02. Tugas Menggambar

8 5 4
                                    


BAB - 2

TUGAS MENGGAMBAR

Waktu telah berlalu, para siswa terdiam tak bersuara mengerjakan soal ulangan harian matematika. Ada beberapa siswa yang bersiut-siut memberi kode untuk bekerja sama, ada juga yang curang membuka handphone untuk mencari jawaban di google. Tapi bagaimanapun caranya ia mencontek di google, tak akan pernah ia akan menemui jawabannya sebab Bu Sulis adalah tipe guru saat ulangan tak pernah mengambil soal di buku ataupun di google, Bu Sulis selalu memberi soal atas pikirannya sendiri.

Jam dinding menunjukkan pukul 10.30, berarti 10 menit lagi hasil ulangan akan dikumpulkan. Aku masih nomor empat, sepertinya soal nomor lima adalah soal yang sangat sulit. Aku sudah mencoba berkali-kali namun masih saja aku belum tahu cara menyelesaikan penjabaran, hmm..., mungkin nanti jika aku tak bisa pasti akan kujawab random untuk mendapat nilai daripada aku kosongi.

Masih terpaku pada Naura, kulihat ia bersikeras untuk mencontek ulanganku. Karena aku pura tak mendengarnya, Naura melirik sinis kearahku menampakkan rasa ketidaksukaannya. Naura mencoba bertanya ke teman sebelah namun dikacangi, ia terlihat begitu frustasi lihat saja tangannya seakan gemeteran tak karuan diatas bangku.

Mau bagaimana lagi, karena kasihan aku memberi bocoran satu soal sebelum Bu Sulis memerintah untuk mengumpulkan tugas ke depan. Selebihnya Naura mencontek hasil ulangan Bryan karena paksaan Naura, aku tahu Bryan bukannya secara cuma-cuma memberi jawaban ke Naura pasti ada sangkut pautnya kepadaku. Pernah loh karena gabutnya Naura tak mau mengerjakan tugas, mempesuruh Bryan untuk mengerjakan soalnya dengan iming akan mendekatkan aku dengan Bryan.

Walah yan yan! Segitunya yah jatuh cinta, sampe rela dikibulin Naura. Toh, Naura juga gaakan mendeketkan Briyan sama aku soalnya Naura aja jarang ngomong sama aku. Bagaimana bisa mendekatkan aku padanya? Jadi ketua kelas yang pinter dikit kek yan! Lagi punya aku juga gamau dijodohin sama kamu, toh aku juga ada pacar.

Setelah mencontek Naura tak berkata apa-apa padaku, aku juga gak butuh tanda terimakasih darinya tapi setidaknya kan dia berucap terimakasih padaku atas bantuanku.

"Ujian telah selesai, jika nanti nilainya ada yang kurang dari 70 remedial ya!" kata Bu Sulis mengakhiri pelajaran Matematika hari ini.

"Iya Bu," jawab serentak anak-anak kelas 11 MIPA 6. Saat itu Bu Sulis melangkahkan kakinya keluar ruangan MIPA 6, bersamaan itu suara berbunyi nyaring ditelinga. Semangat semringah bersemburat pada raut wajah anak-anak, pertanda istirahat kedua tlah pada waktunya.

'kringggg....'
Anak-anak berhamburan keluar menuju kantin, ada juga yang sibuk membahas soal ulangan tadi di dalam kelas, ada juga yang memainkan ponsel dan ada juga yang menuju ke mushalla persiapan solat zuhur.

Kalau aku mungkin duduk di bangku saja sambil menunggu adzan berkumandang. Mengeluarkan ponsel sembunyi-sembunyi karena aku lupa tidak mengumpulkan ponselku ke kantor. Mau ke kantin tapi males tidak ada yang mengajak juga malas dititip-titipin temen, ya selalu seperti ini aku menatapi kehidupanku dalam kesendirian. Aku kira kehidupan anak SMA selalu menyenangkan, mempunyai teman, punya sahabat sekelas tapi ahh sudahlah.

'Ting!'
Ponselku bergetar, sebuah pesan dari aplikasi Whattsapp. Pesan dari Dendi Zanudin! Seketika melihat pesannya aku merasa bahagia tiada tara. Ya benar sekali, dia adalah kekasih virtualku. Aku sangat mencintainya, dia juga sangat mencintaiku meski kita belum pernah sekali saja berkunjung temu.

Kami menjalin hubungan LDR ( Long Distance Relationship ) atau biasa disebut hubungan jarak jauh. Aku berada di Pulau Jawa dan dia berada di Pulau Lombok, memang cinta ini terkadang aneh ya tiba-tiba menyukai seseorang bahkan sekali saja belum kutemui rupa aslinya.

Perempuan NovemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang