Chapter 2

24 5 0
                                    

Saat ini jam menunjukan pukul delapan pagi, Devan baru terbangun dari tidur setelah mendengar alarm yang sudah berdering ke 12 kali-nya. Sedangkan ketiga temannya sudah bangun sejak tadi bahkan mereka sudah mandi dan berpakaian rapi siap untuk berangkat ke kampus.

Seperti biasa Rey yang menyiapkan sarapan, kini cowok itu tengah berkutat dengan kompor serta bumbu-bumbu masakan lengkap dengen celemek abu-abu yang ia kenakan.

"Pake sendok kek Dev."

Juna menyuruh Devan karena ia melihat bocah itu terus mencuil makanan, padahal cowok itu baru saja bangun, Ia yakin Devan bahkan belum mencuci tangannya sama sekali.

"Gamau, kan gue cuma ngicip."

"Ngicip apanya gue liat lo udah lima kali ambil pake tangan, emang lo udah cuci tangan?"

Devan menggeleng lalu memasang ekspresi bodo amatnya, berlalu dari hadapan Juna yang tengah mengomel dengan kesal.
'Bacot amat wayang pandawa' pikirnya. Daripada mereka menjadi emosi melihat tingkah bocah ini, Kenzie bergegas menyuruhnya mandi untuk meminimalisir kegiatan baku hantam terjadi lagi.

"Udah cepetan mandi bego, apa mau ditinggal aja?"

"Idih apaan sih Ken, emang lo udah pada mandi?"

Devan berjalan menuju kamar mandi dengan handuk yang tersampir di pundaknya. Menatap Ken dengan tatapan sebal karena sudah mengancamnya, masih pagi seperti ini kenapa semua orang terlihat sudah emosi dengan kehadirannya?

"Udah lah anjir udah pake baju rapi gini."

Rey menimpali sembari menaruh teflon berisi nasi goreng di tengah meja makan, Juna dan Ken yang sudah menunggu makanan datang langsung menyerbu nasi goreng itu. Mereka kelaparan sebab semalam hanya sempat memakan mie yang mengganjal perut mereka sebentar.

"Ohh ya sorry, abis outfit lo kaya gembel jadi gue kira belum."

Devan tertawa keras dengan nada mengejek, dengan satu tangan menutupi mulutnya berlagak seperti orang jijik. Hal itu berhasil membuat emosi Rey tersulut, alhasil celemek yang baru saja ia lepas bertengger di wajah Devan dengan cepat.

"Gue lempar kompor lo bangsat!"

Beberapa saat kemudian, Devan keluar dari kamar mandi dengan keadaan rambut yang masih basah serta handuk yang melingkar di pinggangnya. Kebiasaannya tak mau mengenakan baju di kamar mandi, dan malah berjalan-jalan bebas tanpa baju atasan apapaun.

"Woy Rey, lo tuh kalo mandi airnya gausah keluar-keluar napa sih, jadi becek njing!"

Lelaki itu mengeluh kesal, terus mengoceh kesekian kalinya tetapi tak ada jawaban dari Rey. Ia baru menyadari kalau apartemen itu kini sangat sunyi dan tak terlihat satu pun wujud temannya.

"Jun? Rey? Ken? Lah pada ke mana sih bangsat."

Ia berjalan dari dapur hingga masuk ke kamar Ken mencari-cari keberadaan tiga makhluk itu. Namun tak ada jawaban apapaun. Hingga tiba-tiba ia mendengar ponselnya berbunyi, tertera notifikasi dari Kenzie di sana.

"Dev kita duluan ya, udh telat nih."

Sederet kalimat pada ponselnya sukses membuat Devan geram, Ia sungguh ditinggal berangkat ke kampus. Ia berdecak, nyaris membuang ponselnya ke lantai namun tidak jadi, ia memilih melemparnya ke atas sofa.

"Temen tai emang, dasar kaga setia kawan."

Ia menggerutu, berjalan mengambil baju nya sambil menghentakkan kaki. Merasa kesal dan tidak terima dengan ulah ketiga temannya yang seperti setan itu. Jadi ia mengambil barang-barangnya sambil terburu-buru.

ASTERISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang