BAB 11

10.1K 864 127
                                    

Jantung Marchelio berdegup kencang kala membaca satu pesan dari nomor yang tidak ia kenal.

"Daddy?" Lirih Marchelio.

Benarkah David mengabari dirinya?

Tanpa menunggu lama, Marchelio langsung menekan tombol telepon yang ia yakini itu nomor sang Daddy.

"D—daddy... Lio tahu ini Daddy. Tolong kembalikan anak Lio, Dad. Lio ingin bertemu dengan putri Lio, Beri kesempatan Lio, Lio janji akan berubah, Lio tidak akan menyakiti putri Lio sendiri, Lio menyesal..." sekuat tenaga Marchelio menahan isakannya karena tidak mau David menganggap dirinya lemah dan cengeng.

"Jangan sebut saya Daddy! Saya bukan Daddy kamu lagi!" Ucap David diseberang sana.

"Setelah yang anda lakukan pada cucu saya dengan seenaknya kamu berkata seperti itu, hm?" David terkekeh.

Deg!

Marchelio merapatkan bibirnya sambil mendongakkan kepalanya keatas, sungguh ia tidak tahu harus bagaimana lagi, semua akses sudah ditutup oleh David sekarang.

"Lio mohon..." Pecah sudah tangisan Marchelio, ia menangis sesegukan dan memegang dadanya sesak.

"Kasih Lio kesempatan, Dad."

"Dad, biarkan Lio bertemu hanya sebentar saja... Lio ingin meminta maaf dengan tulus, d--dan setelah itu Daddy boleh ambil putriku selamanya."

Lio semakin merasakan dadanya sesak, matanya terus bercucuran air mata. "Aku mohon,"

David menghela nafas kasar, anak sulungnya benar-benar tidak bisa menjaga rahasia.

David berdehem, "Putrimu? Apa saya tidak salah mendengar setelah kau memakinya, menyiksanya dan menyebut cucuku sialan terus menerus hah?!"

"Apa salah gadis kecil itu Marchelio? Saya tidak pernah mengajarkanmu seperti ini, kau seorang bajingan Lio!"

"Anak adalah sebuah anugerah yang dititipkan Tuhan pada kita, banyak orang diluar sana yang menginginkan anak Lio... tapi kau malah menyia-nyiakan gadis selucu dan selugu Acel. Sejak awal harusnya kau bilang jika tidak mau merawat anak ini, biarkan aku dan istriku yang merawatnya."

Marchelio diam merasa tertampar dengan semua ucapan yang dilontarkan David di telepon, tangannya meremas rambutnya yang sedikit panjang dengan kencang. Rasanya ia ingin mati saja karena tidak sanggup dengan semua ini tapi tugas Marchelio belum selesai.

Tut!

Telepon dimatikan sepihak oleh David, Marchelio berteriak keras dan membanting ponselnya hingga tak terbentuk.

"ARGHHHHH!" Teriak Marchelio di dalam kamar bak kesetanan dan orang gila.

"KAU BODOH! KAU SIALAN LIO!" Maki Marchelio pada dirinya sendiri.

🍼🍼🍼

Malam hari, mansion milik David kedatangan tamu seorang pria bernama Andreas — salah satu anak dari sahabatnya.

Andreas lah yang akan bermain permainan yang sudah David susun, David meminta bantuan pada Andreas untuk berpura-pura menjadi orang tua sambung untuk cucu nya yaitu Michele.

Ya, itu rencana David dan Michele menyetujui akan hal itu demi bertemu sang Papi.

Tidak mudah bagi Andreas mendekati gadis kecil berusia 5 tahun itu, sebelum ke berangkatan mereka menuju Amerika, Andreas harus membangun ikatan antara ayah dan anak pada Michele.

PAPI UNTUK ACEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang