#06 • Bakso Mbok Lely

185 161 106
                                    

"Bahkan sekali pun dunia membawamu pergi, aku akan ikut sampai waktu yang tak dapat ditentukan."

🌳🌳🌳

Oksa melangkah melewati gerbang sekolah. Dia menghela napas perlahan sebelum akhirnya berhenti memandang area parkiran, tidak ada motor Galakas di sana, dengan lesu Oksa melanjutkan langkahnya menuju koridor. Pagi ini dirinya tidak datang bersama Galakas, sejak semalam kekasihnya tak memberi kabar apapun padanya.

Satu hal yang membuat Oksa malas untuk masuk sekolah hari ini, gadis lugu dengan rambut sebahu itu telah menyiapkan bekal untuk Galakas. Masalahnya, Galakas bahkan tidak menjemputnya hari ini.

"Oksa, tunggu sebentar!" Laiba sedikit berlari guna mengejar langkah temannya. Napasnya tersengal-sengal, kini Laiba sudah berdiri di depan Oksa, gadis itu mengatur napasnya dengan memegang bahu Oksa.

Pandangan Laiba kini beredar ke sekeliling sekolah, mereka masih dekat dengan area parkiran. Laiba mengigit bibir bawahnya perlahan, dengan mata yang bergerak-gerak.

Seketika wajah Laiba ikut murung. "Lo gak berangkat bareng Kak Galak ya?" tanyanya sedih.

Oksa mengangguk. "Motornya gak ada di sekolah, nomernya juga gak aktif. Terus, motor teman-temannya juga gak ada."

"Hari ini Kak Kariel juga gak bareng gue, udahlah. Mending gue gak usah masuk sekolah," decaknya.

Derap langkah keduanya terdengar di koridor. Sekolah sudah ramai, dan bel masuk sebentar lagi berbunyi, namun kabar dari Galakas bahkan Kariel tak terdengar sampai sekarang.

Saat menaiki anak tangga, Laiba dan Oksa tak sengaja berpapasan dengan teman kelasnya.

"Deo, muka lo kenapa?" Deo menepis lengan Laiba saat akan menyentuh wajahnya, terlihat banyak sekali luka lebam di sana.

"Gak papa, namanya juga cowo." Deo meninggalkan keduanya di sana, berdiam diri dengan tatapan ngeri.

"Horor banget deh pagi-pagi. Liat mukanya Deo, hampir remuk gitu," sahut Oksa.

"Palingan ribut sama temennya, lo kan tau tuh bocah suka cari gara-gara mulu anaknya."

Oksa setuju dengan Laiba. Deo memang super jahil dan suka mencari masalah, namun baru hari ini dia melihat pemuda itu babak belur.

Oksa dan Laiba sampai di kelas. Di sana sudah tertata rapi ransel milik Deo, teman-teman kelasnya pun belum banyak terlihat. Laiba berjalan lemas ke arah tempat duduknya, menaruh ranselnya asal dan menenggelamkan wajahnya di atas meja.

"Kantin aja yuk, laper gue," lirih Oksa.

Laiba menggeleng cepat. "Gue gak mau kalau nanti ke kantin bakal ketemu sama Kak Kariel, mana tau sekarang dia udah berangkat?" jawabnya.

Oksa mencak-mencak sendiri mendengarnya, Laiba ini sedang bertengkar atau bagaimana?

"Lo kan liat motor mereka gak ada di parkiran, dan lagi gerbang sekolah udah mau tutup kali!" Oksa menarik paksa lengan Laiba, hingga gadis tersebut bangkit dari duduknya.

"Dari pada lo galau gak jelas gini, mending lo ikut gue makan bakso deh, laper nih gue. Galau juga butuh tenaga, Ba!" decaknya kesal.

Dengan malas Laiba berjalan keluar kelas bersama Oksa, mereka berdua sepakat untuk pergi ke kantin bawah. Tidak! Lebih tepatnya Oksa lah yang mengajak temannya pergi ke sana.

Oksa mengapit satu lengan Laiba, dan bersenandung selama berjalan di koridor.

Dan di sinilah mereka. Suara ricuh menyambut keduanya saat baru melangkah memasuki kantin, tersirat rasa tak suka dari kedua mata Laiba.

"Ramai banget, Oksa! Apa sih yang lo cari di kantin, memangnya lo gak sarapan?"

Oksa acuh dan menarik lengan Laiba mendekati warung bakso Mbok Lely. "Baksonya dua ya, Mbok. Minumnya es teh manis aja, pagi-pagi begini butuh yang bikin seger deh pokoknya," ujar Oksa.

"Tumben pagi-pagi makan bakso Neng, memangnya di rumah gak sarapan?" tanya Mbok Lely.

"Noh kan, Mbok Lely juga nanya," sahut Laiba pada temannya, "biasa lah Mbok, perut karet emang kudu banyak makan," lanjutnya.

Oksa dan Laiba menunggu pesanan mereka pada salah satu meja yang ada di sana.

"Masih belum ada kabar juga dari Kak Kariel?" Oksa bertanya saat mendapati Laiba yang sibuk dengan ponselnya. Gelengan pelan Laiba berikan, kemudian gadis tersebut mematikan ponselnya.

"Gak tau deh gue dia kemana, mungkin bolos sekolah lagi." Laiba membuang napas gusar, kemudian mengambil sendok dan garpu saat Mbok Lely datang membawa dua mangkuk bakso.

"Widih, gesit banget Mbok buatnya."

Mbok Lely terkekeh malu dengan pujian Laiba. "Iya Neng, masih pagi mah pelanggan belum banyak."

"Es tehnya mana Mbok?" tanya Oksa.

"Nyusul ya Neng, ini baksonya dulu dimakan, nanti Mbok balik lagi nganterin es teh," Mbok Lely menyengir dengan tangan kanannya yang memberikan jempol pada Oksa, kemudian berlalu pergi dari hadapan mereka.

"Laper kan lo. Gue bilang juga apa, galau tuh butuh tenaga, Laiba! Mending ikut gue makan bakso gini."

Laiba mengangguk. "Tapi lo heran gak si kenapa Kak Kariel sama Kak Galak tiba-tiba gak ada kabar gini?"

"Lo sendiri tadi yang bilang, mungkin mereka bolos hari ini." Oksa menggigit baksonya dengan lahap hingga membuat mulutnya terasa penuh.

"Apa jangan-jangan mereka selingkuh?"

Oksa membulatkan matanya dan mencubit lengan kiri Laiba karena terkejut. "Kalau ngomong suka aneh-aneh deh, mereka kan belum sehari gak ada kabar," cibir Oksa.

"Gue takut, gue bingung banget. Heran deh sama Kak Kariel, gak biasanya dia begini," Laiba menunduk lesu, seketika napsu makannya berkurang.

"Emang bucin banget ya lo berdua, kayak gak pernah dipisah aja dulu," celetuk Oksa tak habis pikir.

"Es tehnya Neng, biar seger tenggorokan." Mbok Lely datang dengan nampan di tangannya, menaruh dua gelas es teh manis di atas meja. Kini wanita paruh baya itu ikut duduk dan bergabung dengan mereka.

"Mbok duduk di sini ya, bakso pagi-pagi masih sepi, dari pada Mbok bengong di sono kena hasut setan nanti," ucap Mbok Lely.

"Duduk aja, Mbok, nemenin kita galau pagi-pagi gini sambil makan. Tapi maaf nih ya Mbok, kita gak bisa nawarin, lapar soalnya."

Mbok Lely tertawa lepas. "Kan saya juga yang jual Neng, saya mah tinggal bikin itu bakso semenit jadi."

"Padahal sebenarnya gak ada yang galau kok Mbok, kita cuma perlu dengerin lagunya Bernadya aja."

"Bernadya anak kelas mana Neng?"

"Bernadya mah penyanyi kali, Mbok," jawab Oksa.

Ketiganya terlibat dalam beberapa percakapan kecil, Mbok Lely yang humoris dan mudah menyesuaikan diri, membuat Laiba dan Oksa ikut terjun dalam topik yang tak ada habisnya. Berkali-kali keduanya tertawa renyah akibat lelucon lucu dari Mbok Lely, hingga menambah kesan ramai pada kantin pagi ini.

•••

To be continued.
Instagram : @ayychakk

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pohon ke : 18 [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang