08. Siapa Mira?

8 3 1
                                    


BAB - 8 / SIAPA MIRA?

Semalam adalah dimana aku melakukan perdebatan singkat dengan Mira, ia bersikeras untuk mendapatkan cinta dari Dendi. Dia menyuruhku untuk memutuskan Dendi sesegera mungkin, memanas-manasiku dengan mengirim foto mesranya bersama kekasihku.

Aku paham maksudnya, pasti ia akan membuatku cemburu. Sakit sih, Dendi juga gabilang ke aku kalau dia sedang
dengan Mira. Dan semenjak masalah Dendi ketahuan sedang berdua dengan Mira justru Ia terlihat biasa-biasa saja tanpa dosa membuat hatiku semakin geram, Ya Allah yank setidaknya kan minta-maaf kek basa-basi kek ke aku jangan malah menghindar kaya gini. Siapa sih cewek  yang seneng cowoknya digodaim sama pelakor? Temen ya temen, jangan sama cewek. Izin sama aku kek, jangan diem-diem taunya ketahuan jalan berdua.

"Assalammualaikum rel"

Aku memberi pesan kepada Farel. Farel adalah teman akrabnya Dendi siapa tahu dia mengenal dengan Mira, dan ingin aku menyelidiki sendiri siapa seluk beluk wanita kuduga pelakor diantara hubunganku dengan Dendi. Pelakor harus ditebas tuntas, agar tak merunyamkan kandas sebuah hubungan.

Aku dan Dendi memang LDR, jarak Jawa dan Lombok bukanlah jarak yang dekat. Terbentang dua pulau, bukan berarti cinta kami terhalang. Jarak mengajarkan kepada kami tentang perjuangan.

Memang hubungan aku Dendi saling jauh karena jarak, tidak seperti Mira teman dunia nyatanya. Akan tetapi aku tak menyerah memperjuang hubunganku, bagaimanapun caranya akan kupastikan hubunganku dan Dendi tidak akan berakhir hanya dengan kehadiran orang ketiga. Bakal aku beri strategi untuk menjauhkan pelakor dihubungan kami, sejauh-jauhnya!

"Waalaikumussalam Ndah, ada apa?"

"Rel, aku boleh nanya nggak?"

"Nanya apa?"

"Kenal Mira?"

"Mira siapa?"

"Mira Agustina Selvia"
Tombol centang biru, menandakan respon telah dibaca. Aku tak sabar untuk mengetahui kabar hubungan Dendi dengan Mira dari Farel, teman onlineku.

"Kak Mira mantannya Dendi bukan?"

Loh mantan? Jadi berarti Dendi kekasihku mempunyai mantan yang bernama Mira ya hmm, aku kemudian bertanya kembali kepada Farel katanya Dendi pernah bercerita jika Mira adalah mantan kekasih terindahnya Dendi yang sampai membuat bertahun-tahun tak bisa move on.

Ya ampun, ternyata mantan terindahnya Ayang si Mira ya? Konon gabisa move on lagi katanya, kalo mau move on itu ya jangan temenan lagi kek sama dia dan kenapa Dendi masih berteman bahkan akrab banget sama dia. Ga pernah ngerti perasaanku banget!.

"Awas aja ya lo Mir, kalo masih ganggu hubungan gue sama Dendi lo akan menanggung akibatnya!" karena panas hati diterjang api cemburu, kikirimkan pesan singkat itu pada Mira yang kemarin mengaku-ngaku menjadi terkasihnya Dendi. Belagu banget, udah mantan tapi masih ngejar-ngejar laki orang.

"Lihat aja Ndah, Dendi bakal suka sama gue bukan sama lo! Lo cuma virtualnya Dendi aja, sedangkan gw pacar aslinya Dendi"

"Lo itu sekedar pelampiasannya Dendi, dari dulu Dendi suka sama gue tanya noh temen-temennya pasti bakal bilang pacarnya Dendi ya Mira bukan elu!"

Tak kusangka ternyata Mira secepat itu membalas pesanku, aku semakin terbalut emosi. Sabar Indah, sabar.

"Lihat aja, gw akan jauhin elu sama Dendi. Dendi itu milik gue dari dulu, harusnya elu yang dianggap pelakor!" si Mira masih mengata-ngatai aku, karena malas membaca aku tak membalas pesan darinya. Yang ada, hanya aku hapus riwayat chat dengannya.

Kembali membuka chat dari Farel, ia juga bercerita kalau pacarnya pernah bertengkar juga dengan Mira. Farel pernah dituduh selingkuh hanya karena Mira, duhh duhh Mir-Mir profesimu sebagai pelakor akut banget yah?

Karena cerita Farel, aku ingin berinsisiatif melabrak Mira dengan bantuan Lisa. Siapa tau Lisa mau bantu aku untuk menyingkirkan pelakor genit itu sejauhnya dari kehidupan hubunganku dengan Dendi.

"Lisa, mau bantu aku gak ngerjain pelakor?"

"Ngerjain Pelakor? Macam mana tuh caranya kak Ndah, btw siapa pelakornya?"

"Kamu kenal Mira?"

"Mira? Ohh Mira si pelakor itu yah..., loh-loh Kak Indah kok kenal sama Mira?"

"Mira itu mantanya Kak Den loh kak"

"Iya, aku tau"

"Jadi pelakornya si Mira?"

"Iya Lis"

"Ayo kak, aku juga geregetan banget sama tuh cewek! Udah gangguin hubunganku sama Farel lagi, cewek kegatelan emang"

Rasanya seneng banget kalo ada partner yang bisa diajak kerja sama, aku sama Lisa sama-sama pernah menjadi korban ganguan pelakor. Duhh aku gasabar membalas perbuatan licik Mira, lihat aja Mir siapa yang akan memenangkan Dendi!

"Hmm, kita ngelabrak pake strategi apa ya Lis?"
Tombol centang satu, sepertinya kekasihnya Farel si Alisa masih sibuk. Ya sudahlah, biar nanti aku tunggu Lisa akan membalas pesanku.

🍁🍁🍁

Hari ini aku mau pulang ke Wuluhan untuk mengurus Kartu Indonesia Sehat, siapa tahu pemerintah bisa membantu jika aku berinisiatif mencoba mengurus. Aku tak peduli gunjingan orang-orang yang mengataiku orang mampu kok pake KIS, punya motor dua kok bayar rumah sakit pake KIS, palingan itu Pak Yit sekarat kayak gitu gara-gara kena guna-guna soalnya Istrinya gila harta, dll.

Aku capek aslinya mengurusi, tetapi gimana dah terlanjur terdengar lantang telinga membuatku sakit hati.
Gunjingan yang aku terima sangat tak karuan menyakitkan, aku tahu sifat Ibuk dari dulu gak mungkin Ibu guna-guna Bapak. Dasar mulut orang emang gabisa dijaga yah, masih percaya aja mitos-mitos syirik. Astagfirullahhaladzim...

Jam sudah menunjukkan pukul 19.00, setelah mengerjakan salat isya di mushalla rumah sakit aku bergegas pulang. Mbak Deni ikut pulang ke rumah bersamaku ke Wuluhan.

Aku berniat meminta bantuan Dewi untuk membantu mengurus surat KIS, tapi lagi-lagi Mbak Deni menolak usulanku dengan alasan malu masa orang kaya pake KIS apalagi orangtuanya Mbak Deni petugas kecamatan ya masa orang kaya sodaranya sendiri ditolong ehh tau-tau tetangganya yang kurang mampu aja ga dibantu. Ya, bapaknya Mbak Deni adalah adik dari Ibuku dn beliau adalah petugas kecamatan.

Sebenarnya aku bukanlah orang mampu yang mereka katakan, keluargaku pas-pasan semenjak jerat hutang tembakau yang tak membuahkan hasil 3 tahun lalu ditambah dengan tahun ini yang mengalami kebangkrutan tak sebanding dengan harga sewa tanah.

Kami memang memiliki rumah sendiri, tanah gudang, juga memiliki motor dua. Antara Mbak Deni dan sanak-keluarga dirumah selalu membahas kekayaan yang tampak nyata didepan mata mereka, mereka tak tahu didalamnya seperti apa.

Dua motor yang keluarga kami miliki sudah digadaikan untuk membayar tahunan tembakau tahun ini. Ehh taunya tembakaunya rusak dan bangkrut juga. Dan satu lagi mengenai ladang gudang, toh itu juga digadaikan belum bisa mengambil sebab banyak hutangnya. Mereka hanya melihat dan menilai dari luar bukan dari dalamnya.

Ada juga yang malah menghardikku, membandingkanku dengan keponakannya yang diusia 17 tahun aja udah pintar cari uang. Percuma sekolah katanya kalo gabisa bantu orang tua, mereka membanding-bandingkan aku dengan anak mereka. Apalagi mereka menyangkut pautkan membahas hobby menggambarku.

"Bisa apa tuh gedenya cuman bisa gambar doang bangga!"

"Bapaknya terlalu manjain Indah, makanya gedenya durhaka dan goblok---. Makanya jangan manjain anak nanti, biar kaga kayak Indah!"

"Punya motor dua kaga mau jual, emang niat matiin Bapaknya biar dapet warisan!"

Begitu tak karuan hatiku mendengar hardik itu, beberapa orang selalu menuntut jual motorlah inilah itulah saat Bapak sakit malahan ada yang mengurus harta warisan. Ya Allah ada saja hambamu yang jahat seperti itu, orangnya saja belum meninggal tau tau udah ngurus harta warisan. Aku yang mendengarnya hanya mengelus dada.

"Ya Allah tabahkanlah hatiku,"

Bersambung.
Jember, 15 September 2021.

Perempuan NovemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang