Day by Day, I'm Fine

2.5K 359 43
                                    

Genap satu bulan setelah kejadian dimana Mark menemui Renjun di rumahnya secara langsung dan pria itu menghilang setelahnya. Benar-benar menghilang hingga Jeno dan Haechan yang merupakan saudara kandung pria itu tidak tahu apapun. Hanya Taeyong, Johnny, dan Yuta yang mengetahui keberadaan Mark.

Renjun sendiri mulai membaik dan kembali seperti semula. Perasaannya jauh lebih lega setelah ucapan Doyoung satu bulan lalu.

Pria mungil itu merenungi segalanya hingga ia sendiri tidak tahu bahwa Doyoung datang ke rumahnya minggu lalu untuk minta maaf.

Keseharian Renjun hanya diisi dengan Jisung, Chenle, Jaemin, Haechan, dan sesekali Jeno. Mereka berlima bergantian datang dan mengajak Renjun berbincang. Meski yang paling banyak menghabiskan waktu bersama Renjun adalah Jisung.

Renjun bahkan menjadi terbiasa dengan afeksi yang diberikan untuknya. Pria itu tidak sungkan meminta atau bersikap manja pada Jaemin khususnya, karena pria itu memanjakan Renjun amat sangat.

Seperti hari ini misalnya, Jaemin datang dengan satu buket bunga saat Renjun tengah merengek pada Jisung karena menginginkan makanan pedas, lagi. Meskipun begitu, hanya kepada Jisung dan Jaemin, Renjun merengek atau bersikap manja, sementara dengan Chenle, Jeno, atau Haechan, Renjun hanya bersikap lebih kalem.

"Jisung aku benar-benar akan mengurungmu bersama tumpukan Moomin kalau kau tidak membiarkanku memakan hotpot." Ancam Renjun.

"Tidak takut. Lebihbaik aku terjebak dengan ratusan badak gemuk di gudang Hyung dibanding harus mendengar rengekan Hyung tengah malam yang memintaku menemanimu ke kamar mandi." Balas Jisung dengan santai.

"Jisung! Aku membencimu!" Kesal Renjun.

"Aku juga mencintaimu Huang Renjun."

Renjun berdecak keras mendengar jawaban Jisung. Kepalanya menoleh saat melihat pintu kamarnya terbuka dan menampilkan Jaemin disana.

"Nana! Ayo kita pergi beli hotpot!" Teriak Renjun dengan mata berbinar begitu melihat Jaemin masuk.

"Eh? Tidak ada makanan pedas untuk hari ini, Ren. Kau sudah memakan banyak makanan pedas kemarin." Jawab Jaemin kalem dan berhasil membuat senyum Renjun luntur seketika.

"Kalian berdua menyebalkan." Gumam Renjun sebelum beranjak keluar dari kamarnya.

Pria bermata rubah itu berjalan-jalan di sekeliling mansion besar keluarga Nakamoto dan tidak sengaja berpapasan dengan Chenle yang hendak masuk.

"Le, sudah disini?" Tanya Renjun yang dibalas anggukkan pria itu.

Chenle menggandeng tangan Renjun tanpa suara dan mengajak pria itu duduk di bangku yang menghadap langsung dengan pemandangan danau buatan di hadapannya.

"Ge, kau bahagia?" Tanya Chenle.

"Aku lega, karena aku bersama kalian. Walau untuk menjawab bahwa aku bahagia, aku belum benar-benar yakin." Jawab Renjun jujur.

"Syukurlah, sebab mendengar itu saja sudah cukup untukku." Chenle menatap Renjun sembari tersenyum dengan mengusap surai pria mungil itu penuh sayang.

"Ge, aku akan kembali ke Cina." Ucap Chenle setelah cukup lama terdiam.

Kalimat tersebut tentu membuat Renjun terkejut bukan main.

"Kenapa?" Tanya Renjun dengan iris mata yang mulai bergetar.

