BAB - 9 / MENGURUS SURAT KIS
Malam hari aku berboncengan dengan Mbak Deni mengendarai sepeda motor, semerbak udaranya dingin. Aku lupa mengenakan jaket, hanya kaos oblong dengan deker berwarna hitam dipadu dengan hijab segi empat.
Semenjak Bapak dirawat di rumah sakit aku sering bolak-balik ke Jember kota. Mulai saat itu rasanya mental kerupuk yang mendarah daging dalam jiwaku perlahan rapuh, aku mulai mengenal dunia luar termasuk jalan menuju rumah yang berada di desa.
Memang benar yah pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupan walau terkadang pengalaman itu begitu menyakitkan. Akan tetapi pengalaman justru merubah manset seseorang, banyak mengajariku tentang arti kedewasaan.
"Hoam..."
Malam hari diperjalanan pulang ke Wuluhan aku sangat lelah kekurangan tenaga. Sudah tiga malam semenjak Bapak jatuh sakit aku tak bisa tidur. Rasanya linglung, pandangan kosong untung saja aku bisa sadar jika tidak pasti bisa-bisa aku kerasukan setan jalanan."Mbak Den, masih lama kah nyampe di Wuluhan?"
"Masih,"
Pandanganku sedikit kabur hampir saja aku pingsan dijalan.
Sekeras-kerasnya watak Mbak Deni untung saja Mbak Deni mau aku peluk agar menyeimbangkan badanku, tanganku merogoh saku jaket sweater yang Mbak Deni kenakan. Tenggelam di dalamnya. Dalam hati hanya berucap istigfar semoga aku dalam keadaan selamat, aku terlalu frustasi mengenai hal Bapak yang dikabarkan semakin parah, sedang keluarga pas-pasan apalagi masih dalam jerat hutang. Tidak memiliki banyak uang.
Sekitar pukul 21.00 kami menuju rumahnya Dewi berada, berniat meminta tolong mengenai kartu KIS untuk dapat bantuan pemerintah mengenai biaya Bapak di rumah sakit.
Di jalan aku sampai berdebat dengan Mbak Deni yang bersikeras menolak jika aku mengurus KIS bantuan pemerintah. Kerena aku ngeyel akhirnya Mbak Deni kalah dengan omonganku, dia menurutiku ke rumah Dewi untuk bertanya-tanya lebih jelasnya sebab keluarganya Dewi sudah berpengalaman mengurus dari desa untuk mendapat bantuan KIS.
"Mbak, gimana toh orang keluarganya Indah rumahnya bagus juga punya motor dua kok minta KIS. Jelas-jelas ya gaakan ada!"
"Percuma dong nantinya klo ngurus itu surat!"
Mbak Deni memulai perdebatan dirumahnya Dewi yang sudah ada Ibunya dan Mbak Ira bibinya Dewi yang sudah berpengalaman mengantar rekan yang ingin bantuan KIS.
"Mbak, saya ini sudah berkali-kali bantu orang dan gaada yang gagal! Semua yang saya tolong BERHASIL"
"MASALAHNYA MBAK, KELUARGANYA SI INDAH KELUARGA MAMPU! GA MUNGKIN DAPET BANTUAN!"
"KELUARGANYA INDAH ITU RUMAHNYA BAGUS, KENDARAANNYA ADA DUA!"
"Mbak, ya jangan ngegas kek. Orang kami niat bantuin Indah kasihan"
"Masalahnya juga, Bapakku itu petugas kecamatan! Tetangganya yang gak mampu belakang rumahku aja gak diurus, ehh apa kata orang kalo Bapakku ngurus keluarganya Indah biar dapet KIS!"
Serentak Mbak Deni tidak terima dengan pendapat Mbak Ira, perdebatan sengit terjadi dimalam itu. Mbak Ira gregetan dengan sifat Mbak Deni yang terlihat songgong tak mau membantu keluargaku dengan alasan gengsi orangtuanya petugas kecamatan Ya Allah ..., Padahal aku dan Ibu butuh banget bantuan itu.
Aku juga mendengar kabar saat aku pulang ke Wuluhan, gosip ini terdengar oleh tetangga rumah termasuk Bu Ruli. Banyak gosip tentang aku dan mereka sama halnya Mbak Deni yang bersikeras agar bapak ga perlu ngurus KIS, tapi kenyataan emang seperti ini aku akan tetap mengurus surat itu menepis saran-saran mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan November
RomanceIndah Permatasari, seorang gadis kelahiran bulan November. Ia adalah sosok perempuan yang mempunyai kesabaran diambang batas. Kehidupan memanglah berliku, banyak cobaan yang menghadang. Bahkan mengenai hubungan asmara dengan kekasihnya harus dipaksa...