Mencintai dalam diam adalah menyedihkan, tapi mencintai sendirian lebih menyakitkan.
Jatuh cinta kepadamu menjadi tanggung jawabku, sedangkan membalas cinta itu menjadi tanggung jawabmu.
Jisung mengulum senyum saat melihat Renjun didampingi Jeno, Jaemin, dan Haechan, dengan cahaya Moon Goddess yang membuat mereka dikelilingi kelopak bunga mawar. Bahkan ruangan tersebut dipenuhi feromon yang sangat manis, tapi tidak memabukan.
Pernikahan yang mendapat restu secara langsung dari Sang Utusan. Diberkati dua sisi, manusia dan serigala. Pernikahan yang dijamin akan menghasilkan garis keturunan terkuat.
Pernikahan yang membuat banyak hati di patahkan.
Jisung meremat kantung celananya saat melihat Renjun mencium bibir suaminya satu persatu. Ia teramat sadar bahwa sekuat apapun dirinya memaksa, Renjun akan sangat bahagia hanya dengan belahan jiwanya.
"Jie, kau baik-baik saja?" Tanya Chenle dengan sorot mata lurus ke depan.
"Retorik, Le. Siapa yang akan baik melihat mantan tunanganmu menikah dengan oranglain?" Jawab Jisung dengan terkekeh.
"Dia mencintaimu, Jie."
"Aku tahu."
Keduanya kembali diam sampai Jisung balas melempar pertanyaan.
"Kau sendiri, bagaimana?"
"Semua orang menganggap perasaanku main-main padahal aku sangat mencintainya, tapi sama sepertimu, aku sudah kalah bahkan tanpa berperang." Jawab Chenle.
"Banyak hati yang patah karena kisah ini. Doyoung, Mark, kau, dan aku. Namun beruntungnya kita diberkati hati yang lapang, walaupun aku tahu tidakk sekuat itu. Aku yakin kau akan mengamuk sepulangnya dari sini." Lanjut Chenle dengan tawa kecil yang membuat Jisung ikut tertawa.
"Dia melihatmu." Chenle menghentikan tawanya saat retinanya menangkap bola mata Renjun yang tengah menatap ke arah Jisung.
"Apa?"
"Cintamu melihatmu. Bicaralah, dan ucapkan selamat tinggal dengan baik." Tutur Chenle sembari menepuk-nepuk pelan bahu Jisung.
Sedangkan Jisung mendongak dan melihat Renjun yang sedang menatapnya. Hingga tidak lama setelahnya, Renjun berjalan cepat ke arahnya dan menubrukkan badan mungil tersebut untuk memeluk Jisung dengan begitu erat.
Jisung sendiri masih terkejut dan membiarkan Renjun memeluknya, hingga ia mendengar isakkan pria itu.
"Hei, Hyung. Kenapa menangis?" Tanya Jisung.
"Kau brengsek, sialan, bajingan. Kau pergi tanpa mengatakan apapun. Tiga tahun aku selalu bertanya kemana kau pergi, tapi tidak ada siapapun yang bisa menjawabnya. Kau pikir kau romantis dengan hanya meninggalkan setangkai tulip dan kalimat manis? Kau alpha sialan." Oceh Renjun masih disertai isakkan.
Jisung yang mendengar hal itu hanya tersenyum kecil kemudian membalas pelukkan Renjun dengan erat. Mengusap punggung sempit omega tersebut.
Hingga lima belas menit setelahnya, Renjun baru berhenti menangis dan melepas pelukannya.
"Kau kemana saja?" Tanya Renjun.
"Hyung, aku pergi, agar perasaan yang kumilikki bisa benar-benar aku tinggalkan untukmu. Aku tidak mau menjadi jahat dengan merebutmu dari mereka, betapa pun aku mencintaimu." Jawab Jisung.
"Hari ini Dewi memberkati pernikahan kalian, maka hiduplah dengan baik. Lepaskan masalalu yang menyakitimu dan mulai segalanya. Kau sekarang punya tiga orang hebat yang akan melindungimu dari apapun." Lanjut Jisung, sementara Renjun sudah kembali menangis.
"Jangan memintaku untuk tinggal karena aku tidak akan sanggup. Aku tidak sanggup jika harus melihatmu bersama mereka, maka biarkan aku pergi." Pria itu mengusap air mata yang semakin deras mengalir membasahi wajah Renjun.
"Dan jangan memintaku untuk tetap di sampingmu karena takdirmu sudah direstui, sementara kita tidak ditakdirkan." Tutur Jisung.
"Jie, aku mencintaimu." Ucap Renjun sembari menatap wajah pria di depannya tersebut.
Sedangkan Jisung yang mendengar ucapan Renjun sempat tersentak kecil sebelum akhirnya tersenyum lebar. Ia sudah cukup dengan hanya mendapat balasan cinta dari Renjun. Meski tidak bersama, tidak masalah untuk Jisung, sebab cinta tidak sekaku itu. Cinta bukan hanya tentang memiliki, tapi juga melepaskan.
"Berbahagialah, Hyung. Karena bahagiamu adalah satu-satunya alasan aku bertahan hidup." Jisung kembali memeluk Renjun sebelum membubuhkan ciuman panjang pada kening mantan tunangannya tersebut.
"Selalu ingat bahwa aku mencintaimu dan kau bisa datang kapan saja saat semua orang termasuk dunia sedang menghakimimu. Namun, pastikan mereka, suamimu, lebih dulu tahu tentangmu. Sebab sekarang, mereka lah sandaranmu." Jisung mengusap pelan wajah basah Renjun.
"Kau juga harus bahagia. Temukan seseorang yang mencintaimu lebih besar dari aku. Aku akan bahagia agar kau tidak perlu khawatir." Jawab Renjun.
Maka setelah Renjun berkata demikian, pria tinggi tersebut hanya tersenyum dan benar-benar melangkah pergi meninggalkan Renjun.
Ada kelegaan besar dalam hati keduanya. Merasa cukup hanya dengan saling memberikan cinta masing-masing.
Karena tidak semua hal yang kita inginkan harus kita miliki. Melepaskan adalah satu-satunya jalan untuk kelegaan hati.
Renjun menatap punggung Jisung yang sudah menghilang bersama mobil berwarna hitam yang membawanya.
Pria itu kembali menghampiri ketiga suaminya yang tengah menatapnya dengan raut wajah khawatir.
Senyumnya terbit dan hal itu berhasil membuat Jeno, Jaemin, dan Haechan bernapas lega.
Renjun seperti air dan api. Perasaannya tidak dapat ditebak. Keberadaannya kadang sangat hangat, tapi bisa menjadi begitu dingin.
Dan hidup memang sejatinya bukan hanya tentang bahagia. Maka berbahagialah dengan caramu.
Bahkan jika bahagia itu adalah dengan melepaskan.
Kisahnya selesai, tapi cinta mereka abadi.
Oke, akhirnya cerita ini benar-benar selesai. Makasih buat semua pembaca yang selalu dukung cerita ini bahkan ngasih komentar dan masukkan.
BTW aku lagi bikin projek agst dengan tiga cerita sekaligus, tapi bukan harem. Kalau kali
KAMU SEDANG MEMBACA
WATERFIRE
FanfictionRenjun terjebak bersama sekumpulan pria gila yang mengaku mencintainya. warn! bxb harem