#05 • Dangerdels

192 169 115
                                    

"Pengkhianatan akan kekalahan terus berjalan sampai raungan berhenti."

🌳🌳🌳

"Bangun lo, gak usah jadi pengecut!" Napas Galakas memberat, netra elangnya menusuk dengan tangan yang mengepal kuat. Darahnya seperti mendidih memandangi pemuda yang sudah jatuh tersungkur akibat pukulan darinya.

Lapangan umun, di dekat basecamp anggota Voragos. Tempat di mana Galakas dan pasukannya berdiri sekarang, Galakas suka tantangan dari para pengkhianat tikus seperti ini.

Galakas mendekat, menarik kasar kerah baju anak buah Voragos dan kembali melayangkan pukulan mentah padanya. "BANGUN LO SIALAN!" teriaknya tepat di depan wajah Lionell. Darah segar mengalir dari sisi bibir Lionell, pemuda itu kemudian mengeluarkan senyum licik.

"Lo gak pernah pantas jadi pemimpin!" Mata Lionell terperjam sesaat ketika merasakan kembali amarah Galakas yang menggebu, menahan rasa sakit dari pukulan yang kembali diberikan. Ketika Galakas mendorong tubuhnya kuat, dengan sengaja ia kemudian menginjak tubuh lemah itu.

Tangan kanan Galakas menunjuk Lionell, dengan pandangannya menatap sekeliling. "GUA GAK BAKAL LEPASIN DIA SEBELUM MEGAN DATANG!"

Dengan sengaja Galakas menekan kakinya kuat, membuat Lionell kembali kesakitan. Lionell sudah berusaha memberontak, membalas hingga memukul Galakas, sialnya Galakas lebih kuat sekarang.

Para anggota Voragos memasang sikap siaga. Sebelum pemimpin mereka datang, tak akan ada penyerangan terhadap lawan di depan meski sekalipun satu di antara mereka sudah mulai tumbang.

Suara deru motor Kariel terdengar, sang empunya membuka helm fullface yang dikenakan. Dengan gagah Kariel berjalan mendekati pasukannya dan memutar-mutar belati ditangan.

"Oii, Lak!" panggil Kariel, pemuda itu melemparkan belatinya pada Galakas, yang ditangkap sempurna oleh Galakas. Kariel datang sedikit terlambat dari jam yang sudah mereka tentukan, Kariel sedikit tertinggal pertunjukan yang terjadi.

Melihat belati tersebut Lionell mendadak semakin lemas, dengan susah payah dia berusaha bangun ketika kaki Galakas sudah turun dari tubuhnya. "Sebenarnya mau lo apa datang ke sini?" tanyanya pada Galakas, dengan rasa nyeri pada dadanya.

Galakas tertawa renyah, merasa dipermainkan oleh mereka. Di sampingnya kini sudah berdiri Kariel, dengan pasukan Avalon di belakang mereka. "Voragos yang nyuruh kita buat datang ke sini," sahut Kariel dengan sedikit berteriak, "sekarang lo dengan begonya banyak tanya ya?" kekeh Kariel.

Galakas menaikan sebelah alisnya, sedikit menunduk mendekati wajah Lionell. "Lo bisa mati ditangan gue sekarang," bisik Galakas yang membuat Lionell takut.

"Abisin aja Bang, buang-buang waktu kalau kita nunggu lama-lama!" teriak salah satu anggota Avalon. Kegaduhan seketika mulai terjadi, membuat bulu kuduk Lionell berdiri.

Lionell sama sekali tak tahu jika ada panggilan yang membuat Avalon datang bersama pemimpinnya. Bahkan jika pun iya, sudah pasti mereka membuat persiapan sebelumnya. "Gue bisa panggil Megan sekarang, asal lo suruh anggota lo untuk tenang sebelum Megan datang," pinta Lionell.

Galakas menjauh dari Lionell, berbalik menatap Sendu dan Naomi yang mengambil alih pasukannya. "Mundur sedikit, gue gak mau ada penyerangan lagi sebelum Megan datang!"

Pohon ke : 18 [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang