.wattpad.com/cover/218533205-288-k21209.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrian [Terbang Kembali]
Genç KurguTidak ada yang tahu kapan masa lalu itu akan kembali. Entah kau siap untuk menghadapinya hari ini atau belum. Tapi satu yang pasti. Kau tidak akan bisa lari dari takdir. Sejauh apapun kau pergi, ia tidak akan pernah berhenti mengusik kehidupan mu se...