"Ayo buruan pilih" ucap Adrian tak sabar kepada Thomas.
Sementara Thomas masih menimbang pilihan apa yang hendak ia ambil.
Thomas tadinya hanya ingin meminta maaf kepada Adrian, akan tetapi kini dirinya malah harus menghadapi kelicikan bocah itu.
"Ah, Abang nggak niat minta maaf nya. Rian mau sama Ayah aja" ujar Adrian mengambil tongkat disebelah ranjang yang sudah disiapkan Ayahnya.
Jonathan sempat menawarkan kursi roda untuk membantu mobilitas anak itu. Namun dasar Adrian yang keras kepala dan susah diatur. Ada saja alasan yang ia berikan sampai keinginannya terpenuhi.
"Rian tu nggak lumpuh Ayah. Ntar kalo kebiasaan pake kursi roda yang ada kaki Rian nggak sembuh-sembuh terus bisa-bisa nggak berfungsi dua-duanya. Emang Ayah mau tanggung jawab?" rengek Adrian. Sungguh alasan yang absurd.
"Atau kamu bisa minta tolong, Dion untuk menggendongmu, Baby. Ayah tidak mau kamu kelelahan nantinya" ucap Jonathan.
"Sama aja, Ayah🥺. Ayah pengin banget ya liat Rian lumpuh. Ntar nggak ada cewek yang mau sama Rian kalo Rian nggak bisa jalan. Ayah tega ya liat Rian jomblo. Ayah nggak sayang Rian" oceh Adrian menunjukkan puppy eyes nya berharap Ayah nya ini luluh.
Jonathan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ada-ada saja pikiran bayi besarnya ini.
"Bukan begitu, Baby. Hah baiklah. Kamu bisa menggunakan tongkat. Tapi janji jangan sampai terluka. Jika kamu lelah minta tolonglah pada Dion untuk menggendongmu. Mengerti?"
Adrian hanya mengangguk sembari tersenyum puas.
Hah, baiklah untuk adiknya ini Thomas akan sedikit melunak. Ingat sedikit.
Ia tak akan pernah membiarkan Adrian lepas dari pengawasan. Anak itu bisa nekat melakukan apa saja yang menjadi tujuan nya.
"Baik kamu bisa ikut mengambil kucing peliharaanmu itu. Tapi jika sampai adik ku ini mencoba kabur maka bersiaplah untuk menerima hukumanmu. Tentu nya adik abang tidak memiliki niatan seperti itu kan? Bisik Thomas membuat Adrian menelan ludah kasar.
"I.. iya abang" cicitnya.
"Baiklah, sekarang Baby bisa bersiap-siap dulu. Abang tunggu di bawah. Dan satu lagi, jangan gunakan tangga atau kakimu akan abang potong"
Adrian bergidik mendengar ancaman Thomas.
'Gila ini orang. Ganteng-ganteng sikopat ternyata' ucap Adrian dalam hati.
Thomas mengusak rambut Adrian sebelum berlalu meninggalkan kamar tersebut.
Sepanjang perjalanan Adrian habiskan untuk mencari cara agar bisa kabur dari Thomas. Hingga tak terasa kini mereka telah tiba di tempat penitipan hewan untuk mengambil 'Si Putih'.
"Baby, hey.." panggil Thomas menyadarkan Brian dari lamunannya.
"Eh, cepet amat sampenya.." tanya retoris Brian.
Thomas hanya menggelengkan kepalanya melihat reaksi adiknya itu.
"Jadi Baby ingin ikut turun atau biar Abang saja yang mengambil kucingmu itu" tanya Thomas.
"Ikutlah, yakali udah sampe malah di mobil doang."
"Baiklah, ayo" ajak Thomas sembari menuntun Adrian.
Usai mengambil kucingnya, Adrian meminta Thomas untuk mampir ke kedai es krim terlebih dahulu.
"Ayo Bang beliin es krim. Ya ya ya🙃"
Hah, "Baiklah, tapi kamu jangan kemana-mana tunggu Abang membeli es krim sebentar"
Adrian mengangguk mantap.
Yes, kesempatan emas. Perlahan Adrian membuka pintu mobil yang lupa Thomas kunci. Beruntungnya ia dan Thomas tidak membawa sopir jadi hanya ada mereka berdua yang mengendarai mobil.
"Ayo kaki kerjasamanya dong." Adrian sekuat tenaga berlari menjauhi mobil Thomas sembari menggendong kucingnya. Ia sudah berlatih keras tadi malam untuk menggerakkan kakinya yang terpasang gips guna melancarkan recana kaburnya.
Saat Thomas kembali ke mobil dengan satu cup es krim di tangannya, ia dibuat murka mendapati adiknya tidak ada.
Tangannya mencengkeram es krim yang ia bawa sebelum akhirnya membuangnya. Rip es krim
'Tunggu hukumanmu anak nakal'

KAMU SEDANG MEMBACA
Adrian [Terbang Kembali]
JugendliteraturTidak ada yang tahu kapan masa lalu itu akan kembali. Entah kau siap untuk menghadapinya hari ini atau belum. Tapi satu yang pasti. Kau tidak akan bisa lari dari takdir. Sejauh apapun kau pergi, ia tidak akan pernah berhenti mengusik kehidupan mu se...