"Aku harus mengurus pekerjaan di Cina dan lagi, sekarang sudah banyak orang yang bisa diandalkan untuk menjagamu." Jawab Chenle sembari mengusap wajah saudara sekaligus seseorang yang ia cintai tersebut.

Renjun segera memeluk pria di depannya tersebut dengan erat.

"Jangan menangis. Kita masih bisa bertemu kapanpun Gege mau." Chenle mencoba menenangkan saat merasa bahu Renjun bergetar.

"Gege harus ingat kalau aku menyayangimu dengan begitu besar." Oceh Chenle.

"Gege juga harus janji untuk selalu bahagia dan melakukan apapun yang Gege mau. Hidup bahagia dengan siapapun itu dan pastikan jangan lagi ada air mata. Aku akan datang dan pasti datang kalau sampai ada yang menyakitimu lagi, meskipun itu tidak mungkin karena kau sudah di kelilingi orang-orang yang menjadi takdirmu." Lanjut pria itu.

"Aku juga menyayangimu. Tolong jaga dirimu baik-baik dan selalu kabari aku." Ujar Renjun melepas pelukkan keduanya.

"Aku pasti melakukannya." Jawab Chenle yakin.

Keduanya kembali berpelukkan, lebih erat seolah itu menjadi kali terakhir mereka bersama.

Kenyataannya memang begitu. Chenle melepaskan cintanya agar Renjun bisa hidup dengan baik bersama seseorang yang ditakdirkan untuknya. Cintanya tidak mati, hanya pria itu memilih mundur sebab tahu bahwa bukan dirinya yang Tuhan takdirkan untuk bersama Renjun.

Aktivitas keduanya tersebut dilihat Jisung dari jauh. Pria tinggi itu menghela napas panjang. Ia tahu rencana Chenle untuk pergi ke Cina karena Chenle sendiri yang mengatakan bahwa dirinya tidak akan sanggup melihat Renjun berbahagia dengan takdirnya. Jadi Chenle memilih mundur dan tetap berada di tempatnya.

"Kau mencintainya?" Ucapan tiba-tiba tersebut membuat Jisung terkejut.

Pria itu menoleh dan melihat Jeno berdiri di sampingnya.

"Kalau aku tidak mencintainya, aku tidak akan meminta Ayahku untuk melamarnya." Jawab Jisung sembari memandang cincin yang melingkar di jarinya.

"Kalian fikir aku bersamanya hanya karena rasa kasihan? Salah besar. Aku mencintai Renjun hingga rela melakukan apapun untuknya bahkan ketika aku tahu kalau aku tidak ditakdirkan untuknya." Ucap Jisung.

"Sebentar lagi tugasku juga akan selesai dan cincin ini harus dilepaskan." Kekeh pria itu, menertawakan dirinya sendiri.

"Kau masih tetap bisa bersamanya." Ucap Jeno.

"Tapi yang Luna inginkan bukan aku."

"Tapi Renjun menginginkanmu." Sela Jeno.

"Tidak semua hal yang kita mau harus berjalan sesuai keinginan kita." Jawab Jisung sebelum meninggalkan Jeno di tempatnya.

Jeno jelas dapat melihat betapa besar cinta yang dimiliki Jisung untuk Renjun. Sorot mata pria itu tidak dapat berbohong hingga Jeno merasa iri karena tidak memiliki cinta sebesar itu. Sayangnya, seberapapun kuatnya seseorang mencoba, jika semesta tidak memberi restu, maka tidak akan ada hasilnya.

Hal paling besar dalam cinta adalah melepaskan ketika sepenuhnya sadar bahwa apa yang dimiliki sekarang bukanlah untuknya.

.



















Hai, maaf ya baru update. Akhir-akhir ini lagi capek dan ada beberapa hal yg bikin sedih. Terima kasih buat yg masih setia nunggu, baca, vote, bahkan komen. BTW, aku kepikiran mau bikin projek agst setelah buku ini selesai sebagai hiburan buat diri sendiri sebenernya.

Buat kalian, jaga kesehatan dan bahagia selalu ya 💜

WATERFIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang